Senin, 21 Januari 2008

MASUK KE DALAM KELUARGA ALLAH (ADOPSI)

Teks : Roma 8:12-17

Paulus memperkenalkan kepada kita suatu kiasan lain, yang di dalamnya ia menggambarkan hubungan baru antara orang Kristen dengan Allah. Orang Kristen disebutnya, diangkat (adopsi) menjadi anggota dari keluarga Allah. Kita hanya akan mengerti tentang arti yang mendalam dari bagian ini, apabila kita mengerti bagaimana serius dan berbelit-belitnya adopsi di lingkungan orang Romawi.

Pengangkatan anak (adopsi) orang Romawi dibuat lebih serius dan lebih sulit dengan adanya konsep "patria potestas", yaitu kekuasaan ayah atas keluarganya. Inilah kekuasaan mutlak seorang ayah untuk membuang dan menguasai, dan pada mulanya benar-benar kuasa atas hidup mati anaknya. Dalam hubungan dengan ayahnya, seorang anak laki-laki Romawi sebenarnya tak pernah menginjak dewasa. Tak peduli berapa pun umurnya, ia tetap di bawah "patria potestas", di dalam pemilikan absolut dan di bawah penguasaan mutlak dari ayahnya. Jelas, hal ini membuat pengangkatan anak ke dalam keluarga lain sangat sulit dan suatu langkah yang berat. Dalam pengangkatan anak seseorang harus bisa keluar dari satu "patria potestas" dan masuk ke bawah yang lain.

Ada dua langkah:
  1. Mancipatio. Istilah ini melambangkan hal jual beli, di mana anak timbangan dan timbangan itu dipakai secara simbolis. Tiga kali jual beli simbolis itu dilaksanakan; dua kali secara simbolis, ayah menjual anaknya, dan dua kali ia membelinya kembali; tetapi yang ketiga kalinya, ia tidak membelinya kembali dan dengan demikian "patria potestas" itu dibatalkan.
  2. Vindicatio. Ini sebuah upacara di mana ayah angkat itu pergi mengadap "praetor", salah seorang pejabat Romawi, dan memohonkan secara hukum untuk pemindahan hak atas orang yang diadopsinya ke dalam "patria potestasnya." Apabila semuanya itu telah beres, pengangkatan orang itu selesai. Jelas ini adalah suatu langkah yang serius dan mengesankan.


Tetapi konsekuensi dari pengangkatan inilah yang lebih mengesankan dalam gambaran Paulus. Ada empat pokok, antara lain:
a. Orang yang diangkat itu kehilangan seluruh hak di dalam keluarganya yang lama dan mendapat hak sebagai anak yang sah dalam keluarganya yang baru. Melalui jalan sah yang sangat mengikat itu, ia mendapat seorang ayah baru.

b. Ia menjadi ahli waris atas harta ayah barunya. Meskipun sesudah itu lahir anak yang lain, hal itu tidak mempengaruhi haknya. Tidak dapat dicabut haknya untuk bersama-sama mewarisi dengan mereka.

c. Secara hukum, kehidupan yang lama dari orang yang diadopsi itu, dihapuskan; misalnya, semua hutang-hutang dibatalkan. Ia dianggap sebagai orang baru yang masuk ke dalam kehidupan baru; yang lama sama sekali tidak berlaku lagi.

Dalam pandangan hukum, ia adalah mutlak anak dari ayah barunya. Sejarah Romawi memberikan kasus yang sangat terkenal mengenai kebenaran ini. Kaisar Claudius mengangkat Nero sebagai anaknya supaya Nero dapat mewarisi tahtanya; mereka sama sekali tidak punya hubungan darah. Claudius sudah mempunyai seorang putri, Octavia. Untuk mempererat persekutuan ini, Nero bermaksud menikah dengannya. Nero dan Octavia tidak ada hubungan darah; namun dalam pandangan hukum, mereka adalah bersaudara; dan sebelum mereka dapat menikah, senat Romawi harus membuat perundang-undangan khusus.

Itulah yang Paulus pikirkan. Ia kemudian menggunakan gambaran lain lagi dari pengangkatan anak Romawi. Ia berkata, bahwa Roh Allah bersaksi bersama-sama dengan Roh kita bahwa kita benar-benar anakNya. Upacara pengangkatan dilakukan di hadapan tujuh saksi. Seandainya ayah angkat itu mati dan ada percekcokan tentang hak dari anak angkat itu untuk mewarisi, seorang atau lebih dari saksi-saksi itu melangkah ke depan dan bersumpah bahwa pengangkatan itu benar. Maka hak dari anak angkat itu terjamin dan ia betul-betul menjadi warisnya. Paulus berkata, bahwa Roh Kudus sendiri menjadi saksi untuk pengangkatan kita ke dalam keluarga Allah.

Kemudian kita lihat, bahwa setiap langkah dari pengangkatan Romawi adalah sangat berarti dalam pemikiran Paulus, ketika ia menerapkan gambaran itu pada pengangkatan kita ke dalam keluarga Allah. Dahulu kita ada di dalam kekuasaan mutlak dari tabiat kita yang berdosa; tetapi Allah karena kasih setianya, telah membawa kita ke dalam ikatan kasihNya yang mutlak. Kehidupan lama tidak lagi mempunyai hak atas kita; Allah yang mempunyai hak mutlak. Yang lama telah dibatalkan dan hutangnya telah dihapuskan; kita mulai suatu kehidupan baru dengan Allah dan menjadi ahli waris seluruh kekayaanNya. Jika demikian, kita menjadi pewaris bersama-sama dengan Yesus Kristus, Anak Allah yang sejati. Apa yang Kristus warisi, kita juga mewarisinya. Jika Kristus harus menderita, kita juga mewarisi penderitaan itu; tetapi jika Kristus dibangkitkan untuk kehidupan dan kemuliaan, kita juga mewarisi kehidupan dan kemuliaan itu.

Dalam gambaran Paulus, apabila seseorang menjadi Kristen, ia masuk ke dalam keluarga Allah. Ia tidak berbuat sesuatu supaya layak menerima itu; Allah, Bapa yang Maha Besar, di dalam kasih setiaNya yang menakjubkan telah mengambil yang hilang, yang tak berdaya, papa, berdosa dan mengangkatnya menjadi anakNya, sehingga hutangnya dibatalkan dan ia mewarisi kemuliaan.


Buku Ref.:
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Surat Roma. (Jakarta : BPK Gunung Mulia).

THE EXCELENCES OF GOD

Sudah jelas bahwa Allah adalah Allah yang sempurna yang tidak bisa dibandingkan dengan apa pun dan siapa pun. Namun, pada kesempatan ini, saya perlu mengajak kita semua untuk lebih dalam mengenal Allah Sang Pencipta lewat empat kecerdasan yang kita kenal selama ini, yaitu kecerdasan mental (IQ), kecerdasan fisik (PQ), kecerdasan emosi (SQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Ke empat kecerdasan ini sesungguhnya sudah menjadi milik Allah, namun kita sebagai ciptaan yang serupa dan segambar dengan Dia, pasti juga memilikinya meskipun tidak akan bisa sesempurna Dia. Kecerdasan ini sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia, dan implementasinya dalam hubungannya dengan Allah, dengan diri sendiri, dan lingkungan.

IQ ALLAH

Kecerdasan mental (Intelligence Quotient), IQ.
Kemampuan untuk menganalisis, berpikir dan menentukan hubungan sebab akibat, berpikir secara abstrak, menggunakan bahasa, memvisualisasikan sesuatu, dan memahami sesuatu.

"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." (Kej. 1:1). Kalimat ini menjadi bukti awal dari IQ Allah. Pada ayat-ayat selanjutnya pada pasal 1, Allah dengan sangat cermat dan teratur menyusun tatanan bumi dan isinya serta cakrawala dengan siklus yang berjalan sangat rapi. Allah yang merupakan sumber kecerdasan, telah membuat karya yang sangat luar biasa. Dan Allah melakukannya cukup sekali. Dia tidak pernah berulang kali menciptakan bumi, oleh sebab itu, Allah pun hanya sekali menetapkan sistem peredaran bumi dan cakrawala hingga sampai sekarang.

Kecerdasan Allah dibahasakan melalui manusia yaitu Adam dan Hawa. Entah bahasa apa yang digunakan oleh Allah kepada Adam dan Hawa, ataukah melalui hubungan roh atau cukup dengan mimik saja, yang kita tahu bahwa Allah telah memberi perintah kepada Adam dan Hawa dengan satu bahasa, dan manusia itu mendengar dan mengerti; karena bahasa-bahasa berkembang setelah peristiwa Menara Babel.

Kecerdasan Allah divisualisasikan lewat penyataan yaitu tiang awan dan tiang api, membelah laut Teberau, mujizat yang dilakukan melalui Musa, sampai kepada pembebasan umat Israel dari Mesir, serta kuasa melalui urapan kepada para nabi dan raja, dan penetapan peraturan-peraturan taurat, ini semua merupakan kecerdasan luar biasa yang mengindikasikan bahwa memang Dialah Allah.

Kecerdasan Allah terakhir, bisa dilihat dari penyataan Allah yang inkarnasi menjadi Manusia yaitu Yesus Kristus. Yesus lahir bukan dari benih manusia, tetapi dari Rohnya sendiri. Ini sama halnya dengan permulaan penciptaan langit dan bumi, bukan dari benih apa pun tetapi dari idenya sendiri. Yesus yang adalah Allah tetap menerapkan pola kecerdasan yang sama seperti dalam PL, Ia berbicara, bahkan meningkat dengan berbagai perumpamaan yang menakjubkan disertai dengan pelayanan mujizat dan pelepasan dari kuasa roh-roh jahat.

Setelah kematian, kebangkitan dan kenaikanNya ke sorga; karena Allah adalah Allah yang kasih, maka Ia pun meninggalkan kecerdasanNya kepada orang yang percaya kepadaNya, melalui Pentakosta, yaitu hari dimana pencurahan Roh Kudus dialami oleh para murid. Petrus, Yohanes dan murid lainnya bukanlah sarjana tetap mereka memiliki kecerdasan yang datang dari Allah. Rasul Paulus yang tadinya pembunuh orang Kristen, setelah dijamah Yesus, maka Dia menjadi penginjil ternama sampai namanya tercatat dalam Alkitab. Dan sampai sekarang, banyak anak-anak Tuhan yang memiliki kecerdasan dari anugerah Tuhan, meskipun harus tetap belajar formal.

PQ ALLAH

Kecerdasan fisik atau tubuh (Physical Quotient), PQ.
Tanpa kita perintah, tubuh kita menjalankan sistem pernafasan, peredaran darah, sistem syaraf, dan sistem vital lainnya.

Dalam Kejadian 1:28, "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Perintah ini difirmankan Allah sebelum manusia jatuh dalam dosa. Mungkin seandainya manusia itu tidak jatuh dalam dosa, maka bumi dan segala isinya akan tetap menghasilkan buah-buah yang lebat, tanpa bekerja keras. Berbeda setelah jatuh dalam dosa, Allah mengutuk tanah, dan manusia itu harus bekerja keras. Iblis merasuk hati dan pikiran manusia sehingga sampai kini, manusia itu bukan hanya saja pintar mengelola tanah dan tumbuh-tumbuhan, tetapi pintar untuk merusak dan menghancurkannya karena sifat rakus. (global warming merupakan salah satu efek dari kejahatan manusia terhadap alam).

Kita sudah belajar bahwa Allah adalah Allah yang cerdas. Allah tidak hanya menciptakan bumi, cakrawala dan isinya, tetapi juga memberikan kecerdasan fisik (PQ) kepada bumi dan cakrawala tersebut, dan sudah menjadi ketetapan bahwa manusia tidak akan diberi kuasa untuk mengubah keteraturan tersebut. Manusia tidak akan bisa mengubah matahari terbit dari Barat kemudian tenggelam di Timur, atau matahari bersinar dengan lima watt!

Kalau ada seorang yang kena kanker kulit, itu salah sendiri, kenapa lama-lama berjemur di bawah sinar terik matahari. Jangan salahkan Allah. Keteraturan peredaran bumi dan cakrawala merupakan bagian Allah, bagian manusia hanya mengelola tanah atau bumi hanya untuk kebutuhan fisiknya saja. Kalau pun kita berdoa supaya hujan tidak turun, karena event tertentu, Allah hanya menjawab doa kita dengan memindahkan awan gelap ke tempat lain. Tetapi yang namanya hujan tetap ada, karena itu kondisi iklim yang Allah sudah ciptakan.

Hasil penelitian membuktikan bahwa syaraf manusia terdiri dari hampir 7 trilyun. Manusia memiliki kecerdasan fisik (PQ), dimana kebanyakan syaraf-syarafnya bergerak tanpa diperintah. Ini juga sebagai bukti bahwa Allah yang cerdas tidak hanya menetapkan bumi dan cakrawala memiliki PQ sendiri tetapi manusia juga. Kita patut mensyukurinya dengan tetap memelihara kondisi kesehatan fisik kita sebagai bait Allah. Allah tidak memilih sarana lain untuk menjadi kediamanNya, kecuali hanya tubuh manusia.

EQ ALLAH

Kecerdasan emosi (Emotion Quotient), EQ.
Pengetahuan diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati, dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Ini juga berbicara tentang kepekaan mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara sosial, dan keberanian untuk mengakui kelemahan, menyatakan dan menghormati perbedaan.

Kecerdasan emosi Allah sudah terlihat ketika pertama kali Dia menempatkan manusia itu di Taman Eden, dengan perintah "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya…" (Kej. 2:16).

Allah memberikan pilihan kepada manusia, memberikan kehendak bebas, tidak mengekang mereka dengan otoritasNya sebagai Allah. Di lain sisi, Allah merupakan Allah yang demokratis. Dia menyerahkan keputusan kepada manusia itu.
Ada sebuah riset yang mengatakan bahwa dalam jangka panjang, kecerdasan emosional akan merupakan penentu yang lebih akurat mengenai keberhasilan dalam komunikasi, dalam hubungan-hubungan dan dalam kepemimpinan, dari pada kecerdasan mental.

Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mereka mengira bahwa komunikasi antara mereka dengan Allah sudah putus, sehingga mereka bersembunyi di balik pohon. Mereka mengira bahwa Allah tidak memiliki empati sama sekali. Ternyata Alkitab mencatat, bahwa Allah berjalan di taman ‘mencari’ mereka dengan pertanyaan, "dimanakah engkau" (Kej. 3:9). Allah datang karena Dia memiliki kecerdasan emosi. Meskipun Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Allah tidak melenyapkan mereka secara fisik. Sebenarnya Allah bisa saja dengan segera menciptakan manusia lagi, tetapi Allah tidak berpikir demikian, Allah memiliki kepekaan sosial, dan tahu benar bahwa Dia menciptakan manusia itu tidak sama dengan Allah. Allah adalah Allah, manusia adalah manusia. Sang Pencipta masih memiliki perbedaan dengan yang dicipta.

Akhirnya dengan rasa empati, Allah tetap kembali menjalin hubungan dengan mereka meskipun sudah berdosa, karena sekali Allah menciptakan bumi dan manusia, Alkitab mencatat semuanya dalam keadaan ‘baik’. Iblis tidak akan sanggup mengubah kata ‘baik’ menjadi jahat.
Sebenarnya apa tujuan Allah menciptakan manusia di bumi, dan menghembuskan nafasNya? Apakah Allah sedang kesepian? Tentu tidak karena Allah beserta dengan malaikat-malaikatNya berada di sorga.

Tujuan Allah adalah bermisi. Allah tahu bahwa malaikat yang sombong (Lucifer) sudah jatuh ke dalam bumi, dan menjadi perusak rencana Allah. Rencana Allah akan berjalan melalui manusia. Alkitab mencatat bahwa misi Allah terus berjalan mulai dari Abraham, Musa, Raja-Raja, Para nabi-nabi, sampai kepada Tuhan Yesus (Yoh. 3:16), para Rasul, dan para misionaris saat ini.

Masa PL.

Memperkenalkan nama Allah kepada bangsa-bangsa kafir.
Umat Israel adalah bangsa yang dikuduskan, sehingga mereka tidak boleh bercampur dengan bangsa-bangsa kafir. Banyak kisah tokoh dalam PL yang jatuh dalam dosa akibat melanggar ketentuan ini.
Allah menentapkan banyak peraturan, dengan tujuan pengkhususan ini, supaya berbeda dari bangsa lain, dan salah satu yang paling penting adalah peraturan persembahan korban bakaran.

Masa PB.

  • Yesus memperkenalkan DiriNya sebagai Allah.
    Yesus sejak berumur 12 tahun sudah memiliki hikmat yang tinggi dan Dia sering berada di Bait Suci, melakukan tanya jawab dengan para ahli Taurat. Pada usia 30 tahun, Dia sudah siap melayani, bahkan pelayanan Tuhan Yesus menjadi gambaran Dirinya sendiri sebagai Allah. Petrus bersaksi bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah. di hadapan Farisi dan ahli Taurat, Dia mengatakan bahwa Dia adalah Anak Allah, sehingga menjadi salah satu alasan mengapa Dia disalib dengan tuduhan telah menghujat Allah.
  • Para murid dan umat Kristen memperkenalkan Tuhan Yesus kepada dunia lewat Amanat Agung Tuhan Yesus (Mat. 28:19-20).
    Inilah esensi firman dalam Mat. 28:19, "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…" Kata pergi, Poreuomai. Arti yang utama adalah pergi untuk mengubah hidupnya sendiri, kemudian siap untuk mengubah hidup orang lain. Berbeda dengan kisah Abraham, dimana Allah menyuruhnya ‘pergi’ (Kej. 12:1). Kata ini dalam bah. Ibr. halak. Artinya memang berjalan, pergi dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi dari kedua kata ini, tujuannya tetap sama yaitu untuk memperkenalkan Tuhan Yesus kepada semua orang.

EQ dalam Misi

Misi harus dijalankan dengan lemah lembut, tidak memaksa, tetapi tidak berkompromi dengan cara-cara dunia (adat istiadat, etika situasi), yang membuka celah bagi dosa. Yesus mengatakan, "belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut". Paulus juga mengatakan hal yang sama. Terlalu banyak Tuhan Yesus menghadapi orang yang memiliki latar belakang karakter, usia, pendidikan, dan pekerjaan, dan ternyata Tuhan Yesus dapat menjangkau mereka semua lewat tegoran yang keras maupun yang lembut lewat perumpamaan.

Rasul Paulus merupakan rasul yang sangat gencar memenangkan bangsa-bangsa yang berbeda latar belakang budaya. Sidang Yerusalem diadakan justru untuk membahas penginjilan Paulus yang dianggap bertentangan dengan konsep Petrus dan kawan-kawan yang hanya konsentrasi kepada orang Yahudi saja. Rasul Paulus berhasil justru karena dia sudah memiliki EQ yang sangat baik. Dia sudah meninggalkan kehebatan sendiri, bahkan apa yang ada padanya dulu dianggap dia sebagai sampah. Dia sudah tunduk dan berserah kepada kehendak Kristus. Dia bermegah karena Injil yang diberitakan bukan karena kepintarannya.

SQ ALLAH

SQ Merupakan pusat dan paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena menjadi sumber ‘bimbingan’ atau pengarahan bagi tiga kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan kita akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas, yang sudah ada sejak keberadaan manusia itu sendiri. (keterhubungan dengan jiwa, sesama, sejarah dan alam dan dengan misteri kehidupan itu, dengan membawahkan egonya).

Pada Kitab Kejadian, sangat jelas ditulis bagaimana Allah itu dari mulanya memang sudah memiliki SQ yang sempurna.

Dia adalah Terang (Kej. 1:3).

Ayat 3 ini adalah catatan pertama Allah berbicara dalam Alkitab. "Berfirmanlah Allah, jadilah terang, lalu terang itu jadi." Firman Allah membawa terang! Allah adalah sumber dari semua ciptaan (ay. 1), dan Firman adalah penyataan dari semua ciptaan (ay. 3).
Allah memiliki natur yang tidak dimiliki oleh allah dunia ini, yaitu bahwa Dia sendiri adalah Terang. Terang dalam bahasa Ibrani, or, artinya tidak hanya iluminasi, pencerahan tetapi juga berbicara tentang kebahagiaan.

Allah adalah Kudus

Kekudusan dinyatakan langsung oleh Allah sendiri kepada para nabi dan utusanNya. Musa harus membuka kasutNya ketika mau bertemu dengan Dia di bukit Sinai. Sinar kemuliaanNya terpancar karena kekudusanNya. Karena Dia Kudus, maka setiap umat yang Israel yang berdosa harus mempersembahkan korban bakaran supaya mereka kembali tahir dihadapan Allah. "Kuduslah kamu sebab Aku kudus" (Im. 11:44-45). Petrus dalam suratnya menekankan tema kekudusan ini (1 Ptr. 1:16).

Alkitab mencatat bahwa semua yang diciptakannya dikatakan "Baik". Karena Dia adalah Terang, maka tentu semua yang diciptakannya pasti baik. Kata baik kontras dengan buruk. SQ tidak pernah berpihak kepada yang negatif tetapi yang positif. SQ berbicara tentang NURANI atau SUARA HATI, yang bersifat membangun; maka Allah juga disebut sebagai;

Gembala yang Baik.

Dalam Yeh. 34:4-6 dikatakan bahwa seorang gembala yang baik memiliki tujuan yaitu:

· Meringankan rasa sakit (yang lemah tidak kamu kuatkan).
· Pelayanan penyembuhan (yang sakit tidak kamu obati).
· Memperbaiki yang tidak berfungsi (yang luka tidak kamu balut).
· Pemulihan dan rekonsiliasi (yang tersesat tidak kamu bawa pulang).
· Penginjilan (yang hilang tidak kamu cari).
· Belas kasihan dalam pelayanan (kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman).

Yesus sendiri disebut sebagai Gembala yang Baik. Pelayanan Yesus di bumi, sebenarnya mengacu kepada Yeh. 34:4-6. Yang sakit disembuhkan, yang terikat roh-roh jahat dilepaskan, dan yang lapar diberi makan. Yang bermasalah diberi jalan keluar (perkawinan Kana).
Pola ini masuk pada era para rasul setelah pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Roh Kudus menyempurnakan SQ mereka. Egoisme, kesombongan, merasa pintar dsb, sekarang runtuh di bawah kuasa Roh Kudus. Mereka sekarang satu hati untuk mengadakan pelayanan yang disertai dengan kuasa. Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, Para Rasul juga nyatakan dalam pelayanan mereka.

Masa kini, kuasa itu terjadi bagi umat percaya.
Kecerdasan Spiritual orang Kristen secara khusus terlihat dari kasih karunia, karena iman kepada Tuhan Yesus.
"Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." (Rm. 1:17).

Konsep mengenai IMAN dalam pemikiran Paulus mempunyai arti yang sangat dalam:
Arti sederhana adalah kesetiaan. (2 Tes. 1:4), iman dan ketabahan disatukan. Iman adalah ketaatan yang teguh sebagai tanda laskar Yesus Kristus.
Iman berarti percaya. (1 Kor. 15:17). Paulus mengatakan kepada jemaat itu bahwa apabila Yesus tidak bangkit dari kematian, maka iman mereka adalah sia-sia, segala sesuatu yang telah mereka percayai itu hancur.
Iman kadang-kadang berarti agama Kristen (2 Kor. 13:5), tetapi tegak di dalam iman, yakni tetap berada dalam rangkuman agama Kristen.
Iman kadang-kadang secara praktis disamakan dengan ‘harapan yang teguh’ (2 Kor. 5:7), hidup karena percaya, bukan karena melihat.

Dalam kebanyakan surat Paulus, iman berarti ‘sikap menerima secara mutlak dan percaya tanpa syarat.’ Percaya sepenuhnya bahwa apa yang Yesus katakan adalah benar, dan mempertaruhkan segala-galanya pada jaminan ini untuk selamanya.
Kesimpulan, bahwa dalam pertumbuhan iman, seseorang mendengarkan berita Injil, mengaku bahwa berita itu benar, dan kemudian menyerahkan diri sepenuhnya untuk hidup sesuai dengan kebenaran itu.

Konsep mengenai PEMBENARAN.

Beberapa kata yang berkaitan dengan ini:

MEMBENARKAN (dikaioun), saya membenarkan (dikaioo). Kata ‘membenarkan’ yang sering dipakai Paulus mempunyai arti yang berbeda dengan pengertian yang biasa kita pakai. Apabila kita membenarkan diri sendiri, kita mencari alasan untuk membuktikan bahwa kita benar; apabila seseorang membenarkan kita, ia mencari alasan untuk mencari cara yang benar. Tapi semua kata kerja dalam bah. Yunani yang berakiran ‘oo’ tidak berarti ‘membuktikan’ atau ‘membuat…menjadi’; artinya selalu: "memperhitungkan" atau "menganggap sudah" begitu.

  • Apabila Allah membenarkan yang berdosa, itu tidak berarti bahwa Allah menemukan alasan untuk membuktikan bahwa orang itu benar – sama sekali tidak!
  • Bahkan disini tidak berarti bahwa Allah menjadikan orang berdosa itu menjadi seorang yang baik, melainkan bahwa "Allah memperlakukan orang yang berdosa seolah-olah orang itu tidak pernah berbuat dosa sama sekali." Allah tidak memperlakukannya sebagai orang yang bersalah yang harus dihukum, tetapi sebagai seorang anak yang dikasihi. Itulah arti PEMBENARAN (dikaiosune). Ini berarti bahwa Allah tidak menganggap kita sebagai musuh tapi sebagai teman, bukan sebagai orang jahat, melainkan sebagai orang yang benar, tidak sebagai pelanggar hukum yang harus dihukum, melainkan sebagai orang-orang yang dikasihiNya. Inilah hakekat utama dari Injil.
  • DIBENARKAN (dikaioun), berarti memasuki suatu hubungan yang baru dengan Allah, suatu hubungan yang didasarkan pada kasih, keyakinan dan kesetiakawanan, jauh dari rasa permusuhan dan ketakutan. Kita tidak lagi menghampiri Allah yang menunggu dengan hukuman yang adil tapi sangat mengerikan. Kita menghampiri Allah yang menunggu dengan pengampunan dan kasih penebus. PEMBENARAN adalah hubungan yang benar antara Allah dan manusia.

Seorang yang BENAR (dikaios), adalah seorang yang ada di dalam hubungan yang benar ini, dan inilah titik utamanya, bahwa ia berada dalam keadaan ini "bukan karena sesuatu yang telah ia lakukan, melainkan semata-mata oleh karena apa yang telah dilakukan Allah." Ia berada dalam hubungan yang benar ini bukan karena ketaatannya terhadap peraturan hukum Taurat, tapi karena dalam kepercayaannya yang mutlak, ia telah menyerahkan dirinya pada "kemurahan dan kasih setia Allah yang ajaib."

Kesimpulan, bahwa Paulus sebenarnya memakai konsep PEMBENARAN, dari dunia pengadilan. Ini menggambarkan manusia dimuka pengadilan Allah. Apabila seorang yang tidak bersalah berdiri dihadapan hakim yang memperlakukannya juga sebagai orang yang tidak bersalah, maka ini artinya ‘membebaskan’ dia. Tetapi dalam hubungan manusia dengan Allah, manusia adalah bersalah, tetapi Allah dalam kemurahanNya yang menakjubkan telah memperlakukan, memperhitungkan, menghargainya sebagai makhluk yang tidak bersalah.

SQ membuat manusia menjadi benar-benar manusiawi, pada dasarnya SQ juga berbicara tentang nurani dan suara hati contoh:

  • Anwar Sadat yang tadinya sangat membenci Israel, tetapi kemudian mau membawahkan ego dan EQ (kepekaan sosial, empati dan keahlian sosialnya) pada SQ-nya dengan menandatangai perjanjian damai bersama presiden AS, Jimmy Carter dan PM Israel, Menachem dalam Perjanjian Camp David. Kepemimpinan dari kecerdasan spiritualnya telah mengangkat kecerdasannya yang lain, dan ia menjadi orang yang memiliki otoritas moral yang besar sekali.
  • Hitler memiliki visi, disiplin, dan gairah, tetapi ia didorong oleh egonya. Kehancurannya disebabkan oleh tiadanya nurani. Bila nurani tidak mengarahkan visi, disiplin dan gairah, maka kepemimpinan tidak akan bertahan lama. Dengan kata lain, kekuasaan formal tanpa kewibawaan moral akan gagal.
  • Bunda Theresa membaktikan dirinya sepenuh hati, dengan bebas tanpa syarat untuk melayani kaum miskin. Kata-kata indah yang dilontarkan oleh beliau adalah:
    Buah dari perenungan adalah DOA
    Buah dari doa adalah IMAN
    Buah dari iman adalah CINTA
    Buah dari cinta adalah PELAYANAN
    Buah dari pelayanan adalah KEDAMAIAN

SQ Tuhan Yesus yang disebutkan Paulus dalam Roma 2:4:

Kemurahan (chrestotes). Ada dua kata untuk "baik" dalam bah. Yunani, yaitu ‘agathos’ dan ‘chrestos’. Perbedaannya adalah jika kebaikan seseorang, yang disebut ‘agathos’, bisa pula dipakai untuk menegur, disiplin dan menghukum; tetapi kebaikan yang disebut ‘chrestos’, secara hakiki, selalu berarti kemurahan hati. Yesus adalah ‘agathos’, ketika Ia mengusir dengan marah penukar uang dan orang-orang yang berjualan di Bait Allah. Sebaliknya Ia adalah ‘chrestos’, ketika Ia memperlihatkan dengan lemah lembut dan kasih kepada wanita berdosa yang meminyaki kakiNya dan wanita yang kedapatan berzinah.

Kesabaran (anoche). Kata ini menunjuk kepada ‘gencatan senjata.’, artinya penghentian suatu permusuhan. Allah memberikan kesempatan untuk bertobat.
Kelapangan hati (makrothumia) yaitu kesabaran terhadap sesama manusia. Sifat manusia yang mempunyai kuasa untuk membalas dendam tetapi tidak pernah menggunakan kuasanya itu.

KESIMPULAN
Allah adalah Allah yang memiliki IQ, PQ, EQ dan SQ. Kecerdasan ini juga sudah diturunkan bagi anak-anak Tuhan. Kita bisa menggunakannya untuk menjadi berkat bagi diri sendiri terutama bagi semua orang. Kecerdasan ini juga paling penting berfungsi untuk memenangkan banyak jiwa yang belum mengenal Kristus. Supaya firmanNya tergenapi, bahwa sebelum kedatanganNya yang kedua kali, namaNya sudah tersebar ke seluruh dunia.