Selasa, 18 Agustus 2009

PENGHARAPAN


Kehidupan setiap orang tidak pernah lepas dari apa namanya pengharapan. Kalau seseorang tidak punya pengharapan lagi tentang apapun di dunia ini, maka dia disebut sebagai orang yang mati rohani. Allah memberikan roh (ruach) yaitu nafas kehidupan di dalam manusia, supaya dia bisa berhubungan dengan Allah. Orang-orang Kristen memiliki relasi dengan Allah supaya manusia itu tidak hilang pengharapan.

Kita tahu bahwa Allah dalam PL, merupakan Allah yang bertindak dengan otoritas yang tinggi. Masa itu disebut theokrasi, pemerintahan Allah yang langsung menyuruh para nabi untuk mengingatkan akan sanski dari hukum-hukum yang dilanggar oleh umat Israel. Kalau umat itu berdosa, langsung dihukum. Dimulai dari Adam dan Hawa di Taman Eden, mereka langsung diusir dari Taman Eden, peristiwa Air Bah, Sodom dan Gomora dimana manusia itu sudah memiliki moral yang rusak dan tidak menghargai lagi akan otoritas Allah.
Tetapi dari semua peristiwa dalam sejarah ini, apakah masih ada tersisa kata pengharapan di dalamnya? Sesungguhnya Allah itu unik, dan memang tidak akan terselami pikiran-Nya, amin?
Adam dan Hawa tidak dihukum mati secara jasmani (Kej. 3:2), tetapi justru Allah mencari dengan pertanyaan, "Dimanakah engkau"? (ay. 9). Disini Allah tidak mengucapkan kata yang akan memusnahkan tubuh mereka, padahal Allah bisa dengan satu kata untuk melenyapkan mereka dari muka bumi, dan menciptakan manusia baru lagi. Tetapi disini Allah konsisten dengan ciptaan-Nya, sekali Dia menciptakan, Alkitab mencatat, bahwa apa yang diciptakan-Nya, semuanya BAIK. Meskipun Iblis ingin berusaha ingin mengubah kata "baik" menjadi "jahat", tetapi bukti disini jelas bahwa "kebaikan" Allah bukanlah seperti apa yang dipikirkan oleh Iblis. Disini ada sebuah harapan buat Adam dan Hawa bahwa ternyata mereka masih diberikan kesempatan untuk hidup meskipun harus bekerja keras. Kalau kita baca kisah selanjutnya, maka dari keturunan mereka yaitu Kain dan Habel, meskipun Habel yang benar dan Kain yang berdosa membunuh adiknya, Kain tetap tidak dilenyapkan oleh Allah meskipun Allah mendengar "teriakan darah Habel" yang tidak berdosa.
Bahkan Allah berkata, "Barangsiapa membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." (Kej. 4:15). Kisah ini juga adalah untuk membuktikan bahwa Iblis yang bekerja pada Kain, tidak akan bisa mengalahkan kasih dan kebaikan Allah.
Berbicara tentang darah yang tidak berdosa, ini adalah sebuah pengharapan Mesianis, dimana dalam Ibrani 12:24, dikatakan bahwa darah Yesus "berbicara" lebih kuat dari pada darah Habel.

Keturunan selanjutnya yaitu Set sampai ke Henokh, merekalah yang kembali hidup "bergaul" dengan Allah (Kej. 5:22). Jadi selain pengharapan yang Allah berikan, terdapat suatu rencana dari Allah bahwa Dia akan tetap memakai manusia sebagai alat untuk berkomunikasi bagi diri-Nya sendiri. Allah ingin bergaul dengan manusia.
Dalam peristiwa air bah, Allah tetap menyisakan satu keluarga untuk menjadi sahabat dan pelaksana rencana Allah selanjutnya, yaitu Nuh. Seluruh ciptaan dimusnahkan Allah karena manusia sudah jahat dan mereka tidak lagi menyembah Allah. Waktu Nuh hidup bergaul dengan Allah (Kej. 6:9), dia tahu bahwa ada pengharapan dalam hidupnya dimana Allah akan tetap menyertainya.
Pengharapan itu semakin dipertegas Allah dengan mengadakan "perjanjian" kepada manusia, yaitu bahwa Allah tidak akan membuat hukuman air bah lagi dengan mengadakan satu tanda yaitu "pelangi". (Kej. 9:13). Allah mengadakan perjanjian setelah Nuh mendirikan mezbah, mempersembahkan korban bakaran dari binatang dan burung yang tidak haram. (Kej. 8:20). Hal ini sekali lagi berbicara tentang pengharapan Mesianis, dimana korban darah Yesus adalah korban bakaran yang tidak bercela.
Pengharapan yang diberikan oleh Allah terus dirasakan oleh orang-orang yang erat bergaul dengan Dia. Dari keturunan Sem, anak Nuh, lahirlah satu keturunan Terah yang memperanakkan Abram, yang kemudian kita kenal dengan nama Abraham. Satu perjanjian lagi dibuat Allah bagi manusia lewat Abraham, yaitu bahwa "Abraham akan menjadi bangsa yang besar.." (Kej. 12:2).
Allah pasti dalam memberikan janji-Nya, tetapi kadang pengharapan itu tidak langsung hari itu juga kita terima. Manusia diharapkan sabar dan tekun dalam bergaul dengan Dia. Sering manusia itu merasa jenuh menunggu apa yang diharapkan. Satu contoh adalah Sarai, isteri Abraham. Dia tidak memiliki pengharapan yang konstan. Dia mengabaikan pengharapan itu dengan mengusulkan Abraham untuk mendekati Hagar hambanya. Tetapi apakah Allah lalai dalam janji-Nya, apakah Allah menghancurkan harapan yang diberikan kepada Abraham? Tidak, pada tahun-tahun selanjutnya Allah menggenapinya dengan membuka kandungan Sarah dan lahirlah Ishak sebagai anak perjanjian tersebut. Disini jelas Allah ingin mengatakan kepada kita, bahwa Dia tidak pernah membuat manusia itu hidup tanpa pengharapan yang jelas.
Sebagai tanda perjanjian Allah dengan manusia, maka Allah memerintahkan Abraham untuk menyunat setiap anak laki-laki. Dalam proses sunat pasti ada darah yang tercurah. Ini juga berbicara tentang pengharapan Mesianis, dimana Yesus rela mencurahkan darah-Nya demi dosa manusia.
Akhirnya setelah suara kenabian tidak terdengar lagi selama sekian ratus tahun,dari masa PL kita tiba ke masa PB, muncullah seorang nabi namanya Yohanes Pembaptis. Dia berkata, "Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Pasti orang-orang yang mendengar ini akan kaget terutama orang-orang Yahudi yang sudah lama menantikan Mesias, apalagi mereka sedang dalam jajahan bangsa Romawi. Mereka ingin bebas dari pemerintahan Romawi, mereka sudah muak selama ini hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh bangsa kafir tersebut.
Saatnya sekarang bagi bangsa Israel untuk tidak lagi mempersembahkan korban bakaran di mezbah. Selama ratusan tahun mereka memelihara Taurat dan setia melakukan tata cara ibadah, meskipun mungkin hal itu dilakukan dengan cara yang tidak suci lagi. Tiba saatnya mereka untuk menghentikan itu semua. Allah ingin menutup tata cara ibadah seperti itu dengan gaya yang baru, yaitu hanya percaya kepada-Nya lewat iman, bukan lagi dengan formalitas ibadah. Untuk merubah Perjanjian Lama tersebut kepada Perjanjian Baru, harganya tidak murah. Prosesnya sangat mengguncang keberadaan agamawi bangsa Israel.
Allah yang menetapkan hukum atau aturan dalam Taurat PL, esensinya kini harus dirubah dengan kehadiran Allah sendiri melalui Yesus. Dalam PL kita lihat bahwa Allah ingin sekali bergaul dengan umat pilihan-Nya yang taat. Tetapi dalam PB, Dia bukan hanya ingin bergaul, tetapi ingin menjadi sahabat manusia. Maka Allah inkarnasi dalam daging, yaitu Tuhan Yesus, supaya Allah langsung bersosialisasi dengan semua manusia yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Sekarang Allah dalam Yesus melihat praktek hukum Taurat yang diberikan oleh Allah dan saatnya harus mengalami perubahan. Masalahnya bukan pada Allah, tetapi pada umat Israel yang mengembangkan aturan tersebut pada kepentingan diri sendiri, bukan pada kasih terhadap sesama. Mereka melakukan aturan taurat hanya pada sebatas formalitas bukan praktek kehidupannya. Tuhan Yesus terlalu banyak mengkritik orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yang tidak lagi mempraktekkan taurat itu dalam kasih, tetapi hukuman.
Kita tahu proses pengubahan ini, tidak sulit, bahkan sampai harus mengorbankan darah Tuhan Yesus di kayu salib. Oleh sebab itu, darah Habel yang berteriak dari tanah, tanda sunat, dan korban bakaran, kini diganti dengan darah Tuhan Yesus sendiri. Pada sebagian orang pengharapan orang Israel yang selama ini mereka inginkan yaitu Mesias segera diterima, tetapi pada sebagian orang lagi pengharapan ini ditolak. Tetapi yang kita tahu bahwa Allah tidak pernah ingkar janji. Dia datang ke bumi karena janji kasih-Nya.
Dan satu hal yang sangat penting, yaitu bahwa dari semua janji yang diadakan oleh Allah dalam Perjanjian Lama, ternyata dalam Perjanjian Baru mengalami satu kemajuan. Yaitu bahwa janji dan pengharapan itu bukan lagi hanya milik oleh bangsa Israel, tetapi seluruh dunia, termasuk saudara dan saya. Mengapa Allah berfikir universal, mengapa keselamatan itu mencakup wilayah global.? Sekali lagi bahwa Allah tidak mau terlalu lama berurusan hanya dengan bangsa Israel, yang selama ini kata Alkitab sebagai bangsa yang "tegar tengkuk". Keras kepala, dibilangin tetapi tetap ngotot. Meskipun mereka sudah ditetapkan sebagai bangsa pilihan, tetapi Allah berfikir lain. Dia ingin agar nama-Nya disanjung dan disembah oleh seluruh umat manusia. Mengapa? Karena Allah pantas untuk disanjung, karena Dialah yang menciptakan bumi dan isinya, saudara dan saya. Dan Allah tidak mau lagi diam, karena umat manusia di muka bumi sudah berkembang pesat, dan kalau Allah, tidak membuka kesempatan itu bagi manusia lain, maka karya keselamatan itu hanya akan dirasakan oleh segelintir orang saja. Karena apa? Karena bangsa-bangsa lain sudah sibuk menyembah roh-roh berhala, patung-patung dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu satu Amanat yang tidak boleh dilupakan yaitu Amanat Agung, dalam Mat. 28:19-20 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Maka akhirnya pengharapan itu sekarang kita sudah rasakan. Kita sudah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Tetapi mengapa masa kini, masih tetap ada saja banyak orang Kristen yang masih ragu, apakah pengharapan itu sudah berhenti setelah Tuhan Yesus naik ke sorga? Tidak.
Pengharapan selanjutnya adalah pengharapan eskatologis (akhir zaman). Meskipun kita tidak melihat Yesus secara kasat mata, tetapi Roh Kudus yang Dia kirim, memampukan kita untuk beriman, bahwa Dia akan datang yang kali kedua untuk membawa kita masuk dalam Kerajaan Sorga, sesuai dengan apa yang telah dikatakan dalam Kis. 1:11, "Yesus ini, yang meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Inilah pengharapan kita. Kapan tanya sebagian orang? Seperti penggenapan janji Allah dalam PL, dimana waktunya tergantung Allah, demikian juga halnya dengan kedatangan Yesus kedua kali, itu adalah waktu Bapa. Kita hanya dituntut untuk setia, dan tekun melakukan perintah-perintahNya. Dan lihatlah apa yang dikatakan dalam Wahyu 21:10; 22:3-5. "Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah." "Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, 4 dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. 5 Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."

Kesimpulan bahwa pengharapan yang dijanjikan oleh Allah dari awal penciptaan manusia, akan nyata sampai pada akhirnya, yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali. Kita sebagai umat percaya, mungkin mengalami banyak persoalan hidup yang kita hadapi sehari-hari. Tetapi seperti masa-masa yang dialami oleh bangsa Israel, dimana terdapat banyak sekali mereka yang jatuh dalam dosa tanpa bertobat, maka saat ini juga, kita harus mau datang setiap saat kepada Tuhan Yesus minta ampun akan segala dosa-dosa supaya pada akhirnya pengharapan kita itu tidak sia-sia. Yakin dan percayalah bahwa bagi mereka yang setia pada akhirnya, Tuhan Yesus berjanji bahwa mereka akan berkumpul bersama-sama satu perjamuan suci di Kerajaan Sorga. Amin.