Yahweh yang menentukan pikiran indah bagi rencana-Nya terhadap manusia. Dia menciptakan bumi dan isinya dengan susunan-susunan yang rapi, teratur dan berjalan sesuai dengan siklus yang Dia atur sendiri. Sungguh suatu karya yang sangat mengagumkan. Tetapi ketika semuanya kelihatan sudah "baik", tiba-tiba Iblis hadir untuk mengotori keindahan tersebut dengan tipu dayanya kepada manusia ciptaan Allah yang pertama, yang masih suci. TUHAN Allah menunjukkan kasih-Nya yang luar biasa, dengan tidak membunuh Adam dan Hawa secara fisik, meskipun mereka sudah melanggar perintah-Nya. Disini jelas terlihat bahwa Iblis tidak akan sanggup untuk mengubah apa yang baik di mata TUHAN. DIA ingin menunjukkan kepada Iblis bahwa Dialah Penguasa bumi dan sorga, dan tidak akan ada yang bisa merusaknya.
Adam dan Hawa selanjutnya melahirkan keturunan yaitu Kain dan Habel. Nah, bagaimana manusia itu bisa kembali berhubungan dengan Allah, setelah jatuh dalam dosa? Pada kesempatan ini, saya akan secara khusus membahas soal korban persembahan yang dilakukan oleh umat Israel, karena inilah cara bagi manusia itu untuk berhubungan kembali dengan Allah. Pertama kali Alkitab mencatat tentang korban persembahan yaitu ketika Kain dan Habel mempersembahkan sesuatu kepada Allah. Kain mempersembahkan hasil tanah dan Habel mempersembahkan korban ternak.
Mengenai asal muasal persembahan korban ini, Henry M. Morris dalam bukunya "The Genesis Record", mengatakan: "The Bible does not actually say specifically whether such sacrifices had been commanded by God, or whether the practice arose merely as a spontaneous expression of thanksgiving and worship."
Artinya bahwa dalam Kejadian pasal 4, tidak secara jelas disebutkan mengapa mereka harus memberikan korban persembahan; kelihatannya bahwa Allah telah memerintahkan Kain dan Habel untuk itu, namun Kain tidak taat dengan syarat yang diberikan oleh Allah yaitu korban darah binatang. Di satu sisi, mungkin ini ada kaitannya dengan kulit binatang yang dibuat Allah untuk menutupi tubuh Adam dan Hawa ketika mereka merasa malu dalam keadaan telanjang. Oleh sebab itu Adam dan Hawa memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan hal yang sama yaitu korban persembahan binatang kepada Allah, tetapi Kain tidak taat.
Dalam era Musa, Allah secara resmi menetapkan peraturan tentang kebaktian, dalam Keluaran 20:24, "Kaubuatlah bagi-Ku mezbah dari tanah dan persembahkanlah di atasnya korban bakaranmu dan korban keselamatanmu, kambing dombamu dan lembu sapimu. Pada setiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi nama-Ku, Aku akan datang kepadamu dan memberkati engkau."
Kemudian peraturan semakin banyak datang dari Allah, termasuk cara-cara untuk penyucian diri akibat dosa. Kita bisa baca dalam Kitab Imamat, khususnya dalam pasal 4, hampir setiap jenis dosa yang manusia lakukan, bisa diatasi hanya dengan menyerahkan korban binatang kepada Allah lewat para imam yang kudus.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, sampai kapan korban binatang tersebut Allah sukai? Apakah manusia itu setiap saat bisa berbuat dosa dengan dalih, bahwa Allah pasti mengampuni dengan hanya menyerahkan korban binatang? Dosa-dosa apa saja yang Allah tetapkan sebagai pelanggaran? Kalau kita selidiki Alkitab dengan cermat, ternyata Allah tidak murka hanya dengan dosa penyembahan berhala atau dewa-dewi, karena cakupannya hanya pada perintah pertama dari 10 Hukum Perintah, tetapi Allah murka terhadap pelanggaran dari 10 Hukum Perintah tersebut.
Umat Israel agak sedikit "cerdik" dengan menutupi dosa-dosanya dengan formalitas pemberian korban binatang kepada Allah. Mereka tidak tahu, bahwa Allah sebenarnya "menyelidiki hati" bukan tindakan pemberian korban bakaran tersebut. Ini yang menyebabkan Allah JIJIK terhadap semua korban bakaran mereka. Sebagai contoh kita bandingkan beberapa ayat firman berikut:
MIKHA 6:6-8
6 "Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?
7 Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?"
8 "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"
AMOS 3:9-10
"Siarkanlah di dalam puri di Asyur dan di dalam puri di tanah Mesir serta katakan: "Berkumpullah di gunung-gunung dekat Samaria dan pandanglah kekacauan besar yang ada di tengah-tengahnya dan pemerasan yang ada di kota itu. Mereka tidak tahu berbuat jujur," demikianlah firman TUHAN, "mereka itu yang menimbun kekerasan dan aniaya di dalam purinya."
"Tidak tahu berbuat jujur", "Tidak tahu", dalam bentuk perfect. Kata ini muncul lagi dalam Yes. 59:14. "Ketulusan ditolak orang." nüköHâ adalah kata benda abstrak yang artinya straight (lurus), honest (tulus), correct (benar). Ini adalah fakta bahwa ini instruksi yang murni, dalam kejadian yang sah dalam klan Israel, dan juga dalam pengadilan Yerusalem. Kejujuran ini, yang mana diperintahkan kepada bangsa Israel, adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh para pemimpin Samaria, bagaimana cara untuk mempraktekkannya.
Tuduhan ditujukan kepada golongan kelas atas dari orang Samaria yang terbukti nyata "menimbun" di purinya, (infinitive absolute). Kata ini mewakili "ketiadaan hukum" dan "kebobrokan" dalam masyarakat, dan Amos ingin memberikan kesaksian menyangkut kejahatan (violence and robbery – kekerasan dan perampokan, KJV), terhadap manusia dan milik, yang ditimbun di puri
Di kota ini tidak terdapat sama sekali suatu "negara hukum" atau "negara yang adil", "mereka (= orang Samaria khususnya para pemuka di ibukota Israel itu) tidak tahu berbuat jujur" (maksudnya berbuat adil dan lurus, sebab yang dipentingkan disini bukanlah sifat kejujuran tetapi penegakan keadilan atau kelurusan terhadap orang lemah). Mereka "menimbun kekerasan dan aniaya," sebab golongan atas dari penduduk telah mendapat kekayaan itu dengan jalan menindas dan menghisap saudara-saudara mereka yang miskin dan lemah. (Boland, 36).
YESAYA 1:10-15.
10 Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
11 "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
12 Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
13 Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
14 Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
Pada abad ke-8 sM, timbullah zaman yang makmur bagi negara-negara Timur Tengah, termasuk Israel, oleh karena letaknya yang strategis untuk lalu lintas perdagangan. Kekayaan harta material yang dimiliki oleh para pemimpin di Israel sayangnya disalahgunakan dalam ibadah mereka yang penuh kemunafikan. Dalam Yesaya 1:10-15 ini dinyatakan bahwa inti dosa mereka ialah ibadah yang penuh kemunafikan terhadap Tuhan. Dosa yang paling berat bukanlah kriminal, melainkan tidak adanya kesadaran tentang dosa itu. Kehidupan religius telah dipoles dengan kegiatan-kegiatan munafik yang dilakukan hanya untuk memuaskan diri sendiri, sebagai suatu pamer kesalehan diri sendiri. Hal itu diperlihatkan dengan banyaknya korban persembahan yang marak dengan pesta-pesta perayaan yang meriah, dengan menaikkan doa-doa yang panjang sambil menadahkan tangan mereka ke atas, dan sebagainya. Tetapi para janda dan yatim piatu ditelantarkan ! (S. H. Widyapranawa, 13).
Akan tetapi TUHAN Allah, tidak bisa dikelabui oleh tindakan-tindakan lahiriah yang munafik itu. Tuhan akhirnya merasa muak dengan cara-cara ibadah yang munafik itu, setelah mereka ditegur berkali-kali melalui para nabi (mis. Amos). Mereka sudah terlanjur membelakangi Tuhan dan salah paham. Dikira melalui kegiatan-kegiatan kultus yang munafik itu mereka akan menerima pahala keselamatan dari Tuhan. Inilah kesalahpahaman yang vital dan fatal yang perlu diluruskan.
Oleh sebab itu mari datang kepada Tuhan Yesus dengan sikap tulus, ditandai dengan perbuatan kasih kepada semua orang, karena Tuhan Allah tidak melihat gereja dari hiruk pikuk kuantitas tetapi kualitas, karena kualitas hidup merupakan penghargaan yang paling indah terhadap korban darah Tuhan Yesus di kayu salib.
Jumat, 28 Desember 2007
KUTUK DIASPORA
"Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" (Mat. 27:25).
Ayat tersebut diatas menunjukkan betapa sombong dan angkuhnya orang Yahudi terutama para imam-imam kepala dan tua-tua yang mengerti taurat dan nubuat yang sangat banyak tentang Tuhan Yesus dalam Kitab Perjanjian Lama, namun mereka tetap menyangkal Dia sebagai Anak Allah. Hati dan telinga mereka sudah tertutup sehingga tidak bisa lagi melihat siapa sebenarnya Yesus yang mereka desak untuk disalibkan itu.
Diaspora Yahudi (bahasa Ibrani: tefutzah, "tersebar", atau Galut גלות, "pembuangan") adalah penyebaran orang-orang Yahudi di seluruh dunia. Secara umum pengertian diaspora dianggap telah dimulai dengan pembuangan di Babel pada 597 SM, setelah sejumlah komunitas Yahudi Timur Tengah terbentuk pada waktu itu sebagai akibat dari kebijakan yang toleran dan kemudian menjadi pusat-pusat kehidupan Torah dan Yudaisme yang penting selama abad-abad berikutnya.
Kekalahan orang-orang Yahudi pada Pemberontakan Besar Yahudi pada tahun 70 dan Pemberontakan Bar Kokhba pada 135 dalam menghadapi Kekaisaran Romawi merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan besarnya jumlah dan daerah pemukiman di diaspora, karena banyak orang Yahudi yang tersebar setelah hilangnya negara mereka Yudea atau dijual dalam perbudakan di seluruh kekaisaran. (http://id.wikipedia.org/wiki/Diaspora_Yahudi)
Berikut kronologis dari masa diaspora, betapa mengerikan dan dahsyatnya penderitaan yang dialami oleh orang Yahudi di berbagai negara di muka bumi ini, sebagai akibat perbuatan dan ucapan mereka:
Penindasan Yahudi Pribumi di Mesir sebelum 1948
Yahudi tinggal di Mesir sejak ribuan tahun. Suku2 Israel pertama pindah ke Tanah Goshen (tepi utara Delta Nil) selama kekuasaan Faraoh Amenhotep IV (1375-1358SM). Selama kekuasaan Ramses II (1298-1232 SM), mereka diperbudak bagi proyek2 pembangunan Faraoh. Penerusnya, Merneptah, melanjutkan kebijakan anti-Yahudi yg sama dan pada sekitar th 1220 SM, mereka berontak dan melarikan diri melewati Sinai ke Kanaan. Inilah Exodus yg diceritakan dlm Injil yg selalu diperingati Yahudi pd Hari Passover. Bertahun2 kemudian, banyak Yahudi di Eretz, Israel, yg tidak dideportasi ke Babylon (Irak sekarang) mencari perlindungan di Mesir, diantaranya nabi Jeremiah. Thn 1897 terdapat lebih dari 25.000 Yahudi di Mesir, yg berpusat di Kairo dan Alexandria. Th 1937 penduduk mencapai 63,500.
Friedman menulis dalam "The Myth of Arab Tolerance/Mitos Toleransi Arab"; "Seorang kalif, Al-Hakim dari kerajaan Fatimid menciptakan bentuk2 penghinaan berat teradap Yahudi dalam upayanya memainkan perannya sebagai "Penyelamat Umat Manusia". Pertama, Yahudi dipaksa mengenakan gambar2 kepala anak sapi emas dileher mereka, seakan mereka masih berhala. Mereka juga dipaksa untuk mengenakan bel dan batang-batang kayu seberat 3 kg digantung dileher mereka. Mereka tetap tidak mau masuk Islam dan dalam kemarahannya, sang Kalif menghancurkan seluruh kawasan tempat tinggal Yahudi di Kairo. Th 1945, dgn meningkatnya nasionalisme Mesir dan suburnya sentimen anti-Barat dan anti-Yahudi, pecahlah kerusuhan. 10 Yahudi tewas, 350 luka-luka dan sebuah sinagog, rumah sakit Yahudi dan kawasan pemukiman yg berusia ratusan tahun dibakar habis. Berdirinya Negara Israel semakin meningkatkan rasa anti Yahudi: antara Juni dan November 1948, sejumlah bom meledak di kawasan Yahudi yg menewaskan 70 Yahudi dan melukai 200. 2.000 Yahudi ditangkap dan harta benda mereka disita.
Peristiwa Sesudah 1948
Tahun 1956: pemerintah Mesir menggunakan kampanye Sinai sebagai alasan mengusir ke 25.000 penduduk pribumi Yahudi Mesir dan menyita harta benda mereka. Sekitar 1.000 Yahudi dipenjara. Dan taggal 23 November, 1956, dikeluarkan sebuah proklamasi oleh Menteri Agama yg dibacakan di masjid-masjid diseluruh Mesir bahwa "semua Yahudi adalah Zionis dan musuh negara," dan menjanjikan pengusiran mereka.
Ribuan Yahudi diperintahkan meninggalkan negara mereka. Mereka diijinkan untuk membawa hanya satu kopor saja dengan jumlah uang recehan dan dipaksa menandatangani deklarasi ‘menyumbang’ harta benda mereka ke pemerintah Mesir. Harta yg ditinggalkan diperkirakan US$ 30 milyar !!
Sejumlah anggota keluarga Yahudi disandera utk memastikan bahwa mereka yg meninggalkan negara tidak melakukan sesuatu yg dapat merugikan pemerintah Mesir.
Tahun 1979, masyarakat Yahudi Mesir menjadi masyarakat pertama didunia Arab yang mengadakan hubungan dengan Israel. Israel kini memiliki kedutaan di Kairo dan sebuah Konsulat Jendral di Alexandria. Pada saat ini, segelintir Yahudi yang masih tersisa di Mesir bebas mempraktekkan agama mereka. Shaar Hashamayim adalah satu-satunya sinagog yg beroperasi di Kairo. Namun dari sekian banyak sinagog di Alexandria, hanya sinagog Eliahu Hanabi boleh dipakai. Tahun 1957, penduduk Yahudi mencapai angka 15.000. Tahun 1967, setelah Perang Enam Hari, muncul kembali penindasan dan Yahudi tinggal 2.500. Tahun 1970an, setelah Yahudi yang tersisa diijinkan imigrasi (alias ditendang keluar), hanya segelintir Yahudi masih tersisa. Hak-hak Yahudi dipulihkan kembali pada thn 1979 setelah Presiden Anwar Sadat menandatangani Perjanjian Camp David dgn Israel. Kini, masyarakat Yahudi di Mesir berusia lanjut dan hampir punah.
Penindasan terhadap Yahudi Pribumi di Irak Sebelum 1948
Yahudi pribumi Irak merupakan masyarakat tersendiri dengan sejarah keilmuan dan prestasi tinggi. Mereka makmur di Babylonia selama 1200 tahun sebelum perebutan Muslim tahun 634AD; dan pada abad ke 9 diberlakukanlah Aturan-aturan Dhimmi seperti pengenaan sepotong kain kuning, pajak per kepala yg sangat tinggi (jizyah) dan pembatasan pemukiman. Penindasan ekstrim oleh kalif-kalif Arab dan Mameluk memberlakukan pajak yang sama saja dengan penyitaan harta pd th 1000AD. Tahun 1333, penindasan berpuncak pada penjarahan dan penghancuran pemukiman Yahudi pribumi di Bagdad. Thn 1776, terjadi pembantaian Yahudi di Bosra oleh tentara Ottoman yg mengakibatkan banyak Yahudi mengungsi.
Abraham, bapak orang Yahudi, lahir di Ur di Chaldees, di Irak Selatan, sekitar 2.000 SM. Masyarakat itu bisa dilacak sampai abad 6M ketika Nebuchadnezzar merebut Judea dan mengirim seluruh penduduk ke pengasingan ke Babylonia.
(Ingat lagu Boney M : By the Rivers of Babylon … there we sat down … and there we were, when we remember Zion …Lagu itu mengibaratkan Yahudi pada masa pengasingan itu.)
Masyarakat Yahudi pribumi Timur Tengah juga membina hubungan kuat dengan tanah Israel dan dengan bantuan rabbi-rabbi dari Israel, berhasil mendirikan akademi-akademi Rabbi ternama. Pada abad ke 3M, Babylon menjadi pusat pendidikan Yahudi, dengan penciptaan mereka yg paling terkenal : Talmud Babylon. Dibawah kekuasaan Muslim yang dimulai pada abad 7, keadaan mereka kembang kempis. Yahudi pribumi boleh memegang jabatan dalam pemerintahan dan dalam bidang perdagangan mereka maju tetapi pada saat bersamaan mereka dikenakan pajak-pajak khusus, pembatasan aktivitas bisnis dan (spt yg dialami golongan Cina di Indonesia) permusuhan luas.
Dibawah jajahan Inggris, yang dimulai tahun 1917, nasib Yahudi pribumi secara ekonomis membaik dan mereka kembali memegang jabatan pemerintahan. Mereka malah diijinkan utk mendirikan organisasi2 Zionis dan meneruskan studi2 Ibrani. Semua ini berakhir saat Irak merdeka pd tahun 1932. Juni 1941, kudeta pro-Nazi pimpinan Rashid Ali mengakibatkan POGROM di Baghdad. Massa Irak yg bersenjata, dgn bantuan polisi dan tentara, membunuh 180 Yahudi dan melukai sekitar 1.000. (Persis spt peristiwa Mei 1998)
Walaupun emigrasi dilarang, banyak Yahudi berhasil melarikan diri ke Israel dengan bantuan gerakan bawah tanah. Namun kerusuhan anti-Yahudi terus berlangsung antara 1946-49. Setelah pembentukan Israel th 1948, Zionisme diancam hukuman mati.
Setelah 1948
Thn 1950, parlemen Iraq menyetujui emigrasi ke Israel, satu tahun setelah mereka melepaskan kewargaan mereka. Setahun kemudian, harta benda Yahudi yang beremigrasi dibekukan dan pembatasan ekonomi diberlakukan bagi mereka yg memilih utk tinggal di negara itu. Mei 1950 - Agustus 1951, badan-badan Yahudi dan pemerintah Israel berhasil menerbangkan 110.000 Yahudi ke Israel dlm Operasi Ezra dan Nehemiah. Ini termasuk ke-18.000 Kurdi Yahudi. Sekitar 20.000 diselundupkan keluar lewat Iran. Jadi, masyarakat berjumlah 150.000 pada tahun 1947 berkurang sampai berjumlah 6.000 setelah 1951.
Tahun 1952, pemerintah Iraq melarang Yahudi untuk beremigrasi dan menggantung dua orang Yahudi dimuka umum setelah dikenakan tuduhan palsu melemparkan bom kpd kantor Bagdad di Badan Informasi AS. Tahun 1963, dengan meningkatnya faksi-faksi Ba'ath yang berkompetisi, pembatasan berikutnya diterapkan pada Yahudi-Yahudi Irak yang masih tersisa. Penjualan harta benda dilarang dan semua Yahudi disyaratkan agar selalu membawa KTP berwarna kuning.
Tahun 1967, setelah Perang 6 Hari, harta benda Yahudi disita, tabungan di bank dibekukan; mereka dipecat dari jabatan pemerintahan; bisnis-bisnis ditutup; ijin dagang dibatalkan, sambungan telpon dihentikan. Yahudi dikenakan tahanan rumah selama waktu panjang atau dibatasi gerakan hanya dalam kota-kota. Ke 3.000 Yahudi yg tersisa juga dipecat dari pekerjaan.
Tahun 1968, penindasan mencapai puncaknya. Puluhan ditahan setelah ditemukannya "jaringan mata2" yang terdiri dari tokoh-tokoh bisnis. 14 lelaki – 11 dari mereka Yahudi- dikenakan hukuman mati dalam pengadilan asalan dan DIGANTUNG DIDEPAN MASSA di lapangan-lapangan di Baghdad; yang lainnya mati disiksa.
January 27, 1969, Radio Baghdad memanggil semua orang Iraq "untuk datang dan menikmati pesta." Sekitar 500.000 lelaki, wanita dan anak-anak berbaris dan menari-nari melewati panggung tempat bergantungnya mayat-mayat Yahudi ; dan massa dengan harmonis meneriakkan "Death to Israel" dan "Death to all traitors." Ini mengakibatkan kemarahan dunia yg ditanggapi Radio Baghdad dengan mengatakan: "Kami menggantung mata2, tetapi Yahudi menyalibkan Kristus."
Yahudi terus dimata-matai oleh intel pemerintah Irak. Max Sawadayee, dalam "All Waiting to be Hanged"(Semua Menunggu Giliran Digantung) menulis kesaksian seorang Yahudi Irak: "Dehumanisasi Yahudi oleh penghinaan dan siksaan terus menerus ... menghancurkan total kemampuan fisik dan mental kami utk pulih kembali."
Tahun 70-an, karena tekanan internasional, Baghdad diam-diam mengijinkan Yahudi yang masih ada di negara mereka untuk beremigrasi (secara diam-diam pula). Kebanyakan dari mereka pada saat itu sudah terlalu tua untuk emigrasi. Mereka ditekan pemerintah untuk menyerahkan hak kepemilikan, tanpa kompensasi, atas tanah Yahudi senilai lebih dari $200 juta.
Hanya satu sinagog beroperasi di Iraq, di Bataween – yang pernah merupakan pemukiman utama Yahudi di Baghdad. Rabbi mereka wafat tahun 1996 dan tidak ada dari mereka yang dapat melaksanakan liturgi. Menurut administrator sinagog, mereka diijinkan mempraktekkan agama mereka, tetapi tidak boleh memegang jabatan pemerintahan atau menjadi anggota angkatan bersenjata. Selama berabad-abad, Yahudi ditindas di semua negara berbahasa Arab. Bagdad pernah mencapai 1/5 Yahudi dan tinggal di Irak selama 2.500 tahun dan hanya tersisa 61 Yahudi di Baghdad dan sekitar 200 di daerah2 Kurdi di bagian utara. Penindasan Yahudi di Yaman Sebelum 1948
Di Yaman, dari abad ke 7, populasi Yahudi mengalami penindasan yg paling parah akibat Pakta Umar. Selama 4 abad, Yahudi menderita akibat peraturan Islam yang paling intoleran, ekstrim dan fanatik. Thn 1724, penguasa memerintahkan penghancuran semua sinagog dan pelarangan tempat-tempat doa umum. Yahudi didepak, kebanyakan mati karena kelaparan dan mereka yang selamat dipaksa untuk menetap di Mausa, namun kemudian, perintah ini dibatalkan tahun 1781 karena negara kekurangan ahli kerajinan tangan. Jacob Sappir, penulis Yerusalem, menggambarkan nasib Yahudi Yaman di thn 1886:
"Penduduk Arab dari dulu menganggap Yahudi NAJIS, namun harta mereka tidak dianggap najis. Mereka menuntut segala kepemilikannya, dan jika si Yahudi menolak, mereka akan menggunakan cara-cara paksa...Karena ketakutan, Yahudi tinggal diluar kota ditempat-tempat gelap seperti sel penjara atau goa2 ... kesalahan yang paling kecil pun akan menyebabkan mereka didenda yang tidak masuk akal tingginya, dan jelas tidak dapat mereka bayar. Kalau mereka tidak sanggup bayar, mereka akan dirantai dan dipukuli secara kejam setiap hari. Sebelum hukuman itu dilaksanakan, sang Khadi (hakim Syariah) akan memintanya untuk mengganti agamanya dan mendapatkan segala kejayaan duniawi dan akhirat Islam. Kalau ia menolak, ini akan dikenakan hukuman. Dilain pihak, seorang Yahudi tidak dapat menuntut seorang Muslim, karena seorang Muslim, secara hukum bisa merampas nyawa dan kekayaan Yahudi, dan kalau Yahudi diijinkan untnk hidup, ini dianggap sebagai kebesaran hati Muslim. Yahudi tidak boleh menjadi saksi, sumpahnya tidak dianggap sah." Eksplorer Denmark-Jerman, Garsten Neibuhr mengunjungi YAMAN th 1762 dan menggambarkan kehidupan Yahudi di Yaman:
"DI pagi hari mereka kerja di toko-toko mereka di San'a, tetapi pada malam hari mereka harus mundur ke tempat-tempat tinggal mereka yang terpencil. "Nasib Yahudi agak membaik setelah Yaman menjadi Protektorat Perancis di thn 1912, ketika mereka diberikan persamaan hak dan otonomi religius. Namun selama PD II, ketika Perancis dikuasai pemerintahan Vichy (pro NAZI) yg anti-Semitik, Raja Muhamad V menghalangi deportasi Yahudi dari Maroko. Th 1922, Yemen memberlakukan kembali hukum Islam yg menuntut agar setiap anak yaktim piatu Yahudi dibawah usia 12 masuk Islam.
Tahun 1947, setelah pengambilan suara tentang partisi, massa Muslim, bersama dengan polisi melakukan pogrom berdarah di Aden yg membunuh 82 Yahudi dan menghancurkan ratusan rumah-rumah Yahudi. Ekonomi komunitas Yahudi di Aden luluh lantah, sebagaimana toko-toko dan bisnis-bisnis Yahudi. Permulaan tahun 1948, terjadi penjarahan setelah enam orang Yahudi dituduh secara palsu telah membunuh dua gadis Arab dalam pembunuhan ritual. Tahun 1948, ada sekitar 270.000 Yahudi di Maroko. Dalam ketidakpastian dan kemiskinan melarat, kebanyakan Yahudi mengungsi ke Israel, Perancis, AS & Canada.
Akhirnya, hampir 50.000 Yahudi Yaman, yang belum pernah melihat pesawat terbang, diberangkatkan lewat udara ke Israel tahun 1949 dan tahun 1950 dalam Operasi "Magic Carpet." Seperti yg dijanjikan Kitab Yesaya, "Mereka akan diangkat dengan sayap, seperti burung elang."
Penindasan terhadap Yahudi Pribumi di Syria Sebelum 1948
Yahudi terakhir yang meninggalkan Syria berangkat dengan kepala Rabbi pada bulan Oktober 1994. Padahal sebelum 1947, ada kira-kira 30,000 Yahudi di Syria, yang terdiri dari 3 macam masyarakat, masing-masing dengan tradisi sendiri : Yahudi berbahasa Kurdi di Kamishli, Yahudi dari Aleppo denga nenek moyang di Spanyol, dan Yahudi pribumi asli Damascus, yang disebut Must'arab. Kini hanya segelintir dari mereka masih tersisa di negara itu.
Kehadiran Yahudi di Syria berasal dari jaman Injil dan berhubungan erat dengan sejarah Yahudi di wilayah tetangga, Eretz, di Israel. Dengan munculnya agama Kristen, Yahudi disana mengalami pembatasan. Namun perebutan Arab pada tahun 636 AD, sedikit memperbaiki nasib mereka. Kerusuhan di Irak pada abad 10M mengakibatkan migrasi Yahudi ke Syria dan mengakibatkan majunya ekonomi, perbankan dan kerajinan tangan. Selama kekuasaan Kalifah Fatimid, Yahudi bernama Menashe Ibrahim El-Kazzaz menjalankan administrasi Syria, dan Yahudi diijinkan memegang posisi dalam pemerintahan.
Yahudi Syria mendukung aspirasi nasionalisme Arab dan Zionisme, dan mereka Syria percaya bahwa keduanya bisa hidup berdampingan dan konflik di Palestina bisa diatasi. Namun, menyusul kemerdekaan Syria dari Perancis th 1946, serangan terhdp Yahudi dan harta benda mereka meningkat dan berakhir dgn POGROM (pembantaian dan pengusiran Yahudi) tahun 1947, yang membumi ratakan toko-toko dan sinagog-sinagog di Aleppo. Ribuan Yahudi melarikan diri dan rumah-rumah dan tanah-tanah mereka diambil alih oleh Muslim setempat. Selama beberapa dekade kemudian, Yahudi Syria pribumi dimusuhi rejim yang biadab. Mereka dapat meninggalkan Syria dengan syarat anggota keluarga mereka tidak dibawa. Jadi mereka terus hidup dlm ketakutan, diawasi polisi rahasia 24/7.
Penindasan di Aljazair Sebelum 1948
Daerah-daerah Yahudi di Aljazair bisa ditelusuri sampai abad pertama Masehi. Dalam abad 14, dengan memburuknya keadaan di Spanyol, banyak Yahudi Spanyol pindah ke Aljazair. Diantara mereka adalah akademis-akademis ternama, kaum Ribash dan Rashbatz. Setelah kependudukan Perancis atas Aljazair di tahun 1830, Yahudi pelan-pelan menerima budaya Perancis dan diberi kewarganegaraan Perancis.
Pada malam perang saudara yang pecah pada akhir tahun 50an, kira-kira ada 130.000 Yahudi di Aljazair, kira-kira 30.000 tinggal di ibukota. Hampir semua Yahudi Aljazair melarikan diri dari negara itu setelah merdeka dari Perancis tahun 1962. Tahun 1934, pogrom yang dilatarbelakangi NAZI di Constantine mengakibatkan 25 Yahudi tewas dan puluhan luka-luka. Setelah kemerdekaan tahun 1962, pemerintah Aljazair memperlakukan komunitas Yahudi dengan keji dan mencabut hak-hak ekonomi mereka. Akibatnya, hampir ke semua 130.000 Yahudi Aljazair mengibrit ke Perancis. Sejak 1948, 25.681 Yahudi Aljazair emigrasi ke Israel.
Penindasan Yahudi di Maroko Sebelum 1948
Rakyat Yahudi di Maroko sekarang ini bisa ditelusuri sampai lebih dari 2000 tahun yang lalu. Yahudi sudah tinggal di daerah itu, sebelum daerah itu menjadi provinsi kerajaan Romawi. Tahun 1032 SM, 6000 Yahudi dibunuh. Memang, penindasan terbesar oleh Arab terhadap Yahudi terjadi di Fez, Maroko. Tidak ada yang lebih parah dari pembantaian 120.000 Yahudi pada tahun 1146.
Dan tahun 1160, Maimonides daam Epistle-nya mengenai murtad/rida menulis kepada sesama Yahudi: "Sekarang kami diminta untuk memberi pujaan kepada agama kosong, tetapi hanya dengan cara mengulang-ulang syahadat kosong yang Muslim sendiri tahu bahwa kami mengucapkannya secara tidak rela demi menghindari (Muslim) fanatik ... memang, setiap Yahudi yang, setelah mengucapkan syahadat Muslim, menjalankan ke 613 aturan (Yahudi) dalam rumahnya, dan bisa melakukannya tanpa gangguan. ... Jika seseorang bertanya kepada saya, "Apakah saya akan rela dibunuh atau lebih baik mengucapkan syahadat Islam?" Jawab saya, "ucapkan syahadat dan pertahankan hidupmu ... "". Tahun 1391, arus pengungsi Yahudi diusir dari Spanyol, menghidupkan kembali masyarakat tersebut, seperti juga pengungsi dari Portugal di tahun 1492 & 1497. Dari tahun 1438, Yahudi dari Fez dipaksa untuk hidup di tempat-tempat khusus yang dinamakan mellah, nama Arab bagi 'garam' karena Yahudi Maroko dipaksa untuk menggarami (agar tahan lama) kepala-kepala tahanan-tahanan yang dipenggal sebelum dipertontonkan kepada umum.
Chouraqui menulis: "pembatasan dan penghinaan terhadap Yahudi (dinegara Muslim) melebihi apapun (penindasan terhadap Yahudi) yang terjadi di Eropa." Charles de Foucauld th 1883 yang biasanya tidak terlalu simpati kepada Yahudi menulis: "Mereka orang-orang yang sangat celaka, setiap Yahudi, jasmani dan rohaninya adalah milik tuannya, sang sid[tuan Arab]"
Tahun 1465, massa Arab di Fez membantai ribuan Yahudi, dan hanya meninggalkan hidup 11 orang, setelah seorang petinggi Yahudi memperlakukan seorang wanita Muslim "secara menghina." Pembunuhan ini memicu gelombang pembunuhan lainnya diseantero Maroko.
(http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum)
JERMAN
Monomen Holocaust Memorial menyimpan berbagai kisah pembantaian warga Yahudi di Kamp-kamp konsentrasi Nazi. Ada surat dan kartu pos yang tak sempat terkirim, ada gigi geraham korban yang masih tersimpan.
Di sepanjang selasar information center itu dipajang informasi singkat mengenai sejarah Holocaust di Eropa dari tahun 1933 sampai 1945, lengkap dengan ilustrasi foto bagaimana orang orang keturunan Yahudi dipermalukan dan diperlakukan dengan kejam oleh Nazi. Di ujung ruangan, tampak enam foto wajah orang orang Yahudi berukuran raksasa yang mewakili keenam juta korban pria dan wanita dari berbagai generasi: uzur, dewasa, dan anak anak.
Pusat informasi itu punya empat ruangan dengan tema berbeda. Pertama, Room of Dimensions. Kesannya redup, kosong, dan depresif, namun menyampaikan berjuta makna. Pesan, surat, atau kartu pos yang tak sempat dikirim para tahanan dari berbagai kamp konsentrasi kepada sahabat dan keluarga ditampilkan di sini.
Isi pesan surat-surat itu betul betul mengharu biru dan menghancurkan perasaan. Banyak berisi keputusasaan menghadapi kematian dan kesakitan. Mereka ingin mengabari relasi mereka perasaan yang mereka alami. Pada keempat dindingnya dituliskan nama nama lokasi kamp konsentrasi yang tersebar di Eropa dan jumlah korban yang mati di tiap kampnya.
Ruang kedua, Room of Families. Foto foto hitam putih memudar terpasang pada displai-displai yang berpendar. Wajah wajah bahagia dengan bayi-bayi berpipi bulat ini adalah gambar 15 keluarga besar orang orang keturunan Yahudi dari berbagai negara, tingkat sosial, dan kultur di Eropa sebelum anti-Semit merebak. Di situ diceritakan sejarah singkat keluarga dan yang menimpanya setelah perang dunia kedua berakhir. Hanya beberapa yang selamat dari keganasan Holocaust dan sempat lari keluar negeri. Mereka inilah yang menceritakan kembali yang terjadi dengan keluarganya yang tercerai berai.Ruang ketiga bernama Room of Names. Lagi lagi redup dan kosong. Hanya tiga lempeng batu yang terletak di situ. Bentuknya tak jauh dari kesan pekuburan, Pengunjung dapat duduk dan mendengarkan biografi singkat 800 korban yang tewas pada kamp kamp konsentrasi dalam bahasa Inggris dan Jerman. Durasi setiap biografi berlangsung sekitar tiga menit. Nama orang yang sedang dibacakan lewat audio dengan sistem mutakhir itu akan berpendar pada keempat dindingnya.Untuk mendapatkan data-data ini, Yayasan Memorial untuk Kaum Yahudi Terbunuh di Eropa bekerja sama dengan Yad Vashem, pusat informasi mengenai orang orang Yahudi yang terbunuh pada Perang Dunia II, yang bertempat di Har Hazikaron, Jarusalem, Israel. Yad Vashem memiliki 62 juta halaman dokumen yang berkaitan, 267,500 foto, 2 juta halaman kesaksian tertulis, dan ribuan film pengakuan yang direkam di atas pita video.
Sampai saat ini, Yad Vashem telah berhasil mendata 3,2 juta nama korban. Namun hingga saat ini, pusat informasi pada Holocaust Memorial Berlin ini baru sanggup merekam biografi dari 800 orang, yang prosesnya makan waktu dua tahun. Konon, bila biografi ke-3,2 juta nama itu dibacakan nonstop baru akan selesai setelah enam tahun, tujuh bulan, dan 27 hari!
(http://akurini.blogspot.com/holocaust)
Makna rohani
Kutuk diaspora memang terjadi kepada bangsa Yahudi, namun tiap umat percaya diharapkan untuk tidak "menyalibkan" Tuhan Yesus yang kedua kali, dengan menyangkal Dia dihadapan manusia. Ibrani 6:4-8, "Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran."
Kata ‘murtad’ (Yun, parapipto), dalam Kitab Ibrani ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus (aorist), bukan hanya sekali, tetapi sudah menjadi habit dan ini dilakukan oleh orang yang menyerahkan dirinya ke Iblis dan ditujukan kepada orang Yahudi, (atau non-Yahudi, dan mungkin hingga masa kini - penulis), karena hati mereka sebenarnya sudah diterangi (iluminasi) oleh Roh Allah. (mengecap karunia Roh Kudus, ahli waris kerajaan Allah).
Ini menjadi peringatan bagi setiap orang percaya agar tetap memelihara anugerah keselamatan tersebut dengan sungguh-sungguh, jangan sampai keselamatan tersebut hilang dan berakhir dengan penghukuman kekal (pembakaran).
Ayat tersebut diatas menunjukkan betapa sombong dan angkuhnya orang Yahudi terutama para imam-imam kepala dan tua-tua yang mengerti taurat dan nubuat yang sangat banyak tentang Tuhan Yesus dalam Kitab Perjanjian Lama, namun mereka tetap menyangkal Dia sebagai Anak Allah. Hati dan telinga mereka sudah tertutup sehingga tidak bisa lagi melihat siapa sebenarnya Yesus yang mereka desak untuk disalibkan itu.
Diaspora Yahudi (bahasa Ibrani: tefutzah, "tersebar", atau Galut גלות, "pembuangan") adalah penyebaran orang-orang Yahudi di seluruh dunia. Secara umum pengertian diaspora dianggap telah dimulai dengan pembuangan di Babel pada 597 SM, setelah sejumlah komunitas Yahudi Timur Tengah terbentuk pada waktu itu sebagai akibat dari kebijakan yang toleran dan kemudian menjadi pusat-pusat kehidupan Torah dan Yudaisme yang penting selama abad-abad berikutnya.
Kekalahan orang-orang Yahudi pada Pemberontakan Besar Yahudi pada tahun 70 dan Pemberontakan Bar Kokhba pada 135 dalam menghadapi Kekaisaran Romawi merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan besarnya jumlah dan daerah pemukiman di diaspora, karena banyak orang Yahudi yang tersebar setelah hilangnya negara mereka Yudea atau dijual dalam perbudakan di seluruh kekaisaran. (http://id.wikipedia.org/wiki/Diaspora_Yahudi)
Berikut kronologis dari masa diaspora, betapa mengerikan dan dahsyatnya penderitaan yang dialami oleh orang Yahudi di berbagai negara di muka bumi ini, sebagai akibat perbuatan dan ucapan mereka:
Penindasan Yahudi Pribumi di Mesir sebelum 1948
Yahudi tinggal di Mesir sejak ribuan tahun. Suku2 Israel pertama pindah ke Tanah Goshen (tepi utara Delta Nil) selama kekuasaan Faraoh Amenhotep IV (1375-1358SM). Selama kekuasaan Ramses II (1298-1232 SM), mereka diperbudak bagi proyek2 pembangunan Faraoh. Penerusnya, Merneptah, melanjutkan kebijakan anti-Yahudi yg sama dan pada sekitar th 1220 SM, mereka berontak dan melarikan diri melewati Sinai ke Kanaan. Inilah Exodus yg diceritakan dlm Injil yg selalu diperingati Yahudi pd Hari Passover. Bertahun2 kemudian, banyak Yahudi di Eretz, Israel, yg tidak dideportasi ke Babylon (Irak sekarang) mencari perlindungan di Mesir, diantaranya nabi Jeremiah. Thn 1897 terdapat lebih dari 25.000 Yahudi di Mesir, yg berpusat di Kairo dan Alexandria. Th 1937 penduduk mencapai 63,500.
Friedman menulis dalam "The Myth of Arab Tolerance/Mitos Toleransi Arab"; "Seorang kalif, Al-Hakim dari kerajaan Fatimid menciptakan bentuk2 penghinaan berat teradap Yahudi dalam upayanya memainkan perannya sebagai "Penyelamat Umat Manusia". Pertama, Yahudi dipaksa mengenakan gambar2 kepala anak sapi emas dileher mereka, seakan mereka masih berhala. Mereka juga dipaksa untuk mengenakan bel dan batang-batang kayu seberat 3 kg digantung dileher mereka. Mereka tetap tidak mau masuk Islam dan dalam kemarahannya, sang Kalif menghancurkan seluruh kawasan tempat tinggal Yahudi di Kairo. Th 1945, dgn meningkatnya nasionalisme Mesir dan suburnya sentimen anti-Barat dan anti-Yahudi, pecahlah kerusuhan. 10 Yahudi tewas, 350 luka-luka dan sebuah sinagog, rumah sakit Yahudi dan kawasan pemukiman yg berusia ratusan tahun dibakar habis. Berdirinya Negara Israel semakin meningkatkan rasa anti Yahudi: antara Juni dan November 1948, sejumlah bom meledak di kawasan Yahudi yg menewaskan 70 Yahudi dan melukai 200. 2.000 Yahudi ditangkap dan harta benda mereka disita.
Peristiwa Sesudah 1948
Tahun 1956: pemerintah Mesir menggunakan kampanye Sinai sebagai alasan mengusir ke 25.000 penduduk pribumi Yahudi Mesir dan menyita harta benda mereka. Sekitar 1.000 Yahudi dipenjara. Dan taggal 23 November, 1956, dikeluarkan sebuah proklamasi oleh Menteri Agama yg dibacakan di masjid-masjid diseluruh Mesir bahwa "semua Yahudi adalah Zionis dan musuh negara," dan menjanjikan pengusiran mereka.
Ribuan Yahudi diperintahkan meninggalkan negara mereka. Mereka diijinkan untuk membawa hanya satu kopor saja dengan jumlah uang recehan dan dipaksa menandatangani deklarasi ‘menyumbang’ harta benda mereka ke pemerintah Mesir. Harta yg ditinggalkan diperkirakan US$ 30 milyar !!
Sejumlah anggota keluarga Yahudi disandera utk memastikan bahwa mereka yg meninggalkan negara tidak melakukan sesuatu yg dapat merugikan pemerintah Mesir.
Tahun 1979, masyarakat Yahudi Mesir menjadi masyarakat pertama didunia Arab yang mengadakan hubungan dengan Israel. Israel kini memiliki kedutaan di Kairo dan sebuah Konsulat Jendral di Alexandria. Pada saat ini, segelintir Yahudi yang masih tersisa di Mesir bebas mempraktekkan agama mereka. Shaar Hashamayim adalah satu-satunya sinagog yg beroperasi di Kairo. Namun dari sekian banyak sinagog di Alexandria, hanya sinagog Eliahu Hanabi boleh dipakai. Tahun 1957, penduduk Yahudi mencapai angka 15.000. Tahun 1967, setelah Perang Enam Hari, muncul kembali penindasan dan Yahudi tinggal 2.500. Tahun 1970an, setelah Yahudi yang tersisa diijinkan imigrasi (alias ditendang keluar), hanya segelintir Yahudi masih tersisa. Hak-hak Yahudi dipulihkan kembali pada thn 1979 setelah Presiden Anwar Sadat menandatangani Perjanjian Camp David dgn Israel. Kini, masyarakat Yahudi di Mesir berusia lanjut dan hampir punah.
Penindasan terhadap Yahudi Pribumi di Irak Sebelum 1948
Yahudi pribumi Irak merupakan masyarakat tersendiri dengan sejarah keilmuan dan prestasi tinggi. Mereka makmur di Babylonia selama 1200 tahun sebelum perebutan Muslim tahun 634AD; dan pada abad ke 9 diberlakukanlah Aturan-aturan Dhimmi seperti pengenaan sepotong kain kuning, pajak per kepala yg sangat tinggi (jizyah) dan pembatasan pemukiman. Penindasan ekstrim oleh kalif-kalif Arab dan Mameluk memberlakukan pajak yang sama saja dengan penyitaan harta pd th 1000AD. Tahun 1333, penindasan berpuncak pada penjarahan dan penghancuran pemukiman Yahudi pribumi di Bagdad. Thn 1776, terjadi pembantaian Yahudi di Bosra oleh tentara Ottoman yg mengakibatkan banyak Yahudi mengungsi.
Abraham, bapak orang Yahudi, lahir di Ur di Chaldees, di Irak Selatan, sekitar 2.000 SM. Masyarakat itu bisa dilacak sampai abad 6M ketika Nebuchadnezzar merebut Judea dan mengirim seluruh penduduk ke pengasingan ke Babylonia.
(Ingat lagu Boney M : By the Rivers of Babylon … there we sat down … and there we were, when we remember Zion …Lagu itu mengibaratkan Yahudi pada masa pengasingan itu.)
Masyarakat Yahudi pribumi Timur Tengah juga membina hubungan kuat dengan tanah Israel dan dengan bantuan rabbi-rabbi dari Israel, berhasil mendirikan akademi-akademi Rabbi ternama. Pada abad ke 3M, Babylon menjadi pusat pendidikan Yahudi, dengan penciptaan mereka yg paling terkenal : Talmud Babylon. Dibawah kekuasaan Muslim yang dimulai pada abad 7, keadaan mereka kembang kempis. Yahudi pribumi boleh memegang jabatan dalam pemerintahan dan dalam bidang perdagangan mereka maju tetapi pada saat bersamaan mereka dikenakan pajak-pajak khusus, pembatasan aktivitas bisnis dan (spt yg dialami golongan Cina di Indonesia) permusuhan luas.
Dibawah jajahan Inggris, yang dimulai tahun 1917, nasib Yahudi pribumi secara ekonomis membaik dan mereka kembali memegang jabatan pemerintahan. Mereka malah diijinkan utk mendirikan organisasi2 Zionis dan meneruskan studi2 Ibrani. Semua ini berakhir saat Irak merdeka pd tahun 1932. Juni 1941, kudeta pro-Nazi pimpinan Rashid Ali mengakibatkan POGROM di Baghdad. Massa Irak yg bersenjata, dgn bantuan polisi dan tentara, membunuh 180 Yahudi dan melukai sekitar 1.000. (Persis spt peristiwa Mei 1998)
Walaupun emigrasi dilarang, banyak Yahudi berhasil melarikan diri ke Israel dengan bantuan gerakan bawah tanah. Namun kerusuhan anti-Yahudi terus berlangsung antara 1946-49. Setelah pembentukan Israel th 1948, Zionisme diancam hukuman mati.
Setelah 1948
Thn 1950, parlemen Iraq menyetujui emigrasi ke Israel, satu tahun setelah mereka melepaskan kewargaan mereka. Setahun kemudian, harta benda Yahudi yang beremigrasi dibekukan dan pembatasan ekonomi diberlakukan bagi mereka yg memilih utk tinggal di negara itu. Mei 1950 - Agustus 1951, badan-badan Yahudi dan pemerintah Israel berhasil menerbangkan 110.000 Yahudi ke Israel dlm Operasi Ezra dan Nehemiah. Ini termasuk ke-18.000 Kurdi Yahudi. Sekitar 20.000 diselundupkan keluar lewat Iran. Jadi, masyarakat berjumlah 150.000 pada tahun 1947 berkurang sampai berjumlah 6.000 setelah 1951.
Tahun 1952, pemerintah Iraq melarang Yahudi untuk beremigrasi dan menggantung dua orang Yahudi dimuka umum setelah dikenakan tuduhan palsu melemparkan bom kpd kantor Bagdad di Badan Informasi AS. Tahun 1963, dengan meningkatnya faksi-faksi Ba'ath yang berkompetisi, pembatasan berikutnya diterapkan pada Yahudi-Yahudi Irak yang masih tersisa. Penjualan harta benda dilarang dan semua Yahudi disyaratkan agar selalu membawa KTP berwarna kuning.
Tahun 1967, setelah Perang 6 Hari, harta benda Yahudi disita, tabungan di bank dibekukan; mereka dipecat dari jabatan pemerintahan; bisnis-bisnis ditutup; ijin dagang dibatalkan, sambungan telpon dihentikan. Yahudi dikenakan tahanan rumah selama waktu panjang atau dibatasi gerakan hanya dalam kota-kota. Ke 3.000 Yahudi yg tersisa juga dipecat dari pekerjaan.
Tahun 1968, penindasan mencapai puncaknya. Puluhan ditahan setelah ditemukannya "jaringan mata2" yang terdiri dari tokoh-tokoh bisnis. 14 lelaki – 11 dari mereka Yahudi- dikenakan hukuman mati dalam pengadilan asalan dan DIGANTUNG DIDEPAN MASSA di lapangan-lapangan di Baghdad; yang lainnya mati disiksa.
January 27, 1969, Radio Baghdad memanggil semua orang Iraq "untuk datang dan menikmati pesta." Sekitar 500.000 lelaki, wanita dan anak-anak berbaris dan menari-nari melewati panggung tempat bergantungnya mayat-mayat Yahudi ; dan massa dengan harmonis meneriakkan "Death to Israel" dan "Death to all traitors." Ini mengakibatkan kemarahan dunia yg ditanggapi Radio Baghdad dengan mengatakan: "Kami menggantung mata2, tetapi Yahudi menyalibkan Kristus."
Yahudi terus dimata-matai oleh intel pemerintah Irak. Max Sawadayee, dalam "All Waiting to be Hanged"(Semua Menunggu Giliran Digantung) menulis kesaksian seorang Yahudi Irak: "Dehumanisasi Yahudi oleh penghinaan dan siksaan terus menerus ... menghancurkan total kemampuan fisik dan mental kami utk pulih kembali."
Tahun 70-an, karena tekanan internasional, Baghdad diam-diam mengijinkan Yahudi yang masih ada di negara mereka untuk beremigrasi (secara diam-diam pula). Kebanyakan dari mereka pada saat itu sudah terlalu tua untuk emigrasi. Mereka ditekan pemerintah untuk menyerahkan hak kepemilikan, tanpa kompensasi, atas tanah Yahudi senilai lebih dari $200 juta.
Hanya satu sinagog beroperasi di Iraq, di Bataween – yang pernah merupakan pemukiman utama Yahudi di Baghdad. Rabbi mereka wafat tahun 1996 dan tidak ada dari mereka yang dapat melaksanakan liturgi. Menurut administrator sinagog, mereka diijinkan mempraktekkan agama mereka, tetapi tidak boleh memegang jabatan pemerintahan atau menjadi anggota angkatan bersenjata. Selama berabad-abad, Yahudi ditindas di semua negara berbahasa Arab. Bagdad pernah mencapai 1/5 Yahudi dan tinggal di Irak selama 2.500 tahun dan hanya tersisa 61 Yahudi di Baghdad dan sekitar 200 di daerah2 Kurdi di bagian utara. Penindasan Yahudi di Yaman Sebelum 1948
Di Yaman, dari abad ke 7, populasi Yahudi mengalami penindasan yg paling parah akibat Pakta Umar. Selama 4 abad, Yahudi menderita akibat peraturan Islam yang paling intoleran, ekstrim dan fanatik. Thn 1724, penguasa memerintahkan penghancuran semua sinagog dan pelarangan tempat-tempat doa umum. Yahudi didepak, kebanyakan mati karena kelaparan dan mereka yang selamat dipaksa untuk menetap di Mausa, namun kemudian, perintah ini dibatalkan tahun 1781 karena negara kekurangan ahli kerajinan tangan. Jacob Sappir, penulis Yerusalem, menggambarkan nasib Yahudi Yaman di thn 1886:
"Penduduk Arab dari dulu menganggap Yahudi NAJIS, namun harta mereka tidak dianggap najis. Mereka menuntut segala kepemilikannya, dan jika si Yahudi menolak, mereka akan menggunakan cara-cara paksa...Karena ketakutan, Yahudi tinggal diluar kota ditempat-tempat gelap seperti sel penjara atau goa2 ... kesalahan yang paling kecil pun akan menyebabkan mereka didenda yang tidak masuk akal tingginya, dan jelas tidak dapat mereka bayar. Kalau mereka tidak sanggup bayar, mereka akan dirantai dan dipukuli secara kejam setiap hari. Sebelum hukuman itu dilaksanakan, sang Khadi (hakim Syariah) akan memintanya untuk mengganti agamanya dan mendapatkan segala kejayaan duniawi dan akhirat Islam. Kalau ia menolak, ini akan dikenakan hukuman. Dilain pihak, seorang Yahudi tidak dapat menuntut seorang Muslim, karena seorang Muslim, secara hukum bisa merampas nyawa dan kekayaan Yahudi, dan kalau Yahudi diijinkan untnk hidup, ini dianggap sebagai kebesaran hati Muslim. Yahudi tidak boleh menjadi saksi, sumpahnya tidak dianggap sah." Eksplorer Denmark-Jerman, Garsten Neibuhr mengunjungi YAMAN th 1762 dan menggambarkan kehidupan Yahudi di Yaman:
"DI pagi hari mereka kerja di toko-toko mereka di San'a, tetapi pada malam hari mereka harus mundur ke tempat-tempat tinggal mereka yang terpencil. "Nasib Yahudi agak membaik setelah Yaman menjadi Protektorat Perancis di thn 1912, ketika mereka diberikan persamaan hak dan otonomi religius. Namun selama PD II, ketika Perancis dikuasai pemerintahan Vichy (pro NAZI) yg anti-Semitik, Raja Muhamad V menghalangi deportasi Yahudi dari Maroko. Th 1922, Yemen memberlakukan kembali hukum Islam yg menuntut agar setiap anak yaktim piatu Yahudi dibawah usia 12 masuk Islam.
Tahun 1947, setelah pengambilan suara tentang partisi, massa Muslim, bersama dengan polisi melakukan pogrom berdarah di Aden yg membunuh 82 Yahudi dan menghancurkan ratusan rumah-rumah Yahudi. Ekonomi komunitas Yahudi di Aden luluh lantah, sebagaimana toko-toko dan bisnis-bisnis Yahudi. Permulaan tahun 1948, terjadi penjarahan setelah enam orang Yahudi dituduh secara palsu telah membunuh dua gadis Arab dalam pembunuhan ritual. Tahun 1948, ada sekitar 270.000 Yahudi di Maroko. Dalam ketidakpastian dan kemiskinan melarat, kebanyakan Yahudi mengungsi ke Israel, Perancis, AS & Canada.
Akhirnya, hampir 50.000 Yahudi Yaman, yang belum pernah melihat pesawat terbang, diberangkatkan lewat udara ke Israel tahun 1949 dan tahun 1950 dalam Operasi "Magic Carpet." Seperti yg dijanjikan Kitab Yesaya, "Mereka akan diangkat dengan sayap, seperti burung elang."
Penindasan terhadap Yahudi Pribumi di Syria Sebelum 1948
Yahudi terakhir yang meninggalkan Syria berangkat dengan kepala Rabbi pada bulan Oktober 1994. Padahal sebelum 1947, ada kira-kira 30,000 Yahudi di Syria, yang terdiri dari 3 macam masyarakat, masing-masing dengan tradisi sendiri : Yahudi berbahasa Kurdi di Kamishli, Yahudi dari Aleppo denga nenek moyang di Spanyol, dan Yahudi pribumi asli Damascus, yang disebut Must'arab. Kini hanya segelintir dari mereka masih tersisa di negara itu.
Kehadiran Yahudi di Syria berasal dari jaman Injil dan berhubungan erat dengan sejarah Yahudi di wilayah tetangga, Eretz, di Israel. Dengan munculnya agama Kristen, Yahudi disana mengalami pembatasan. Namun perebutan Arab pada tahun 636 AD, sedikit memperbaiki nasib mereka. Kerusuhan di Irak pada abad 10M mengakibatkan migrasi Yahudi ke Syria dan mengakibatkan majunya ekonomi, perbankan dan kerajinan tangan. Selama kekuasaan Kalifah Fatimid, Yahudi bernama Menashe Ibrahim El-Kazzaz menjalankan administrasi Syria, dan Yahudi diijinkan memegang posisi dalam pemerintahan.
Yahudi Syria mendukung aspirasi nasionalisme Arab dan Zionisme, dan mereka Syria percaya bahwa keduanya bisa hidup berdampingan dan konflik di Palestina bisa diatasi. Namun, menyusul kemerdekaan Syria dari Perancis th 1946, serangan terhdp Yahudi dan harta benda mereka meningkat dan berakhir dgn POGROM (pembantaian dan pengusiran Yahudi) tahun 1947, yang membumi ratakan toko-toko dan sinagog-sinagog di Aleppo. Ribuan Yahudi melarikan diri dan rumah-rumah dan tanah-tanah mereka diambil alih oleh Muslim setempat. Selama beberapa dekade kemudian, Yahudi Syria pribumi dimusuhi rejim yang biadab. Mereka dapat meninggalkan Syria dengan syarat anggota keluarga mereka tidak dibawa. Jadi mereka terus hidup dlm ketakutan, diawasi polisi rahasia 24/7.
Penindasan di Aljazair Sebelum 1948
Daerah-daerah Yahudi di Aljazair bisa ditelusuri sampai abad pertama Masehi. Dalam abad 14, dengan memburuknya keadaan di Spanyol, banyak Yahudi Spanyol pindah ke Aljazair. Diantara mereka adalah akademis-akademis ternama, kaum Ribash dan Rashbatz. Setelah kependudukan Perancis atas Aljazair di tahun 1830, Yahudi pelan-pelan menerima budaya Perancis dan diberi kewarganegaraan Perancis.
Pada malam perang saudara yang pecah pada akhir tahun 50an, kira-kira ada 130.000 Yahudi di Aljazair, kira-kira 30.000 tinggal di ibukota. Hampir semua Yahudi Aljazair melarikan diri dari negara itu setelah merdeka dari Perancis tahun 1962. Tahun 1934, pogrom yang dilatarbelakangi NAZI di Constantine mengakibatkan 25 Yahudi tewas dan puluhan luka-luka. Setelah kemerdekaan tahun 1962, pemerintah Aljazair memperlakukan komunitas Yahudi dengan keji dan mencabut hak-hak ekonomi mereka. Akibatnya, hampir ke semua 130.000 Yahudi Aljazair mengibrit ke Perancis. Sejak 1948, 25.681 Yahudi Aljazair emigrasi ke Israel.
Penindasan Yahudi di Maroko Sebelum 1948
Rakyat Yahudi di Maroko sekarang ini bisa ditelusuri sampai lebih dari 2000 tahun yang lalu. Yahudi sudah tinggal di daerah itu, sebelum daerah itu menjadi provinsi kerajaan Romawi. Tahun 1032 SM, 6000 Yahudi dibunuh. Memang, penindasan terbesar oleh Arab terhadap Yahudi terjadi di Fez, Maroko. Tidak ada yang lebih parah dari pembantaian 120.000 Yahudi pada tahun 1146.
Dan tahun 1160, Maimonides daam Epistle-nya mengenai murtad/rida menulis kepada sesama Yahudi: "Sekarang kami diminta untuk memberi pujaan kepada agama kosong, tetapi hanya dengan cara mengulang-ulang syahadat kosong yang Muslim sendiri tahu bahwa kami mengucapkannya secara tidak rela demi menghindari (Muslim) fanatik ... memang, setiap Yahudi yang, setelah mengucapkan syahadat Muslim, menjalankan ke 613 aturan (Yahudi) dalam rumahnya, dan bisa melakukannya tanpa gangguan. ... Jika seseorang bertanya kepada saya, "Apakah saya akan rela dibunuh atau lebih baik mengucapkan syahadat Islam?" Jawab saya, "ucapkan syahadat dan pertahankan hidupmu ... "". Tahun 1391, arus pengungsi Yahudi diusir dari Spanyol, menghidupkan kembali masyarakat tersebut, seperti juga pengungsi dari Portugal di tahun 1492 & 1497. Dari tahun 1438, Yahudi dari Fez dipaksa untuk hidup di tempat-tempat khusus yang dinamakan mellah, nama Arab bagi 'garam' karena Yahudi Maroko dipaksa untuk menggarami (agar tahan lama) kepala-kepala tahanan-tahanan yang dipenggal sebelum dipertontonkan kepada umum.
Chouraqui menulis: "pembatasan dan penghinaan terhadap Yahudi (dinegara Muslim) melebihi apapun (penindasan terhadap Yahudi) yang terjadi di Eropa." Charles de Foucauld th 1883 yang biasanya tidak terlalu simpati kepada Yahudi menulis: "Mereka orang-orang yang sangat celaka, setiap Yahudi, jasmani dan rohaninya adalah milik tuannya, sang sid[tuan Arab]"
Tahun 1465, massa Arab di Fez membantai ribuan Yahudi, dan hanya meninggalkan hidup 11 orang, setelah seorang petinggi Yahudi memperlakukan seorang wanita Muslim "secara menghina." Pembunuhan ini memicu gelombang pembunuhan lainnya diseantero Maroko.
(http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum)
JERMAN
Monomen Holocaust Memorial menyimpan berbagai kisah pembantaian warga Yahudi di Kamp-kamp konsentrasi Nazi. Ada surat dan kartu pos yang tak sempat terkirim, ada gigi geraham korban yang masih tersimpan.
Di sepanjang selasar information center itu dipajang informasi singkat mengenai sejarah Holocaust di Eropa dari tahun 1933 sampai 1945, lengkap dengan ilustrasi foto bagaimana orang orang keturunan Yahudi dipermalukan dan diperlakukan dengan kejam oleh Nazi. Di ujung ruangan, tampak enam foto wajah orang orang Yahudi berukuran raksasa yang mewakili keenam juta korban pria dan wanita dari berbagai generasi: uzur, dewasa, dan anak anak.
Pusat informasi itu punya empat ruangan dengan tema berbeda. Pertama, Room of Dimensions. Kesannya redup, kosong, dan depresif, namun menyampaikan berjuta makna. Pesan, surat, atau kartu pos yang tak sempat dikirim para tahanan dari berbagai kamp konsentrasi kepada sahabat dan keluarga ditampilkan di sini.
Isi pesan surat-surat itu betul betul mengharu biru dan menghancurkan perasaan. Banyak berisi keputusasaan menghadapi kematian dan kesakitan. Mereka ingin mengabari relasi mereka perasaan yang mereka alami. Pada keempat dindingnya dituliskan nama nama lokasi kamp konsentrasi yang tersebar di Eropa dan jumlah korban yang mati di tiap kampnya.
Ruang kedua, Room of Families. Foto foto hitam putih memudar terpasang pada displai-displai yang berpendar. Wajah wajah bahagia dengan bayi-bayi berpipi bulat ini adalah gambar 15 keluarga besar orang orang keturunan Yahudi dari berbagai negara, tingkat sosial, dan kultur di Eropa sebelum anti-Semit merebak. Di situ diceritakan sejarah singkat keluarga dan yang menimpanya setelah perang dunia kedua berakhir. Hanya beberapa yang selamat dari keganasan Holocaust dan sempat lari keluar negeri. Mereka inilah yang menceritakan kembali yang terjadi dengan keluarganya yang tercerai berai.Ruang ketiga bernama Room of Names. Lagi lagi redup dan kosong. Hanya tiga lempeng batu yang terletak di situ. Bentuknya tak jauh dari kesan pekuburan, Pengunjung dapat duduk dan mendengarkan biografi singkat 800 korban yang tewas pada kamp kamp konsentrasi dalam bahasa Inggris dan Jerman. Durasi setiap biografi berlangsung sekitar tiga menit. Nama orang yang sedang dibacakan lewat audio dengan sistem mutakhir itu akan berpendar pada keempat dindingnya.Untuk mendapatkan data-data ini, Yayasan Memorial untuk Kaum Yahudi Terbunuh di Eropa bekerja sama dengan Yad Vashem, pusat informasi mengenai orang orang Yahudi yang terbunuh pada Perang Dunia II, yang bertempat di Har Hazikaron, Jarusalem, Israel. Yad Vashem memiliki 62 juta halaman dokumen yang berkaitan, 267,500 foto, 2 juta halaman kesaksian tertulis, dan ribuan film pengakuan yang direkam di atas pita video.
Sampai saat ini, Yad Vashem telah berhasil mendata 3,2 juta nama korban. Namun hingga saat ini, pusat informasi pada Holocaust Memorial Berlin ini baru sanggup merekam biografi dari 800 orang, yang prosesnya makan waktu dua tahun. Konon, bila biografi ke-3,2 juta nama itu dibacakan nonstop baru akan selesai setelah enam tahun, tujuh bulan, dan 27 hari!
(http://akurini.blogspot.com/holocaust)
Makna rohani
Kutuk diaspora memang terjadi kepada bangsa Yahudi, namun tiap umat percaya diharapkan untuk tidak "menyalibkan" Tuhan Yesus yang kedua kali, dengan menyangkal Dia dihadapan manusia. Ibrani 6:4-8, "Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran."
Kata ‘murtad’ (Yun, parapipto), dalam Kitab Ibrani ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus (aorist), bukan hanya sekali, tetapi sudah menjadi habit dan ini dilakukan oleh orang yang menyerahkan dirinya ke Iblis dan ditujukan kepada orang Yahudi, (atau non-Yahudi, dan mungkin hingga masa kini - penulis), karena hati mereka sebenarnya sudah diterangi (iluminasi) oleh Roh Allah. (mengecap karunia Roh Kudus, ahli waris kerajaan Allah).
Ini menjadi peringatan bagi setiap orang percaya agar tetap memelihara anugerah keselamatan tersebut dengan sungguh-sungguh, jangan sampai keselamatan tersebut hilang dan berakhir dengan penghukuman kekal (pembakaran).
Selasa, 11 Desember 2007
SINGA TELAH MENGAUM
KITAB AMOS 3:1-15
(Nabi sebagai penyambung lidah Allah;
Pemberitahuan tentang keruntuhan Israel)
PENDAHULUAN
Pemilihan istimewa Allah terhadap bangsa Israel sesuatu yang agung tetapi tanggung jawab hidup menurut standar bangsa yang kudus sangat tinggi. Sayangnya, banyak umat Israel kelihatannya lebih konsentrasi pada berkat yang kekal daripada natur kondisional dari berkat Allah. Ketika Amos seorang nabi sebagai penyambung lidah Allah, mengumumkan penghancuran Israel, para pendengarnya kaget dan tidak percaya. Penyebab penghukuman Allah secara langsung berhubungan dengan fakta bahwa Allah telah memilih mereka menjadi umatNya. Fakta ini tidak menghilangkan penghukumanNya. Amos berusaha untuk meyakinkan para pendengarnya dengan mendemonstrasikan hasil pengamatan umum. Setiap penyebab memiliki efek. Pemberitahuan nabi bagi Israel disebabkan oleh keinginan Allah untuk memperingatkan bangsa itu, yang bersikap acuh tak acuh terhadap status pemilihannya.[1]
Dalam pasal 3, terdapat “prinsip” yang menjadi dasar penghukuman Tuhan. “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu” (3:2). Terdapat proklamasi dari Allah menyusul sabda-sabda yang melawan keadaan di Kerajaan Utara dan memperluas dakwaan dari sabda melawan Israel. Sabda yang ditujukan dalam pasal ini berbunyi, “Dengarlah firman ini!” dan ditujukan kepada orang-orang Israel secara umum (3:1). Amos menuduh seluruh Israel karena menyalahgunakan hubungan istimewa yang mereka miliki denganYahweh. Keluarnya Israel dari Mesir membawa serta tanggung jawab, yang tidak mereka terima. Maka Tuhan akan menghukum mereka karena segala kejahatan mereka (3:2). Sabda terhadap bangsa diikuti oleh pertahanan biografis atas keterlibatan Amos sebagai nabi (3:3-8). Hal-hal ini tidak terjadi begitu saja. Ada pola sebab akibat yang terbukti dalam alam dan sejarah. Melalui serangkaian pertanyaan retori, yang memerlukan jawaban negatif, Nabi Amos bergerak ke arah klimaks, “Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan Allah telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat? (3:8).[2]
Struktur
Pararelisme dengan struktur dari pasal 3:3-6 adalah:
· 3:3 berjalankah…jika belum
· 3:4 mengaumkah…apabila tidak
bersuarakah…jika…belum apa-apa
· 3:5 jatuhkah…apabila tidak
membingkaskah…jika…tidak sesuatu
· 3:6 adakah….tidak
adakah…tidak
Amos 3:3 secara sintaksis berbeda sebab hanya satu baris; dan secara semantik (yang berkenaan dengan arti kata) berbeda sebab ini tidak berhadapan dengan binatang atau penghancuran. Maka pasal ayat 3 ini menolong membuat transisi dari ayat 1-2 ke ayat 4-8. Ayat 4 dan 5 hampir tepat pararel, dan keduanya menggunakan kata kerja “have taken (KJV)”, ‘mendapat’, ‘menangkap’. Ayat 6 menggunakan “tanda tanya” dan berhadapan dengan penghancuran kota daripada binatang. Kemudian pola mengalami kerusakan di ayat 7, dan pararelisme puisi tidak sinonim dengan ayat 4-6. Pernyataan dalam ayat 7 lebih dekat berhubungan dengan ayat 6b dan isu nubuatan dalam ayat 8b. Ayat 8 menggunakan pararelisme yang sinonim, dan mengandung pernyataan dan pertanyaan inti yang memanggil suatu respons kepada firman penghancuran dari Allah.[3]
Paragrap yang panjang dalam pasal 3:9-15 dibagai dalam beberapa unit:
pengulangan kata “siarkanlah”, “dengarlah” dalam ayat 9 dan 13.
tujuan masing-masing bagian kepada kelompok yang berbeda; memanggil orang asing untuk memandang kekacauan besar (ay. 9); memperingatkan hukuman terhadap keturunan Yakub (ay. 13)
Kemudian ayat 9-12 dibagi ke dalam dua bagian dengan “beginilah” (thus), yang memulai pemberitahuan penghukuman dalam ayat 11. Bagian pertama ayat 9-10 termasuk satu kelompok kalimat perintah (imperative) yang memanggil dan menyuruh. Tema-tema penindasan, kekerasan, dan penjarahan membawa ayat-ayat bersama membentuk suatu kesatuan berupa penuduhan. Ayat 13-15 juga mulai dengan kalimat perintah (imperative). Bentuk kata kerja orang pertama tunggal membawa keseragaman dalam ayat 14-15.[4]
TAFSIRAN
Ayat 1.
“Dengarlah firman ini, yang diucapkan TUHAN tentang kamu, hai orang Israel, tentang segenap kaum yang telah Kutuntun keluar dari tanah Mesir, bunyinya:
Beberapa orang menetapkan ayat 1-2 ini sebagai konklusi dan kulminasi dari pasal 1:3-2:16, karena ayat 1-2 ini menerangkan pelanggaran-pelanggaran dan berhubungan dengan semua klans di muka bumi. Pasal 3:1 dimulai dengan bentuk pendahuluan yang tidak sama dengan pasal 1-2. Sebagai konklusi kepada pasal 2:6-9 dan 13-16, pemberitahuan penghukuman dalam pasal 3:2 secara khusus dibacakan kepada generasi yang muda.[5]
Kata “dengarlah” menunjukkan orang kedua plural imperative (((šim`û ´et), (3:1, 13; 4:1; 5:1), artinya kata perintah atau seruan hendak dikatakan Allah dengan perantaraan nabi, dalam hal ini Amos, yang berlaku untuk “orang Israel.” Banyak komentator setuju bahwa ayat 1 ini mengandung pengembangan editorial,[6] tetapi opini dibagi, mana yang asli dan yang tambahan. Sementara kata “yang diucapkan TUHAN tentang kamu”,] (´ášer DiBBer yhwh (´ädönäy) `álêkem), merupakan bentuk perfect (hath spoken, KJV), yaitu suatu kejadian yang sudah dikerjakan oleh Allah menyangkut bangsa Israel dan kalimat ini bukan penyisipan sebab penghapusan kalimat ini akan meninggalkan kelanjutan ayat-ayat yang “secara sintaksis sulit untuk dipakai” dan akan menghancurkan kesimpulan dari keseluruhan perikop.[7] TUHAN, Allah, disini merupakan Pribadi yang bicara. Bentuk utama – dari gaya kritikal panggilan untuk “mendengar” adalah bukan “panggilan untuk menerima instruksi” melainkan “panggilan untuk perhatian”. Ekspresi “dengarlah firman ini” tidak memperkenalkan sebuah ucapan Tuhan sebagaimana yang ditunjukkan dalam pasal 5:1 (perkataan Amos).[8]
Bünê yiSrä´ël `al Kol-hammišPäHâ ´ášer he`élêºtî më´eºrec micraºyim “hai orang Israel, tentang segenap kaum yang telah Kutuntun keluar dari tanah Mesir.”
“Orang Israel”, secara literal “anak-anak Israel”, children of Israel (KJV), dalam bahasa Yunani, oikos. “Segenap kaum”, family (KJV), artinya dari seluruh suku-suku moyang Israel (sebet, matteh) sampai kepada keluarga (bet ab) atau rumah tangga (bayit). “Kaum”, mispaha, adalah unit suku yang terbesar, antara suku dan keluarga, dan dapat disebut sebuah klan.[9] Amos ingin menjelaskan bahwa “segenap kaum” artinya bukan hanya penduduk kerajaan sebelah utara (jatuh pada tahun 722 sM), tetapi juga penduduk kerajaan Yehuda (masih berdiri terus sampai tahun 586 sM).[10]
“Kutuntun keluar dari tanah Mesir”, he`élêºtî më´eºrec micraºyim. Kata “Kutuntun”, he`élêºtî tetap dalam bentuk perfect artinya bahwa peristiwa pembebasan keluar dari tanah Mesir dianggap sebagai dasar dari kepercayaan orang Israel bahwa mereka merupakan “bangsa pilihan Allah.”[11] Dan menurut Paul, motif pembebasan dari Mesir adalah sebagai suatu jaminan bagi keselamatan umat dalam krisis saat ini (Bil. 24:8). Amos membedakan antara hubungan motif pembebasan, terutama di kerajaan Utara,[12] yang dia tafsirkan sebagai motif pilihan.[13]
Sebagai kata terakhir dalam ayat ini, kata “bunyinya”, lë´mör, adalah suatu gagasan atau konsepsi (infinitive construct)[14] yang bisa kita lihat pada ayat-ayat selanjutnya.
Ayat 2.
2 raq ´etkem yädaº`Tî miKKöl mišPüHôt hä´ádämâ `al-Kën ´epqöd `álêkem ´ët Kol-`áwönötêkem
"Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.”
“Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi…” aq ´etkem yädaº`Tî miKKöl mišPüHôt hä´ádämâ. Preposisi “hanya” (raq), ditempatkan pada permulaan kalimat, terminologinya sama dengan teologi pemilihan dalam Ulangan, misalnya dalam Kel.. 10:15, “…hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa…” Amos sendiri tidak memakai teknik Keluaran untuk pemilihan tetapi menggunakan kata kerja dengan tindakan keintiman cinta diantara manusia (Kej. 4:1; 1 Raj. 1:4). Dipilih artinya dipanggil untuk sebuah tugas.[15] Ada sisi lain dari tanggung jawab pemilihan itu. Karena Allah telah memilih Israel, maka Ia mempunyai tanggung jawab yang khusus terhadap mereka. Israel yang berdosa tidak dapat mengharapkan kelembutan hati melulu karena pemilihan itu, melainkan harus mengindahkan pula tanggung jawab moral yang lebih tinggi standardnya dari bangsa-bangsa lain.[16]
“Kamu yang Kukenal”, bentuk perfect (have I known, KJV). Kata Ibrani untuk ‘mengenal’, yäda, adalah suatu istilah yang penting, karena atas dasar pengalaman dan saling berhubungan (Kej. 4:1), “bersetubuh”[17] artinya memasuki hubungan hidup dengan sesuatu atau dengan seseorang. The verb “know” as used here must indicate special intimacy, yang berhubungan dengan perkawinan, dimana dalam bahasa Inggris disebutkan, “to make love to”.[18] Menurut Paul, kata kerja “mengenal” disini dapat diterjemahkan dengan konotasi tambahan, yaitu bahwa Tuhan telah membuat suatu perjanjian dengan umat Israel, yang merupakan satu-satunya yang dikenal sebagai partner perjanjian-Nya yang sah.[19]
Namun kata ini juga dapat diterjemahkan dengan “mengindahkan”, “menghiraukan nasib seseorang” (Hos. 13:5). Tetapi karena pemilihan ini, Amos ingin mengatakan bahwa Allah mempunyai suatu “tujuan” tertentu bagi umat Israel, suatu “perintah”, sama seperti halnya Abraham diperintahkan Tuhan untuk menuruti jalan-Nya (Kej. 18:19). “Tujuan” Allah bagi umat Israel adalah agar mereka hidup sebagai bangsa yang dikuduskan, diasingkan untuk mengabdi kepada-Nya. Umat Israel tidak dapat berkata bahwa tidak akan terjadi apa-apa bagi mereka karena mereka bangsa pilihan.[20] Justru karena mereka sudah dipilih, maka “sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.”[21] Masing-masing firman dibagi dua, dibatasi dengan perkataan “sebab itu”; artinya bagian pertama memuat keterangan, bahwa penghukuman itu “sudah sepatutnya” sedangkan bagian kedua, bahwa penghukuman itu “sudah ditentukan.”[22] Kata “menghukum” ´epqöd bisa juga diterjemahkan dengan “attend to, visit”, ‘menghadiri’, ‘mengunjungi’, merupakan bentuk imperfect, artinya bahwa memang Tuhan akan datang atau hadir di tengah-tengah bangsa Israel pada saat penghukuman dan itu pasti terjadi. Karena meskipun Yahweh mengenal semua bangsa-bangsa, tetapi hanya bangsa Israel yang mengenal Yahweh. Oleh sebab itu Yahweh seakan-akan berkata, “Aku sudah memberikan perhatian yang lebih terhadap kamu daripada bangsa-bangsa lain; oleh sebab itu, Aku mengharapkan lebih dari kamu daripada dari mereka.”[23]
“Kesalahan”, avon, Kata ini berhubungan dengan ayat 14a, dan objeknya pada 14b. Bangsa-bangsa lain dituduh atas kekejaman dan tindakan barbar, tetapi hanya umat Israel yang diberikan tugas untuk pelanggaran moral etis setiap orang,[24] “…menjual orang benar karena uang, dan orang miskin karena sepasang kasut…” (2:6). Pemilihan Israel tidak menjadi menjamin kekebalan hukum dari Yahweh, penghukuman terjadi dimana dan kapan saja perjanjian tidak bertemu. Karena Yahweh telah “memilih” bangsa Israel untuk suatu tugas khusus, maka Dia harus juga “menguji” karakternya. “Kesalahan-kesalahan” merupakan objek dari ujian, arti dasar “avon” disini dikembangkan dengan konotasi “menghukum, untuk memegang tanggung jawab”. Keterangan kata benda disini yang diterjemahkan sebagai “kesalahan-kesalahan” adalah sebuah “konsep bahasa sehari-hari” dan menunjuk kepada “perbuatan yang tidak wajar”.[25]
Ayat 3.
háyëlkû šünaºyim yaHDäw BilTî ´im-nô`äºdû
“Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?”
Beberapa komentator meragukan keaslian ayat ini dikaitkan dengan keseluruhan unit ayat. Pertama, ayat ini satu-satunya dalam komposisi yang kurang dalam puisi. Kedua, kata kerja jamak hanya ditemukan dalam ayat ini. Ketiga, tidak sama seperti ayat-ayat lainnya, disini dilukiskan satu keadaan berdamai, tidak memberi nilai tambah kepada situasi yang terjadi. Tetapi bagaimanapun, untuk menanggapi hal ini, jelas bahwa kata kerja jamak dibutuhkan oleh “dua” subjek. “Berjalankah”, háyëlkû, dalam bentuk imperfect membuat tema utama yang menjelaskan hubungan dua arah antara bangsa Israel dan Allah (ayat 1-2),[26] artinya bahwa sebelum Allah membuat penghukuman, mereka pernah bertemu “bersama-sama” (yaHDäw perfect).[27]
Tetapi, menurut Wolff, alasannya mungkin terletak dalam protes terhadap lawan-lawan nabi, terhadap perkataan yang tidak kita ketahui. Pada waktu tertentu, mereka menyangkal apakah memang Amos sedang berhubungan dengan Yahweh mengenai kehendak-Nya atas bangsa Israel. Amos langsung mengambil contoh perjalanannya dari Bethel ke Samaria. Dua orang tidak pernah berjalan bersama tanpa bertemu dulu. Tentu, dua orang boleh juga “membuat perjanjian”. Oleh sebab itu terdapat ungkapan yang jelas kepada suatu “perjanjian” antara Yahweh dan Amos.[28] Kalau dua orang bersama-sama[29] hendak pergi ke suatu tempat, tentulah mereka telah membuat perjanjian dahulu, di mana dan kapan mereka akan bertemu, dan terdapat hubungan “sebab” dan “akibat.”[30]
Sementara bagian dari situasi “netral”atau “normal” yang dimaksudkan Amos disini adalah sebuah bentuk pertanyaan retorikal, bukan suatu pernyataan, secara rasional dia mendorong para pendengarnya untuk merangkai tujuan jawabannya. Secara bahasa juga, bahwa ayat ini memberikan “trademark” yang khusus dari Amos.[31] Jadi ayat 3 lebih baik dipahami sebagai sebuah introduksi kepada seri contoh berikutnya. Prinsipnya adalah bahwa dua orang yang disebutkan, bergantung bersama jika mereka secara esensial, harmonis satu dengan yang lain.[32]
Ayat 4.
háyiš´ag ´aryË Bayyaº`ar wü†eºrep ´ên lô háyiTTën Küpîr qôlô mimmü`öºnätô BilTî ´im-läkäd
“Mengaumkah seekor singa di hutan, apabila tidak mendapat mangsa? Bersuarakah singa muda dari sarangnya, jika belum menangkap apa-apa?”
“Singa”, ´aryË, adalah pararel dengan “singa muda”, Küpîr, dan objeknya adalah läkäd, ‘menangkap”. Menurut Wolff, dua pertanyaan ini juga merefleksikan kehidupan Amos. “Singa”, ´aryË, merupakan kata yang lazim dalam Perjanjian Lama (Yeh. 19:3), penggembala domba sudah akrab dengan tingkah laku singa. “Auman” dan “memperdengarkan suara” (1:2), memperlihatkan bukti bahwa seekor binatang sudah dibawa lari dari kawanannya. (Hos. 5:14).[33] Demikian halnya dengan auman singa juga mengamankan mangsanya dengan menakut-nakuti yang lainnya supaya menjauh karena ia sedang mengerkah tulang mangsanya.[34] Maka Amos berkata, “Jika seekor singa mengaum, dia sudah mendapatkan tangkapannya.” Peristiwa yang dihasilkan selalui dinyatakan dalam kata kerja bentuk imperfect, sebaliknya sebagai anak kalimat nominal (v 4a) atau sebuah kata kerja perfect (v 4b), menerangkan sebab dari bagian kalimat yang mendahului.
Gagasan mengenai singa mengaum “dari hutan”, Bayyaº`ar, adalah lokasi ketika pertama sekali menempatkan dan melawan mangsanya, tetapi sebelumnya dia sudah melakukan pembunuhan. Auman kedua adalah suara kemenangan yang keluar dari “sarangnya”, setelah berhasil menangkap dan memakan korbannya. Untuk contoh-contoh seperti ini dapati dibaca dalam Yes. 5:29; 31:4; Mzm. 22:14; 104:21.[35]
Ayat 5.
hátiPPöl ciPPôr `al-PaH hä´äºrec ûmôqëš ´ên läh háya`álè-PaH min-h亴ádämâ wüläkôd lö´ yilKôd
“Jatuhkah seekor burung ke dalam perangkap di tanah, apabila tidak ada jerat terhadapnya? Membingkaskah perangkap dari tanah, jika tidak ditangkapnya sesuatu?”
“Jatuhkah”, hátiPPöl dan “membingkaskah”, háya`álè adalah gaya pararel, yang keduanya memiliki bentuk imperfect. Memburu adalah sebuah aktivitas yang familiar bagi penjaga domba. Amos menyebutkan dua nama alat berburu, pertama “senjata kayu”, mungkin semacam kayu pelempar yang pendek, yang bisa menyebabkan seeokor burung jatuh ke tanah. Terdapat bukti data bahwa boomerang dan pelempar kayu merupakan senjata yang umum dipakai pada jaman Timur Dekat kuno, yang dipakai untuk menangkap burung dan kelinci. Alat yang kedua adalah “jaring berlipat”, yaitu alat perangkap yang dipasang untuk perangkap hewan-hewan kecil dan burung (Mzm. 124:7; Ams. 7:23).[36] Jika perangkap membingkas dari tanah, hal itu menandakan bahwa telah tertangkap sesuatu; pemakaian “ditangkapnya” wüläkôd merupakan bentuk infinitive absolut (mutlak, pasti).
Tetapi Paul mengatakan bahwa apa yang mau diterangkan dalam ayat ini adalah “penyebab” dari jatuhnya burung secara tiba-tiba dan cepat. Burung jatuh karena “perangkap”, môqëš, yang secara jelas merupakan “umpan” yang dipasang pada perangkap.[37] Dalam hal ini bisa dibandingkan dengan 1 Sam. 18:21, “sebab pikir Saul: "Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud, dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!" Maksudnya bahwa umpan pertama, memikat burung yang tidak disangka-sangka jatuh dari atas, dan kemudian perangkap itu sendiri membingkas untuk memerangkap korbannya.[38]
Ayat 6.
´im-yiTTäqa` šôpär Bü`îr wü`äm lö´ yeHéräºdû ´im-Tihyè rä`â Bü`îr wyhwh(wa´dönäy) lö´ `äSâ
“Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya?”
Disini tempat berubah yaitu terjadi di dalam kota, Bü`îr. Tanda peringatan secara khusus ditiup dengan sangkala, yang mengabarkan bahaya sebentar lagi dari musuh sedang mendekat. Anggapan bahwa Amos disini menunjuk kota Samaria, secara progresif dia membidik tepat ke arah dunia dari pengalaman para pendengarnya. Pada pertanyaan bagian ini, manusia menjadi spesies yang terancam.[39] Penjaga meniup tanda peringatan bahaya; dan hasilnya adalah ketakutan yang menggetarkan penduduk. Apabila penjaga tembok kota meniup sangkakala (=serunai atau terompet), maka penduduk kota itu tahu bahwa musuh telah datang mendekat (Yeh. 33, dikatakan bahwa tugas seorang nabi diumpamakan sebagai tugas seorang penjaga).[40]
Kata kerja “meniup” adalah imperfect bukan berarti disini terdapat suatu transisi kepada future tense. Hasilnya adalah “mereka gemetar” dan tetap dalam bentuk imperfect.[41] Karena dalam ayat 6a ini, kita tidak dapat memutuskan apakah sangkakala ditiup di dalam kota sebab penduduk dibunyikan tanda bahaya.[42]
“Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan Tuhan tidak melakukannya?”.
Pertanyaan ini melibatkan Tuhan, dan ini merupakan klimaks. Kalimat ini memiliki kata kerja perfect. Penyebab peristiwa ditetapkan dalam bentuk perfect, sementara hasilnya dijelaskan dalam bentuk imperfect. Meskipun analoginya masih menyangkut hubungan antara sebab dan akibat, namun untuk pertama kali hal pokok dari pertanyaan adalah dari sebuah natur yang bersifat teologis. Nama Yahweh disebutkan dan terdapat percakapan tentang malapetaka (6:3; 9:4,10).[43] Dalam ayat 6b ini, final dari pertanyaannya ditawarkan, Amos masih menuruti polemik yang lain, dan kali ini menentang keyakinan bahwa Tuhan tidak akan memberi malapetaka atau bencana, rä`â, ke atas umat pilihan-Nya.[44] Mereka merasa cukup aman, dan dengan yakin mengatakan, “Malapetaka itu tidak akan menyusul dan tidak akan mencapai kami." (9:10). Amos disini melumpuhkan perasaan yang popular dan kepercayaan yang dihargai dan mencapai konklusi yang berlawanan secara sempurna.[45]
Ayat 7.
Kî lö´ ya`áSè ´ádönäy yhwh(´élöhîm) Däbär Kî ´im-Gälâ sôdô ´el-`ábädäyw hannübî´îm
“Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.”
“Sungguh”, adalah kalimat penegasan (asseverative). Pemakaian kata kiiä, dalam ayat ini dua kali, cocok dengan dua kali pemakaian h],(ay.5) dan ~ai (ay. 6). Sementara kalimat “Tuhan tidak berbuat sesuatu”, rb"+D" … al, bisa dilihat dalam Kel. 9:4; 1 Raj. 5:7; 10:3; Yes. 39:2; dan secara khusus pemakaian Amos yang ironis dari ekspresi ini adalah seperti dalam 6:3. Dalam Akkadian semantik sama dengan “to perform an act”, yaitu menunjukkan satu tindakan.[46]
Banyak komentator menganggap ayat ini sebagai ayat tambahan/sisipan. Ini adalah prosa, pernyataan didaktif, deklaratif [47]dan dogmatik (bukan sebuah pertanyaan retorikal), yang berisi kepada “ tulisan sejarah Deuteronomistik” atau “klise Deuteronomistik.” Kalimat, “hamba-hambaNya, para nabi” misalnya dalam 2 Raj. 9:7; Yer. 7:25; Yeh. 38:17; Zak. 1:6; Dan. 9:6., tidak dapat dielakkan dan diikuti secara absolut. Fakta bahwa representasi dari para nabi sebagai hamba-hamba Yahweh datang secara khusus kepada Yeremia dan nabi-nabi selanjutnya tidaklah bukti yang cocok dimana Amos tidak dapat menggunakan gambaran ini. Rudolf mengatakan: adalah jelas bahwa “teologi kelihatannya tidak serupa dalam pemikiran Amos.” Gagasan yang dinyatakan disini adalah berakar dalam konsep nubuatan. Nabi berdiri dalam kehadiran Allah (Yer. 15:1, 19), ikut serta dalam dewan Allah (Yes. 6; Yer. 23:18, 22). Jika ayat ini ayat tambahan, maka kecerdasan yang besar dan ketrampilan seni yang disisipkan harus diakui. Seperti yang diperagakan sebelumnya, ayat 7a berhubungan dengan ayat 6b, dan berhubungan dengan ayat 8b. Ayat 7b juga berhubungan dengan ayat 8b dalam tema nubuat.[48] Jalan pikiran Amos bisa diringkaskan seperti ini: malapetaka yang menimpa kamu, hai orang Israel, tidaklah terjadi begitu saja atau secara kebetulan, tetapi harus diartikan sebagai hukuman yang dijatuhkan Tuhan atas kamu; baiklah kamu mau diperingatkan dengan pesan yang harus kusampaikan ini.[49]
Ayat 8.
´aryË šä´äg mî lö´ yîrä´ ´ádönäy yhwh(´élöhîm) DiBBer mî lö´ yinnäbë´
“Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"
Disini lebih jelas bahwa kata kerja perfect menerangkan tindakan sebelumnya; yang imperfect menerangkan konsekuensinya. Tiga tindakan sebelumnya adalah berhubungan; dapat ditunjukkan sebagai tiga aspek dari peristiwa yang sama: singa telah mengaum; dengan kata lain, Allah telah berfirman; dengan kata lain, Dia telah menyatakan keputusanNya kepada nabi-nabi.[50]
Amos akhirnya mencapai klimaks dan tujuan utama dari pernyataanya.[51] Kalimat-kalimatnya tidak lagi dimulai dengan sebuah interrogative particle (dimana setiap kasus diikuti oleh kata kerja dalam bentuk imperfect). Sejak Yahweh berbicara yang secara jelas dipararelkan dengan auman singa, pertanyaan-pertanyaan dari tindakan yang nyata tidak dapat menerima jawaban yang berbeda. Maka, kalimat penutup dari permasalahan telah memperoleh kekuatan yang secara absolut meyakinkan. Lawan-lawan nabi harus mencatat fakta yang tidak dapat disangkal bahwa Yahweh telah berbicara kepada Amos. Berbeda dari 3:1, kata kerja “telah berfirman”, DiBBer, yang memperkenalkan ucapan langsung, menegaskan tindakan berbicara seperti “yang menyaksikan dengan tulus” dalam 5:10. “Bernubuat, memproklamirkan”, yinnäbë´ , adalah ekspresi yang digunakan Amos untuk menerangkan respons ini. Ayat ini dan 7:15, Amos menggunakannya untuk menerangkan proklamasinya.[52]
Ayat 9.
hašmîº`û `al-´armünôt Bü´ašDôd wü`al-´armünôt Bü´eºrec micräºyim wü´imürû hë´äspû `al-härê šömrôn ûrü´û mühûmöt raBBôt Bütôkäh wa`ášûqîm BüqirBäh
“Siarkanlah di dalam puri di Asyur dan di dalam puri di tanah Mesir serta katakan: "Berkumpullah di gunung-gunung dekat Samaria dan pandanglah kekacauan besar yang ada di tengah-tengahnya dan pemerasan yang ada di kota itu."
Sabda yang baru disini, dimulai dengan “siarkanlah”, hašmîº`û, (proclaim, NIV), hal ini ditujukan kepada kelas orang kaya di Samaria kepada mereka yang melakukan pemerasan. Dengan pemberitahuan penghukuman ini, firman sudah diakhiri. Kata kunci, “puri” armünôt, muncul empat kali dalam tiga kalimat berikutnya, artinya Amos ingin memperlihatkan pandangan tentang apa yang telah aristokrasi Samaria timbun dalam puri mereka, seperti barang-barang rampasan. Aristrokrasi Samaria harus dihukum dalam perbuatan ini.[53]
“…di Asyur dan di tanah Mesir”. Teks yang berbeda disini adalah kata Asyur yang dibaca menggantikan kata Ashdod, karena bentuknya lebih pararel dengan Mesir. Dalam Ibrani, baris pertama terdapat Asdod. wühikraTTî yôšëb më´ašDôd. Bagaimanapun, Asyur belum termasuk dalam garis politik Amos, tulis Wolff. Barangkali benteng Ashdod telah memberi kesan kepada Amos. Kemudian di pihak lain, benteng-benteng ini sudah terkenal baginya dan para pendengarnya sebagai arsitektur orang kaya di Mesir.[54] Kemudian menurut Paul, kedua kota Asyur dan Mesir, merupakan dua musuh klasik bangsa Israel, maka sering terjadi secara bersamaan dalam Alkitab (Yes. 7:18; Hos. 11:5). Pembacaan;, ašDôd, dihasilkan dari suatu kesalahan dari metatesis surat-surat dan suatu kesalahan grafik dari d dan r atau suatu kesalahan refleks yang didasarkan atas keunggulan Asyur sebagai salah satu musuh utama Israel, dengan cara menciptakan sebuah bangsa yang sama yang dapat dibandingkan dengan kerajaan Mesir.[55]
“Berkumpullah di gunung-gunung dekat Samaria”. `al-härê šömrôn (upon the mountains of Samaria, RSV), (Yunani, epi to oros), “the hill of Samaria”. Sebenarnya merupakan bentuk singular bukan plural seperti halnya dalam 4:1 dan 6:1, dan mengikuti geografi kawasan Samaria yang merupakan puncak satu bukit (1 Raj. 16:24). Tetapi kalau mengacu kepada Yer. 31:5, kalimat plural masih tetapi similar. Lagi pula apa yang ada dalam pikiran nabi adalah bukan gunung per se, melainkan bukit-bukit yang di sekitar kota. Memang, puncak gunung di sekitar Samaria lebih tinggi dari permukaan laut dan mereka dapat menatap ke bawah Samaria untuk menyaksikan bersama apa yang terjadi.[56]
“Kekacauan”, mühûmöt, merupakan satu “teror” yang artinya tindakan dari mereka yang “menimbun kekerasan dan aniaya” (ay. 10b). Kata “teror” tepat sekali bahkan ketika kata ini menunjuk pada hubungan sosial. Kata, “kekacauan” (tumults, KJV), hanya ditemukan dua kali dalam bentuk plural, pada ayat ini dan dalam 2 Taw. 15:5 (vexations, kesusahan, KJV). Ini biasanya menandakan kebingungan, kekacauan dan rasa panik yang dihubungkan dengan penghukuman Allah atau efek yang disebabkan oleh pertempuran Allah. Tetapi dalam hal ini, dihubungkan dengan tindakan manusia.[57]
“Pemerasan”, oppression, `ášûqîm, juga diterjemahkan sebagai bentuk plural yang abstrak; seperti perkataan yang terjadi dalam tulisan hikmat (Ayb. 35:9; Pkh. 4:1). Tetapi Amos disini bertujuan untuk menjelaskan bahwa banyak penyebab dari korban-korban aktivitas teror.[58] Dan ini merupakan “manifold oppression” (bermacam-macam pemerasan) yang dilakukan oleh golongan atas. Keadaan di Samaria, tidak ada keadilan sama sekali, tetapi kesewenangan orang kaya (orang kuat) terhadap orang miskin (orang lemah), sehingga tempat itu penuh dengan “kekacauan” dan “penindasan”. Dengan kata lain, penduduk kota-kota di Asyur dan Mesir diundang sebagai “saksi” untuk menguatkan bahwa benar-benar di Samaria (Israel) merajalela keadaan-keadaan yang mengerikan.[59]
Ayat 10.
wülö´-yäd`û `áSôt-nüköHâ nü´um-yhwh(´ädönäy) hä´ôcrîm Hämäs wäšöd Bü´armünôtêhem P
"Mereka tidak tahu berbuat jujur," demikianlah firman TUHAN, "mereka itu yang menimbun kekerasan dan aniaya di dalam purinya."
“Tidak tahu berbuat jujur”, lö´-yäd`û `áSôt-nüköHâ . "do not know how to do right” (NIV). “Tidak tahu”, dalam bentuk perfect. Kata ini muncul lagi dalam Yes. 59:14. “Ketulusan ditolak orang.” nüköHâ adalah kata benda abstrak yang artinya straight (lurus), honest (tulus), correct (benar).[60] Ini adalah fakta bahwa ini instruksi yang murni, dalam kejadian yang sah dalam klan Israel, dan juga dalam pengadilan Yerusalem. Kejujuran ini, yang mana diperintahkan kepada bangsa Israel, adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh para pemimpin Samaria, bagaimana cara untuk mempraktekkannya.[61]
Tuduhan ditujukan kepada golongan kelas atas dari orang Samaria yang terbukti nyata “menimbun” hä´ôcrîm, di purinya, (infinitive absolute). Kata ini mewakili “ketiadaan hukum” dan “kebobrokan” dalam masyarakat, dan Amos ingin memberikan kesaksian menyangkut kejahatan (violence and robbery – kekerasan dan perampokan, KJV), terhadap manusia dan milik, yang ditimbun di puri.[62]
Di kota ini tidak terdapat sama sekali suatu “negara hukum” atau “negara yang adil”, “mereka (= orang Samaria khususnya para pemuka di ibukota Israel itu) tidak tahu berbuat jujur” (maksudnya berbuat adil dan lurus, sebab yang dipentingkan disini bukanlah sifat kejujuran tetapi penegakan keadilan atau kelurusan terhadap orang lemah). Dan kedua, kelihatannya negara itu suatu “negara yang makmur” (lih. pendahuluan), sebab mereka telah menimbun kekayaan di dalam purinya, tetapi itu pun tidak benar. Sebenarnya mereka “menimbun kekerasan dan aniaya,” sebab golongan atas dari penduduk telah mendapat kekayaan itu dengan jalan menindas dan menghisap saudara-saudara mereka yang miskin dan lemah.[63]
Ayat 11.
läkën Kò ´ämar ´ádönäy yhwh(´élöhîm) car ûsübîb hä´äºrec wühôrìd mimmëk `uzzëk wünäböºzzû ´armünôtäºyik
“Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Musuh akan ada di sekeliling negeri, kekuatanmu akan ditanggalkannya dari padamu, dan purimu akan dijarahi!"
“Sebab itu”, läkën, merupakan kata pendahuluan untuk penghukuman. Kata ini juga terdapat dalam 5:11, 16; 6:7; 7:17. Kata ini diikuti dengan formula si pembawa pesan. Dalam konteks kelanjutan ayat ini, substansinya jelas mengarah kepada si penindas, yaitu musuh, car. (Kej. 14:20; Bil. 10:9; 2 Sam. 24:13 dan Yes. 9:10).[64]
Kalimat selanjutnya agak sulit dengan waw (kata penghubung) pada kata “di sekeliling”, ûsübîb. Beberapa orang mengoreksinya menjadi misabib, berdasar pada Greek, kukloqen: “An adversary round about the land.” (musuh mengelilingi negeri). Kemudian mengalami perbaikan lagi dengan kata bbiäWsyi atau bbiäWs, (W,, disisipkan di tengah), yang artinya “shall around” – “akan mengelilingi”. “An adversary there shall be even round about the land.” (KJV). Sebagaimana para saksi “berkumpul” di sekitarnya untuk memberi kesaksian, demikian juga musuh akan mengelilingi, tetapi saat ini dengan tujuan untuk menyerang.[65]
Firman Tuhan yang memberitahukan penghukuman ditulis kembali, pada akhirnya, kata kunci mengenai “benteng” yang terdapat pada kesimpulan dari tuduhan dalam ayat 10b, dan yang juga ditemukan dalam pembukaan dimana kesaksian dari luar dikumpulkan (ay. 9a). Rumah-rumah perampok akan dirampok mereka sendiri; kesalahan menjadi tempat penghukuman. Bagaimanapun, semua itu adalah hanya penekanan pada konsekuensi pribadi. “Musuh (akan mengelilingi) negeri.” Penyerangan yang akan terjadi ke seluruh negeri diumumkan; ini lebih dari pada “suatu malapetakan di kota” (ay. 6b).[66]
“Purimu akan dijarahi.” wünäböºzzû ´armünôtäºyik. Lokasi kejahatan mereka (puri) akan menjadi tempat penghukuman mereka. Tidak ada penjelasan kehancuran negeri ini atau pembunuhan penduduk. Hanya benteng-benteng dimana kekayaan yang mereka rampok ditimbun, ditujukan untuk dijarah.[67]
Ayat 12.
Kò ´ämar yhwh(´ädönäy) Ka´ášer yaccîl härö`è miPPî hä´árî šTê kürä`aºyim ´ô büdal-´öºzen Kën yinnäclû Bünê yiSrä´ël hayyöšbîm Büšöºmrôn Bip´at mi††â ûbidmeºšeq `äºreS
“Beginilah firman TUHAN: "Seperti seorang gembala melepaskan dari mulut singa dua tulang betis atau potongan telinga, demikianlah orang Israel yang diam di Samaria akan dilepaskan seperti sebagian dari katil dan seperti sepenggal dari kaki balai-balai."
Amos melakukan pendekatan melalui pengalamannya sebagai seorang gembala, menyampaikan putusan penghukuman dalam sebuah gambaran yang kuat dari serangan singa. Kali ini pesannya memiki nada legal. Jika seorang gembala dapat membawa bukti bahwa seekor hewan dibawah penjagaannya, telah dikoyak dua oleh binatang buas, dia akan bebas dari membayar denda. (Kel. 22:12, 1 Sam. 17:34, 35).[68] “Dua tulang betis atau potongan telinga”, kürä`aºyim ô büdal-´öºzen, adalah merupakan bukti potongan yang dapat diterima.[69]
Kata kerja “melepaskan”, “to rescue”, yaccîl, artinya “merenggut, membawa lari” (4:11). “Melepaskan dari mulut singa” bisa dilihat dalam Yeh. 34:10 dan 1 Sam. 17:35. Dengan menggunakan kata kerja ini, Amos secara ironis menyatakan bahwa “demikianlah orang Israel yang diam di Samaria akan dilepaskan (rescued, RSV) dari penghukuman Allah.”[70] Artinya bahwa hanya sedikit yang tinggal. Bukti yang dibawa adalah tanda kehilangan total. Kalau Boland memahami hal ini yaitu bahwa, apa yang tinggal sesudah keruntuhan Israel, tidak berharga lagi; sisa-sisa itu hanya dapat membuktikan bahwa Israel sudah benar-benar binasa.[71]
Kata “diam”, dwells, yöšhab, tidak berhubungan dengan kata “duduk”. Kata kerja “duduk”,yašhab dalam beberapa kasus muncul dengan preposisi, l. (di, pada, ke). Maka terjemahan, “So shall the Israelites escape who dwell in Samaria on or at the…” (KJV, NIV) adalah tidak tepat. Melainkan, “So shall the Israelites escape who dwell in Samaria with the corner of a couch and part of a bed.…” (RSV), sebab seluruh konteks ayat ini dan ayat-ayat diatasnya (9-11) mengacu kepada rampasan Israel dan kekayaannya yang ilegal dan bukan kepada penghancuran orang Israel.[72]
Sebaliknya, Wolff berpendapat bahwa refleksi dari situasi dalam ayat 9-11, firman dalam ayat 12 langsung menentang penduduk Samaria. Sindiran kepada kemewahan mereka dan gaya hidup yang jangak, menjadikan alasan penghancuran mereka. Kata “duduk” yang dimaksudkan disini merupakan situasi yang bermalas-malasan dan mabuk-mabukan. Kata benda, katil,,(mi††â ) dan balai-balai, (`äºreS ), adalah semacam tempat tidur (couch) seperti dalam pasal 6:4, dan kata ini juga dalam kebiasaan Semit, artinya “berbaring, istirahat.”[73] Memang, kedua baris berikutnya mengandung kata-kata yang cukup sulit. Terjemahannya kira-kira seperti ini: “mereka yang duduk di Samaria di sudut tempat tidur (atau diatas balai-balai yang mewah) at mi††â ûbidmeºšeq `äºreS, in the corner of a bed, and in Damascus in a couch. (KJV), di atas kain lembut penutup ranjang” (artinya kata yang disalin dengan “kain lembut” menyerupai nama Damaskus dan pernah diduga bahwa maksud aslinya ialah “balai-balai buatan Damaskus”). Dengan demikian maka maksud dari kedua baris yang terakhir ini adalah sama dengan yang pertama, yakni bahwa apa yang akan tinggal dari Israel/Samaria tidak berharga lagi sama sekali.[74]
Ayat 13
`
šim`û wühä`îºdû Bübêt ya`áqöb nü´um-´ádönäy yhwh(´élöhîm) ´élöhê haccübä´ôt
"Dengarlah, dan peringatkanlah kaum keturunan Yakub," demikianlah firman Tuhan ALLAH, Allah semesta alam.”
“Dengarlah”, šim`û, (3:1; 4:1; 5:1), dan seperti dalam 3:9, tidak ada indikasi kepada siapa perintah ini ditujukan. Identifikasinya bergantung kepada pemahaman pada kalimat perintah berikutnya, “peringatkanlah”, hä`îºdû, kata ini bisa diterjemahkan dalam dua cara, sebagai denominatif dari (witness), bersaksi artinya “bersaksi terhadap” (testify against, NIV) (Ul. 4:26; 30:19), atau “to warn”, memperingatkan (Kej. 43:3; Kel. 19:23). Ke dua akar kata ini mengandung arti bahwa umat Israel menjadi saksi atas kejahatan, dan penghukuman; dan kemudian arti yang lebih cocok yaitu bahwa maksud nabi disini bukan untuk memberi kesaksian kepada apa yang sudah terjadi, melainkan “mengingatkan” bangsa Israel tentang hukuman yang akan datang atas perbuatan mereka.[75] Satu perintah disuarakan dengan dua kalimat perintah. Seperti dalam 3:9, panggilan retorika ini diberikan atas efek yang dramatis yang akan dialami oleh pendengar Samaria. Diri mereka sendiri membuktikan peringatan lewat penerimaan mereka akan Firman Allah.[76]
Yang menerima perintah adalah “keturunan Yakub”, Bübêt ya`áqöb, (the house of Jacob, NIV) (6:8; 7:2, 5; 8:7), secara spesifik mengarah kepada 10 suku di Utara.[77] Wolff mengatakan bahwa ayat ini hanya ditemukan dalam pasal 9:6b yang kelihatannya berfungsi suatu tanda pilihan yang khusus.[78] Sumber perintah adalah “Tuhan, Yahweh”. Ayat 13 bukanlah formula pemberi pesan oleh Amos atau beberapa redaktur kemudian, melainkan peringatan Tuhan yang sungguh-sungguh kepada bangsa itu. Pesannya menegaskan kekuatan dan kuasa Allah. Ketika Dia menentang musuh-Nya, Dia memiliki kuasa untuk menghancurkan segala sesuatu dengan sempurna.[79]
Ayat 14.
Kî Büyôm Poqdî piš`ê-yiSrä´ël `äläyw ûpäqadTî `al-mizBüHôt Bêt-´ël wünigDü`û qarnôt hammizBëªH wünäplû lä´äºrec
"bahwa pada waktu Aku menghukum Israel karena perbuatan-perbuatannya yang jahat, Aku akan melakukan hukuman kepada mezbah-mezbah Betel, sehingga tanduk-tanduk mezbah itu dipatahkan dan jatuh ke tanah”
Pada permulaan ayat ini terdapat partikel inisial, ki artinya “surely, indeed” (sungguh).[80] Sementara terjemahan lain memakai “on, that” (bahwa). “Aku akan menghukum”, Poqdî (shall visit, KJV), merupakan suatu bentuk gagasan atau konsepsi (infinitive construct). Artinya Yahweh sungguh sudah menetapkan waktu untuk kejadian yang akan datang dan mereka akan teringat waktu ketika Yahweh mengukum kejahatan-kejahatan bangsa Isael. “Aku akan melakukan hukuman kepada”, dipakai dalam bentuk waw consecutive perfect (wcp),[81] yaitu suatu urutan penghukuman yang akan dilakukan oleh Alllah. “Hukuman Allah” dimulai kepada penghancuran mezbah-mezbah sehingga tanduk-tanduknya patah dan jatuh ke tanah. Dalam sebuah situasi balas dendam, dan usaha pembunuhan, seorang buron dapat bersembunyi pada tanduk-tanduk ini. Sebab mezbah juga berfungsi sebagai tempat suaka, seorang buronan aman dari para pengejarnya (1 Raj. 1:50; Kel. 21:13-14). Tetapi setelah peraturan dibuat yang menetapkan bahwa pembunuh harus dipaksa keluar dari tanduk mezbah (Kel. 21:14), sekarang bangsa Israel menjadi merasa bersalah akan kejahatan yang sedemikian dan bahwa Yahweh sendiri yang menghancurkan tempat itu. Jatuhnya tanduk-tanduk mezbah tersebut merupakan kesaksian atas penghukuman total.[82]
Fungsi mezbah yang lain adalah sebagai tempat ketika darah kurban tertumpah bagi pendamaian dan penebusan (Im. 4:7; 16:18). Maka penghancuran mezbah dan tanduk-tanduknya melambangkan akhir dari pengudusan, kekebalan dan pendamaian.[83] Penghancuran tempat-tempat kudus di Bethel adalah sebuah tanda dari ketidakberdayaan iman mereka dan ilah-ilah yang mereka layani.[84]
Ayat 15.
wühiKKêtî bêt-haHöºrep `al-Bêt haqqäºyic wü´äbdû BäTTê haššën wüsäpû BäTTîm raBBîm nü´um-yhwh(´ädönäy) s
“Aku akan merobohkan balai musim dingin beserta balai musim panas; hancurlah rumah-rumah gading, dan habislah rumah-rumah gedang," demikianlah firman TUHAN.”
Pribadi Allah berbicara pada pembukaan ayat 15 ini, yang mengekspresikan bahwa Yahweh sendiri yang sedang menghukum (ayat 14a), mengadakan penghancuran. Penghancuran tersebut tidak akan menyisakan apa-apa kecuali hanya reruntuhan (6:11).[85] Tujuan ayat ini adalah untuk meyakinkan akan penghancuran Allah terhadap orang kaya dan berkuasa. Penghukuman Allah menghancurkan pertahanan sosial ekonomi mereka seperti halnya pertahanan agama mereka (3:14).[86]
Di sisi lain, balai musim dingin dan balai musim panas, dikenal hanya dalam teks kuno Timur Dekat, selain ayat dalam Amos ini, yang menyebutkan balai-balai ini berdampingan, dan mengarah kepada dua bangunan yang berbeda, dan fungsinya tentu untuk musim yang berbeda pula. Pada pertengahan abad ke-8 sM, raja Barrakib of Sam’al mengatakan “My fathers, the kings of Sam’al had no good house (palace). They had the house of Kilamuwa, which was their winter house and also their summer house. But I have built this house.” Kemudian pada abad 19, raja Ahab dari Israel memiliki satu istana di dekat kebun anggur orang Yisrel (1 Raj. 21:1) dan yang lainnya – mungkin ini yang dimaksudkan Amos – di bukit Samaria (1 Raj. 21:18). Cyrus raja Persia, juga dilaporkan memiliki istana yang terpisah di Susa, Ecbatana dan Babylon, yang semuanya dicocokkan untuk iklim musim yang berbeda.[87]
Kata “beserta” along with (NIV), `al, memberi catatan bahwa disamping raja terdapat “orang kaya baru”, seperti golongan atas umumnya. “Rumah-rumah gading” artinya vila-vila mewah dengan perabot interior dari gading (6:4). Pada zaman Amos, rupanya perabot rumah-rumah seperti ini tidak terbatas hanya pada istana raja saja (1 Raj. 22:39; Mzm. 45:8-9), bahkan sudah ditemukan di wilayah Samaria.[88]
REFLEKSI
Penghukuman datang dari Allah disebabkan oleh berbagai aspek. Dalam pasal ini ditemukan bahwa penghukuman turun atas bangsa Israel karena alasan yang cukup spesifik, yaitu bahwa keadilan, kejujuran dan ketulusan para penguasa atau pemimpin tertinggi sampai lembaga terendah dalam memimpin dan memperlakukan orang lain, terutama kaum lemah, terbukti sudah menjadi perhatian Tuhan Allah sejak mulanya. Pada zamannya, Amos sebagai penyambung lidah Allah, memberikan peringatan akan penghukuman bagi para pemimpin yang melakukan penindasan dan yang tidak memperhatikan penderitaan orang lain. Hal ini sangat relevan dengan masa kini, agar setiap orang mampu memperlakukan orang lain dengan adil, didasarkan atas kasih Allah. Sifat tamak dan individualisme bukanlah sifat Kristiani yang hidup dalam Roh. Dalam pasal ini ditemukan bahwa Allah mungkin sebenarnya tidak membenci kekayaan atau kekuasaan tetapi yang dibenci adalah cara mendapatkan kekayaan atau kekuasaan tersebut, dan kemudian cara menggunakan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Terjemahan Baru. LAI. 2006.
Bible Electronic (KJV, RSV, NIV, BHS Hebrew Old Testament, 4th ed).
Baker, D. L., Pengantar Bahasa Ibrani. (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 1992.
Andersen, F.I & Freedman, D.N., Amos: A New Translation with Introduction and
Commentary. (New York : Doubleday, 1989).
Bullock, C. Hassel, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama. (Malang : Gandum Mas), 2002.
Boland, B.J. Ds., Tafsiran Alkitab – Kitab Amos. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001).
Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab – Ayub sampai dengan Maleakhi. (Jakarta :
Yayasan Bina Kasih/OMF), 1999.
Lasor, W.S, dkk., Pengantar Perjanjian Lama 2. (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 1996.
Paul, S.M., Amos: A Commentary on the Book of Amos. (Minneapolis : Fortress), 1991.
Wolff, H.J., Joel and Amos. (Philadelphia : Fortress), 1997.
Todd S. Beall, William A. Banks and Colin Smith, Old Testament Parsing Guide.
(Nasville : Broadman & Holman Publisher), 2000.
Smith, Gary V., Amos A Commentary. (Grand Rapids : Regency Reference Library),
1989.
[1] Gary V. Smith, Amos A Commentary, 97.
[2] C. Hassel, Bullock, Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. (Malang : Gandum Mas, 2002), 91.
[3] Gary V. Smith, Amos A Commentary, 101.
[4] Ibid, 117.
[5] H.J. Wolff, Joel and Amos. (Philadelphia : Fortress, 1997), 175.
[6] Tiga kali kata pendahuluan dalam Ibrani, hx'êP'v.Mih;-lK' l[;… lae_r"f.yI ynEåB. ~k,Þyle[] (“tentang kamu, hai orang Israel, tentang segenap kaum”, Amos 3:1), yang mungkin bisa dibandingkan dengan Kej. 12:1, ^ybi_a' tyBeämiW ^ßT.d>l;AM)miW ^ïc.r>a;me “dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu” dan Kej. 22:2, T'b.h;’a'-rv,a] ^Üd>yxi(y>-ta, ‘^n>Bi-ta ("anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi”), tetapi konstruksi sintaktikal jauh lebih sulit dalam Amos. (Paul, 100).
[7] S.M. Paul, Amos: A Commentary on the Book of Amos. (Minneapolis : Fortress, 1991), 100.
[8] Wolff, loc.cit.
[9] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, Amos: A New Translation with Introduction and Comemmentary. (New York : Doubleday, 1989), 379-380.
[10] B.J. Ds. Boland, Tafsiran Alkitab – Kitab Amos. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001), 30.
[11] Boland, op.cit, 30.
[12] Nabi sering menyebut lawan-lawannya dalam polemiknya, misalnya, Amos 4:1; 5:14; 6:13; 8:5 dan 9:10.
[13] Paul, op.cit, 101.
[14] Todd S. Beall, dkk., Old Testament Parsing Guide. (Nasville : Broadman & Holman Publisher, 2000), 662.
[15] Wolff, op.cit, 176.
[16] W.S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996), 206.
[17] Boland, loc.cit.
[18] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, Amos: A New Translation with Introduction and Comemmentary, 381.
[19] Paul, op.cit 102.
[20] Sekarang datang kata-kata Amos yang tajam, mengagetkan para pendengarnya. Kata-kata yang tidak diharapkan mengecewakan pandangan mereka yang selama ini popular, bahwa mereka adalah bangsa pilihan yang masuk dalam hubungan perjanjian dengan Allah. (Paul, 102).
[21] Boland, op.cit. 30-31.
[22] J. Sidlow, Baxter, Menggali Isi Alkitab – Ayub sampai dengan Maleakhi. (Jakarta : Yayasan Bina Kasih/OMF, 1999), 382.
[23] Wolff, op.cit. 177.
[24] Paul, loc.cit. .
[25] Wolff, op.cit. 177.
[26] Paul, op.cit. 109.
[27] Dimana tidak ada persahabatan disitu tidak ada persekutuan. Jika dua orang berselisih, pertama-tama mereka harus mendamaikan hal-hal yang berbeda diantara mereka. Bangsa Israel telah melawan Allah, telah melanggar perjanjian mereka denganNya, dan tetap masih ingin agar Allah berjalan bersama mereka, bertindak dan menjamin mereka. Tetapi apa tanggapan Allah? Dalam Imamat 26:23-24 dikatakan, “Jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mau Kuajar, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, maka Akupun akan bertindak melawan kamu dan Aku sendiri akan menghukum kamu tujuh kali lipat karena dosamu.” (Matthew Henry).
[28] Wolff, op.cit. 184.
[29] d['( , ‘berjanji’ (bertemu, niphal perfect), bisa dibandingkan dengan ekspresi dalam Kel. 25:22 dengan kata kerja niph’al, yTiäd>[;Anw, (wünô`adTî lükä), “dan di sanalah Aku akan bertemu”, dan Kel. 30:6, 36, “d[eîW"ai, (´iwwä`ëd), “Aku akan bertemu dengan engkau”. Kata-kata kerja ini tidak ingin bermaksud bahwa dalam kitab Amos kata kerja tersebut memberi “suatu teologi impor” atau “sebuah kiasan untuk pengalaman Musa”, menentang pandangan Renaud dan Stoebe. (Paul, 109).
[30] Boland, op.cit. 31.
[31] Paul, op.cit. 109.
[32] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, op.cit. 388.
[33] Wolff, op.cit. 185.
[34] Boland, op.cit. 32.
[35] Paul, op.cit. 110.
[36] Wolff, op.cit. 185.
[37] Kombinasi dari “burung”, rAPc, dan “perangkap”, xP, dapat dilihat dalam Mzm. 124:7; Ams. 7:23; Pkh. 9:12; untuk “perangkap” dan “jerat”, vqEßAm, dapat dilihat dalam Yos. 23:13; Yes. 8:14; Mzm. 69:23; 141:9.
[38] Paul, op.cit. 111.
[39] Wolff, op.cit, 186.
[40] Boland, op.cit. 32.
[41] Wolff, op.cit. 186.
[42] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, op.cit. 389.
[43] Wolff, op.cit. 186.
[44] ‘h['r", (malapetaka) dalam kitab Amos terdapat dalam pasal 6:3; 9:4, 10; dapat juga dilihat dalam Ul. 32:23; 1 Sam. 6:9; 2 Raj. 6:33; Yes. 45:7; Yer. 1:14; Yeh. 7:5; Ayb. 2:10. Ekspresi “Malapetaka dari Tuhan”, yang muncul disini dapat dilihat dalam Kel. 32:14. penafsiran “kejahatan yang dilakukan oleh Israel” oleh M. J. Mulder, adalah tidak benar; yang menerjemahkan akhir kalimat secara tidak tepat, “dan Tuhan tidak melakukannya.? (Paul, 112).
[45] Paul,op.cit. 112.
[46] Ibid.
[47] Sebuah kalimat deklarative yang murni disini muncul di tengah-tengah pertanyaan. Bahasa puisi pararel dengan cola yang keras yang kemudian di interupsi dengan prosa didaktif yang mengingatkan kepada bahasa dari sejarah penulisan Deuteronomistik. (2 Raj. 17:13, 23; 20:9; Yer. 7:25). Ayat ini juga menyatakan suatu penggeseran perhatian mengenai natur dari proklamasi nubuatan. Teks asli dari Kitab Amos adalah menyangkut dengan hubungan perkataan nubuat kepada sabda Yahweh yang sebelumnya. (Wolff, 181).
[48] Paul, op.cit. 113.
[49] Boland, op.cit. 33.
[50] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, op.cit. 390.
[51] Paul, op.cit. 113.
[52] Wolff, op.cit. 186-187.
[53] Paul, op.cit, 115.
[54] Wolff, op.cit, 192-193.
[55] Paul, op.cit, 116.
[56] Ibid.
[57] Ibid.
[58] Wolff, op.cit, 193.
[59] Boland, op.cit, 35-36.
[60] Paul, op.cit, 117.
[61] Wolff, op.cit, 193.
[62] Paul, op.cit, 117.
[63] Boland, op.cit, 36.
[64] Paul, op.cit, 118.
[65] Ibid.
[66] Wolff, op.cit, 194.
[67] Paul, op.cit, 118.
[68] Ibid, 119.
[69] Wolff, op.cit, 198.
[70] Paul, op.cit, 119-120.
[71] Boland, op.cit, 37.
[72] Paul, op.cit, 120.
[73] Wolff, op.cit, 198.
[74] Boland, op.cit, 37.
[75] Paul, op.cit, 123.
[76] Gary V. Smith, op.cit, 124.
[77] Paul, op.cit, 123.
[78] Wolff, op.cit, 201.
[79] Gary V. Smith, loc.cit.
[80] Wolff, op.cit, 201.
[81] Todd S. Beall, dkk., Old Testament Parsing Guide, 663.
[82] Wolff, loc.cit.
[83] Paul, op.cit, 124.
[84] Gary V. Smith, op.cit, 125.
[85] Wolff, op.cit, 201.
[86] Gary V. Smith, op.cit, 125.
[87] Paul, op.cit, 125-126.
[88] Wolff, op.cit, 202.
(Nabi sebagai penyambung lidah Allah;
Pemberitahuan tentang keruntuhan Israel)
PENDAHULUAN
Pemilihan istimewa Allah terhadap bangsa Israel sesuatu yang agung tetapi tanggung jawab hidup menurut standar bangsa yang kudus sangat tinggi. Sayangnya, banyak umat Israel kelihatannya lebih konsentrasi pada berkat yang kekal daripada natur kondisional dari berkat Allah. Ketika Amos seorang nabi sebagai penyambung lidah Allah, mengumumkan penghancuran Israel, para pendengarnya kaget dan tidak percaya. Penyebab penghukuman Allah secara langsung berhubungan dengan fakta bahwa Allah telah memilih mereka menjadi umatNya. Fakta ini tidak menghilangkan penghukumanNya. Amos berusaha untuk meyakinkan para pendengarnya dengan mendemonstrasikan hasil pengamatan umum. Setiap penyebab memiliki efek. Pemberitahuan nabi bagi Israel disebabkan oleh keinginan Allah untuk memperingatkan bangsa itu, yang bersikap acuh tak acuh terhadap status pemilihannya.[1]
Dalam pasal 3, terdapat “prinsip” yang menjadi dasar penghukuman Tuhan. “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu” (3:2). Terdapat proklamasi dari Allah menyusul sabda-sabda yang melawan keadaan di Kerajaan Utara dan memperluas dakwaan dari sabda melawan Israel. Sabda yang ditujukan dalam pasal ini berbunyi, “Dengarlah firman ini!” dan ditujukan kepada orang-orang Israel secara umum (3:1). Amos menuduh seluruh Israel karena menyalahgunakan hubungan istimewa yang mereka miliki denganYahweh. Keluarnya Israel dari Mesir membawa serta tanggung jawab, yang tidak mereka terima. Maka Tuhan akan menghukum mereka karena segala kejahatan mereka (3:2). Sabda terhadap bangsa diikuti oleh pertahanan biografis atas keterlibatan Amos sebagai nabi (3:3-8). Hal-hal ini tidak terjadi begitu saja. Ada pola sebab akibat yang terbukti dalam alam dan sejarah. Melalui serangkaian pertanyaan retori, yang memerlukan jawaban negatif, Nabi Amos bergerak ke arah klimaks, “Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan Allah telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat? (3:8).[2]
Struktur
Pararelisme dengan struktur dari pasal 3:3-6 adalah:
· 3:3 berjalankah…jika belum
· 3:4 mengaumkah…apabila tidak
bersuarakah…jika…belum apa-apa
· 3:5 jatuhkah…apabila tidak
membingkaskah…jika…tidak sesuatu
· 3:6 adakah….tidak
adakah…tidak
Amos 3:3 secara sintaksis berbeda sebab hanya satu baris; dan secara semantik (yang berkenaan dengan arti kata) berbeda sebab ini tidak berhadapan dengan binatang atau penghancuran. Maka pasal ayat 3 ini menolong membuat transisi dari ayat 1-2 ke ayat 4-8. Ayat 4 dan 5 hampir tepat pararel, dan keduanya menggunakan kata kerja “have taken (KJV)”, ‘mendapat’, ‘menangkap’. Ayat 6 menggunakan “tanda tanya” dan berhadapan dengan penghancuran kota daripada binatang. Kemudian pola mengalami kerusakan di ayat 7, dan pararelisme puisi tidak sinonim dengan ayat 4-6. Pernyataan dalam ayat 7 lebih dekat berhubungan dengan ayat 6b dan isu nubuatan dalam ayat 8b. Ayat 8 menggunakan pararelisme yang sinonim, dan mengandung pernyataan dan pertanyaan inti yang memanggil suatu respons kepada firman penghancuran dari Allah.[3]
Paragrap yang panjang dalam pasal 3:9-15 dibagai dalam beberapa unit:
pengulangan kata “siarkanlah”, “dengarlah” dalam ayat 9 dan 13.
tujuan masing-masing bagian kepada kelompok yang berbeda; memanggil orang asing untuk memandang kekacauan besar (ay. 9); memperingatkan hukuman terhadap keturunan Yakub (ay. 13)
Kemudian ayat 9-12 dibagi ke dalam dua bagian dengan “beginilah” (thus), yang memulai pemberitahuan penghukuman dalam ayat 11. Bagian pertama ayat 9-10 termasuk satu kelompok kalimat perintah (imperative) yang memanggil dan menyuruh. Tema-tema penindasan, kekerasan, dan penjarahan membawa ayat-ayat bersama membentuk suatu kesatuan berupa penuduhan. Ayat 13-15 juga mulai dengan kalimat perintah (imperative). Bentuk kata kerja orang pertama tunggal membawa keseragaman dalam ayat 14-15.[4]
TAFSIRAN
Ayat 1.
“Dengarlah firman ini, yang diucapkan TUHAN tentang kamu, hai orang Israel, tentang segenap kaum yang telah Kutuntun keluar dari tanah Mesir, bunyinya:
Beberapa orang menetapkan ayat 1-2 ini sebagai konklusi dan kulminasi dari pasal 1:3-2:16, karena ayat 1-2 ini menerangkan pelanggaran-pelanggaran dan berhubungan dengan semua klans di muka bumi. Pasal 3:1 dimulai dengan bentuk pendahuluan yang tidak sama dengan pasal 1-2. Sebagai konklusi kepada pasal 2:6-9 dan 13-16, pemberitahuan penghukuman dalam pasal 3:2 secara khusus dibacakan kepada generasi yang muda.[5]
Kata “dengarlah” menunjukkan orang kedua plural imperative (((šim`û ´et), (3:1, 13; 4:1; 5:1), artinya kata perintah atau seruan hendak dikatakan Allah dengan perantaraan nabi, dalam hal ini Amos, yang berlaku untuk “orang Israel.” Banyak komentator setuju bahwa ayat 1 ini mengandung pengembangan editorial,[6] tetapi opini dibagi, mana yang asli dan yang tambahan. Sementara kata “yang diucapkan TUHAN tentang kamu”,] (´ášer DiBBer yhwh (´ädönäy) `álêkem), merupakan bentuk perfect (hath spoken, KJV), yaitu suatu kejadian yang sudah dikerjakan oleh Allah menyangkut bangsa Israel dan kalimat ini bukan penyisipan sebab penghapusan kalimat ini akan meninggalkan kelanjutan ayat-ayat yang “secara sintaksis sulit untuk dipakai” dan akan menghancurkan kesimpulan dari keseluruhan perikop.[7] TUHAN, Allah, disini merupakan Pribadi yang bicara. Bentuk utama – dari gaya kritikal panggilan untuk “mendengar” adalah bukan “panggilan untuk menerima instruksi” melainkan “panggilan untuk perhatian”. Ekspresi “dengarlah firman ini” tidak memperkenalkan sebuah ucapan Tuhan sebagaimana yang ditunjukkan dalam pasal 5:1 (perkataan Amos).[8]
Bünê yiSrä´ël `al Kol-hammišPäHâ ´ášer he`élêºtî më´eºrec micraºyim “hai orang Israel, tentang segenap kaum yang telah Kutuntun keluar dari tanah Mesir.”
“Orang Israel”, secara literal “anak-anak Israel”, children of Israel (KJV), dalam bahasa Yunani, oikos. “Segenap kaum”, family (KJV), artinya dari seluruh suku-suku moyang Israel (sebet, matteh) sampai kepada keluarga (bet ab) atau rumah tangga (bayit). “Kaum”, mispaha, adalah unit suku yang terbesar, antara suku dan keluarga, dan dapat disebut sebuah klan.[9] Amos ingin menjelaskan bahwa “segenap kaum” artinya bukan hanya penduduk kerajaan sebelah utara (jatuh pada tahun 722 sM), tetapi juga penduduk kerajaan Yehuda (masih berdiri terus sampai tahun 586 sM).[10]
“Kutuntun keluar dari tanah Mesir”, he`élêºtî më´eºrec micraºyim. Kata “Kutuntun”, he`élêºtî tetap dalam bentuk perfect artinya bahwa peristiwa pembebasan keluar dari tanah Mesir dianggap sebagai dasar dari kepercayaan orang Israel bahwa mereka merupakan “bangsa pilihan Allah.”[11] Dan menurut Paul, motif pembebasan dari Mesir adalah sebagai suatu jaminan bagi keselamatan umat dalam krisis saat ini (Bil. 24:8). Amos membedakan antara hubungan motif pembebasan, terutama di kerajaan Utara,[12] yang dia tafsirkan sebagai motif pilihan.[13]
Sebagai kata terakhir dalam ayat ini, kata “bunyinya”, lë´mör, adalah suatu gagasan atau konsepsi (infinitive construct)[14] yang bisa kita lihat pada ayat-ayat selanjutnya.
Ayat 2.
2 raq ´etkem yädaº`Tî miKKöl mišPüHôt hä´ádämâ `al-Kën ´epqöd `álêkem ´ët Kol-`áwönötêkem
"Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.”
“Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi…” aq ´etkem yädaº`Tî miKKöl mišPüHôt hä´ádämâ. Preposisi “hanya” (raq), ditempatkan pada permulaan kalimat, terminologinya sama dengan teologi pemilihan dalam Ulangan, misalnya dalam Kel.. 10:15, “…hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa…” Amos sendiri tidak memakai teknik Keluaran untuk pemilihan tetapi menggunakan kata kerja dengan tindakan keintiman cinta diantara manusia (Kej. 4:1; 1 Raj. 1:4). Dipilih artinya dipanggil untuk sebuah tugas.[15] Ada sisi lain dari tanggung jawab pemilihan itu. Karena Allah telah memilih Israel, maka Ia mempunyai tanggung jawab yang khusus terhadap mereka. Israel yang berdosa tidak dapat mengharapkan kelembutan hati melulu karena pemilihan itu, melainkan harus mengindahkan pula tanggung jawab moral yang lebih tinggi standardnya dari bangsa-bangsa lain.[16]
“Kamu yang Kukenal”, bentuk perfect (have I known, KJV). Kata Ibrani untuk ‘mengenal’, yäda, adalah suatu istilah yang penting, karena atas dasar pengalaman dan saling berhubungan (Kej. 4:1), “bersetubuh”[17] artinya memasuki hubungan hidup dengan sesuatu atau dengan seseorang. The verb “know” as used here must indicate special intimacy, yang berhubungan dengan perkawinan, dimana dalam bahasa Inggris disebutkan, “to make love to”.[18] Menurut Paul, kata kerja “mengenal” disini dapat diterjemahkan dengan konotasi tambahan, yaitu bahwa Tuhan telah membuat suatu perjanjian dengan umat Israel, yang merupakan satu-satunya yang dikenal sebagai partner perjanjian-Nya yang sah.[19]
Namun kata ini juga dapat diterjemahkan dengan “mengindahkan”, “menghiraukan nasib seseorang” (Hos. 13:5). Tetapi karena pemilihan ini, Amos ingin mengatakan bahwa Allah mempunyai suatu “tujuan” tertentu bagi umat Israel, suatu “perintah”, sama seperti halnya Abraham diperintahkan Tuhan untuk menuruti jalan-Nya (Kej. 18:19). “Tujuan” Allah bagi umat Israel adalah agar mereka hidup sebagai bangsa yang dikuduskan, diasingkan untuk mengabdi kepada-Nya. Umat Israel tidak dapat berkata bahwa tidak akan terjadi apa-apa bagi mereka karena mereka bangsa pilihan.[20] Justru karena mereka sudah dipilih, maka “sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.”[21] Masing-masing firman dibagi dua, dibatasi dengan perkataan “sebab itu”; artinya bagian pertama memuat keterangan, bahwa penghukuman itu “sudah sepatutnya” sedangkan bagian kedua, bahwa penghukuman itu “sudah ditentukan.”[22] Kata “menghukum” ´epqöd bisa juga diterjemahkan dengan “attend to, visit”, ‘menghadiri’, ‘mengunjungi’, merupakan bentuk imperfect, artinya bahwa memang Tuhan akan datang atau hadir di tengah-tengah bangsa Israel pada saat penghukuman dan itu pasti terjadi. Karena meskipun Yahweh mengenal semua bangsa-bangsa, tetapi hanya bangsa Israel yang mengenal Yahweh. Oleh sebab itu Yahweh seakan-akan berkata, “Aku sudah memberikan perhatian yang lebih terhadap kamu daripada bangsa-bangsa lain; oleh sebab itu, Aku mengharapkan lebih dari kamu daripada dari mereka.”[23]
“Kesalahan”, avon, Kata ini berhubungan dengan ayat 14a, dan objeknya pada 14b. Bangsa-bangsa lain dituduh atas kekejaman dan tindakan barbar, tetapi hanya umat Israel yang diberikan tugas untuk pelanggaran moral etis setiap orang,[24] “…menjual orang benar karena uang, dan orang miskin karena sepasang kasut…” (2:6). Pemilihan Israel tidak menjadi menjamin kekebalan hukum dari Yahweh, penghukuman terjadi dimana dan kapan saja perjanjian tidak bertemu. Karena Yahweh telah “memilih” bangsa Israel untuk suatu tugas khusus, maka Dia harus juga “menguji” karakternya. “Kesalahan-kesalahan” merupakan objek dari ujian, arti dasar “avon” disini dikembangkan dengan konotasi “menghukum, untuk memegang tanggung jawab”. Keterangan kata benda disini yang diterjemahkan sebagai “kesalahan-kesalahan” adalah sebuah “konsep bahasa sehari-hari” dan menunjuk kepada “perbuatan yang tidak wajar”.[25]
Ayat 3.
háyëlkû šünaºyim yaHDäw BilTî ´im-nô`äºdû
“Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?”
Beberapa komentator meragukan keaslian ayat ini dikaitkan dengan keseluruhan unit ayat. Pertama, ayat ini satu-satunya dalam komposisi yang kurang dalam puisi. Kedua, kata kerja jamak hanya ditemukan dalam ayat ini. Ketiga, tidak sama seperti ayat-ayat lainnya, disini dilukiskan satu keadaan berdamai, tidak memberi nilai tambah kepada situasi yang terjadi. Tetapi bagaimanapun, untuk menanggapi hal ini, jelas bahwa kata kerja jamak dibutuhkan oleh “dua” subjek. “Berjalankah”, háyëlkû, dalam bentuk imperfect membuat tema utama yang menjelaskan hubungan dua arah antara bangsa Israel dan Allah (ayat 1-2),[26] artinya bahwa sebelum Allah membuat penghukuman, mereka pernah bertemu “bersama-sama” (yaHDäw perfect).[27]
Tetapi, menurut Wolff, alasannya mungkin terletak dalam protes terhadap lawan-lawan nabi, terhadap perkataan yang tidak kita ketahui. Pada waktu tertentu, mereka menyangkal apakah memang Amos sedang berhubungan dengan Yahweh mengenai kehendak-Nya atas bangsa Israel. Amos langsung mengambil contoh perjalanannya dari Bethel ke Samaria. Dua orang tidak pernah berjalan bersama tanpa bertemu dulu. Tentu, dua orang boleh juga “membuat perjanjian”. Oleh sebab itu terdapat ungkapan yang jelas kepada suatu “perjanjian” antara Yahweh dan Amos.[28] Kalau dua orang bersama-sama[29] hendak pergi ke suatu tempat, tentulah mereka telah membuat perjanjian dahulu, di mana dan kapan mereka akan bertemu, dan terdapat hubungan “sebab” dan “akibat.”[30]
Sementara bagian dari situasi “netral”atau “normal” yang dimaksudkan Amos disini adalah sebuah bentuk pertanyaan retorikal, bukan suatu pernyataan, secara rasional dia mendorong para pendengarnya untuk merangkai tujuan jawabannya. Secara bahasa juga, bahwa ayat ini memberikan “trademark” yang khusus dari Amos.[31] Jadi ayat 3 lebih baik dipahami sebagai sebuah introduksi kepada seri contoh berikutnya. Prinsipnya adalah bahwa dua orang yang disebutkan, bergantung bersama jika mereka secara esensial, harmonis satu dengan yang lain.[32]
Ayat 4.
háyiš´ag ´aryË Bayyaº`ar wü†eºrep ´ên lô háyiTTën Küpîr qôlô mimmü`öºnätô BilTî ´im-läkäd
“Mengaumkah seekor singa di hutan, apabila tidak mendapat mangsa? Bersuarakah singa muda dari sarangnya, jika belum menangkap apa-apa?”
“Singa”, ´aryË, adalah pararel dengan “singa muda”, Küpîr, dan objeknya adalah läkäd, ‘menangkap”. Menurut Wolff, dua pertanyaan ini juga merefleksikan kehidupan Amos. “Singa”, ´aryË, merupakan kata yang lazim dalam Perjanjian Lama (Yeh. 19:3), penggembala domba sudah akrab dengan tingkah laku singa. “Auman” dan “memperdengarkan suara” (1:2), memperlihatkan bukti bahwa seekor binatang sudah dibawa lari dari kawanannya. (Hos. 5:14).[33] Demikian halnya dengan auman singa juga mengamankan mangsanya dengan menakut-nakuti yang lainnya supaya menjauh karena ia sedang mengerkah tulang mangsanya.[34] Maka Amos berkata, “Jika seekor singa mengaum, dia sudah mendapatkan tangkapannya.” Peristiwa yang dihasilkan selalui dinyatakan dalam kata kerja bentuk imperfect, sebaliknya sebagai anak kalimat nominal (v 4a) atau sebuah kata kerja perfect (v 4b), menerangkan sebab dari bagian kalimat yang mendahului.
Gagasan mengenai singa mengaum “dari hutan”, Bayyaº`ar, adalah lokasi ketika pertama sekali menempatkan dan melawan mangsanya, tetapi sebelumnya dia sudah melakukan pembunuhan. Auman kedua adalah suara kemenangan yang keluar dari “sarangnya”, setelah berhasil menangkap dan memakan korbannya. Untuk contoh-contoh seperti ini dapati dibaca dalam Yes. 5:29; 31:4; Mzm. 22:14; 104:21.[35]
Ayat 5.
hátiPPöl ciPPôr `al-PaH hä´äºrec ûmôqëš ´ên läh háya`álè-PaH min-h亴ádämâ wüläkôd lö´ yilKôd
“Jatuhkah seekor burung ke dalam perangkap di tanah, apabila tidak ada jerat terhadapnya? Membingkaskah perangkap dari tanah, jika tidak ditangkapnya sesuatu?”
“Jatuhkah”, hátiPPöl dan “membingkaskah”, háya`álè adalah gaya pararel, yang keduanya memiliki bentuk imperfect. Memburu adalah sebuah aktivitas yang familiar bagi penjaga domba. Amos menyebutkan dua nama alat berburu, pertama “senjata kayu”, mungkin semacam kayu pelempar yang pendek, yang bisa menyebabkan seeokor burung jatuh ke tanah. Terdapat bukti data bahwa boomerang dan pelempar kayu merupakan senjata yang umum dipakai pada jaman Timur Dekat kuno, yang dipakai untuk menangkap burung dan kelinci. Alat yang kedua adalah “jaring berlipat”, yaitu alat perangkap yang dipasang untuk perangkap hewan-hewan kecil dan burung (Mzm. 124:7; Ams. 7:23).[36] Jika perangkap membingkas dari tanah, hal itu menandakan bahwa telah tertangkap sesuatu; pemakaian “ditangkapnya” wüläkôd merupakan bentuk infinitive absolut (mutlak, pasti).
Tetapi Paul mengatakan bahwa apa yang mau diterangkan dalam ayat ini adalah “penyebab” dari jatuhnya burung secara tiba-tiba dan cepat. Burung jatuh karena “perangkap”, môqëš, yang secara jelas merupakan “umpan” yang dipasang pada perangkap.[37] Dalam hal ini bisa dibandingkan dengan 1 Sam. 18:21, “sebab pikir Saul: "Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud, dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!" Maksudnya bahwa umpan pertama, memikat burung yang tidak disangka-sangka jatuh dari atas, dan kemudian perangkap itu sendiri membingkas untuk memerangkap korbannya.[38]
Ayat 6.
´im-yiTTäqa` šôpär Bü`îr wü`äm lö´ yeHéräºdû ´im-Tihyè rä`â Bü`îr wyhwh(wa´dönäy) lö´ `äSâ
“Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya?”
Disini tempat berubah yaitu terjadi di dalam kota, Bü`îr. Tanda peringatan secara khusus ditiup dengan sangkala, yang mengabarkan bahaya sebentar lagi dari musuh sedang mendekat. Anggapan bahwa Amos disini menunjuk kota Samaria, secara progresif dia membidik tepat ke arah dunia dari pengalaman para pendengarnya. Pada pertanyaan bagian ini, manusia menjadi spesies yang terancam.[39] Penjaga meniup tanda peringatan bahaya; dan hasilnya adalah ketakutan yang menggetarkan penduduk. Apabila penjaga tembok kota meniup sangkakala (=serunai atau terompet), maka penduduk kota itu tahu bahwa musuh telah datang mendekat (Yeh. 33, dikatakan bahwa tugas seorang nabi diumpamakan sebagai tugas seorang penjaga).[40]
Kata kerja “meniup” adalah imperfect bukan berarti disini terdapat suatu transisi kepada future tense. Hasilnya adalah “mereka gemetar” dan tetap dalam bentuk imperfect.[41] Karena dalam ayat 6a ini, kita tidak dapat memutuskan apakah sangkakala ditiup di dalam kota sebab penduduk dibunyikan tanda bahaya.[42]
“Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan Tuhan tidak melakukannya?”.
Pertanyaan ini melibatkan Tuhan, dan ini merupakan klimaks. Kalimat ini memiliki kata kerja perfect. Penyebab peristiwa ditetapkan dalam bentuk perfect, sementara hasilnya dijelaskan dalam bentuk imperfect. Meskipun analoginya masih menyangkut hubungan antara sebab dan akibat, namun untuk pertama kali hal pokok dari pertanyaan adalah dari sebuah natur yang bersifat teologis. Nama Yahweh disebutkan dan terdapat percakapan tentang malapetaka (6:3; 9:4,10).[43] Dalam ayat 6b ini, final dari pertanyaannya ditawarkan, Amos masih menuruti polemik yang lain, dan kali ini menentang keyakinan bahwa Tuhan tidak akan memberi malapetaka atau bencana, rä`â, ke atas umat pilihan-Nya.[44] Mereka merasa cukup aman, dan dengan yakin mengatakan, “Malapetaka itu tidak akan menyusul dan tidak akan mencapai kami." (9:10). Amos disini melumpuhkan perasaan yang popular dan kepercayaan yang dihargai dan mencapai konklusi yang berlawanan secara sempurna.[45]
Ayat 7.
Kî lö´ ya`áSè ´ádönäy yhwh(´élöhîm) Däbär Kî ´im-Gälâ sôdô ´el-`ábädäyw hannübî´îm
“Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.”
“Sungguh”, adalah kalimat penegasan (asseverative). Pemakaian kata kiiä, dalam ayat ini dua kali, cocok dengan dua kali pemakaian h],(ay.5) dan ~ai (ay. 6). Sementara kalimat “Tuhan tidak berbuat sesuatu”, rb"+D" … al, bisa dilihat dalam Kel. 9:4; 1 Raj. 5:7; 10:3; Yes. 39:2; dan secara khusus pemakaian Amos yang ironis dari ekspresi ini adalah seperti dalam 6:3. Dalam Akkadian semantik sama dengan “to perform an act”, yaitu menunjukkan satu tindakan.[46]
Banyak komentator menganggap ayat ini sebagai ayat tambahan/sisipan. Ini adalah prosa, pernyataan didaktif, deklaratif [47]dan dogmatik (bukan sebuah pertanyaan retorikal), yang berisi kepada “ tulisan sejarah Deuteronomistik” atau “klise Deuteronomistik.” Kalimat, “hamba-hambaNya, para nabi” misalnya dalam 2 Raj. 9:7; Yer. 7:25; Yeh. 38:17; Zak. 1:6; Dan. 9:6., tidak dapat dielakkan dan diikuti secara absolut. Fakta bahwa representasi dari para nabi sebagai hamba-hamba Yahweh datang secara khusus kepada Yeremia dan nabi-nabi selanjutnya tidaklah bukti yang cocok dimana Amos tidak dapat menggunakan gambaran ini. Rudolf mengatakan: adalah jelas bahwa “teologi kelihatannya tidak serupa dalam pemikiran Amos.” Gagasan yang dinyatakan disini adalah berakar dalam konsep nubuatan. Nabi berdiri dalam kehadiran Allah (Yer. 15:1, 19), ikut serta dalam dewan Allah (Yes. 6; Yer. 23:18, 22). Jika ayat ini ayat tambahan, maka kecerdasan yang besar dan ketrampilan seni yang disisipkan harus diakui. Seperti yang diperagakan sebelumnya, ayat 7a berhubungan dengan ayat 6b, dan berhubungan dengan ayat 8b. Ayat 7b juga berhubungan dengan ayat 8b dalam tema nubuat.[48] Jalan pikiran Amos bisa diringkaskan seperti ini: malapetaka yang menimpa kamu, hai orang Israel, tidaklah terjadi begitu saja atau secara kebetulan, tetapi harus diartikan sebagai hukuman yang dijatuhkan Tuhan atas kamu; baiklah kamu mau diperingatkan dengan pesan yang harus kusampaikan ini.[49]
Ayat 8.
´aryË šä´äg mî lö´ yîrä´ ´ádönäy yhwh(´élöhîm) DiBBer mî lö´ yinnäbë´
“Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"
Disini lebih jelas bahwa kata kerja perfect menerangkan tindakan sebelumnya; yang imperfect menerangkan konsekuensinya. Tiga tindakan sebelumnya adalah berhubungan; dapat ditunjukkan sebagai tiga aspek dari peristiwa yang sama: singa telah mengaum; dengan kata lain, Allah telah berfirman; dengan kata lain, Dia telah menyatakan keputusanNya kepada nabi-nabi.[50]
Amos akhirnya mencapai klimaks dan tujuan utama dari pernyataanya.[51] Kalimat-kalimatnya tidak lagi dimulai dengan sebuah interrogative particle (dimana setiap kasus diikuti oleh kata kerja dalam bentuk imperfect). Sejak Yahweh berbicara yang secara jelas dipararelkan dengan auman singa, pertanyaan-pertanyaan dari tindakan yang nyata tidak dapat menerima jawaban yang berbeda. Maka, kalimat penutup dari permasalahan telah memperoleh kekuatan yang secara absolut meyakinkan. Lawan-lawan nabi harus mencatat fakta yang tidak dapat disangkal bahwa Yahweh telah berbicara kepada Amos. Berbeda dari 3:1, kata kerja “telah berfirman”, DiBBer, yang memperkenalkan ucapan langsung, menegaskan tindakan berbicara seperti “yang menyaksikan dengan tulus” dalam 5:10. “Bernubuat, memproklamirkan”, yinnäbë´ , adalah ekspresi yang digunakan Amos untuk menerangkan respons ini. Ayat ini dan 7:15, Amos menggunakannya untuk menerangkan proklamasinya.[52]
Ayat 9.
hašmîº`û `al-´armünôt Bü´ašDôd wü`al-´armünôt Bü´eºrec micräºyim wü´imürû hë´äspû `al-härê šömrôn ûrü´û mühûmöt raBBôt Bütôkäh wa`ášûqîm BüqirBäh
“Siarkanlah di dalam puri di Asyur dan di dalam puri di tanah Mesir serta katakan: "Berkumpullah di gunung-gunung dekat Samaria dan pandanglah kekacauan besar yang ada di tengah-tengahnya dan pemerasan yang ada di kota itu."
Sabda yang baru disini, dimulai dengan “siarkanlah”, hašmîº`û, (proclaim, NIV), hal ini ditujukan kepada kelas orang kaya di Samaria kepada mereka yang melakukan pemerasan. Dengan pemberitahuan penghukuman ini, firman sudah diakhiri. Kata kunci, “puri” armünôt, muncul empat kali dalam tiga kalimat berikutnya, artinya Amos ingin memperlihatkan pandangan tentang apa yang telah aristokrasi Samaria timbun dalam puri mereka, seperti barang-barang rampasan. Aristrokrasi Samaria harus dihukum dalam perbuatan ini.[53]
“…di Asyur dan di tanah Mesir”. Teks yang berbeda disini adalah kata Asyur yang dibaca menggantikan kata Ashdod, karena bentuknya lebih pararel dengan Mesir. Dalam Ibrani, baris pertama terdapat Asdod. wühikraTTî yôšëb më´ašDôd. Bagaimanapun, Asyur belum termasuk dalam garis politik Amos, tulis Wolff. Barangkali benteng Ashdod telah memberi kesan kepada Amos. Kemudian di pihak lain, benteng-benteng ini sudah terkenal baginya dan para pendengarnya sebagai arsitektur orang kaya di Mesir.[54] Kemudian menurut Paul, kedua kota Asyur dan Mesir, merupakan dua musuh klasik bangsa Israel, maka sering terjadi secara bersamaan dalam Alkitab (Yes. 7:18; Hos. 11:5). Pembacaan;, ašDôd, dihasilkan dari suatu kesalahan dari metatesis surat-surat dan suatu kesalahan grafik dari d dan r atau suatu kesalahan refleks yang didasarkan atas keunggulan Asyur sebagai salah satu musuh utama Israel, dengan cara menciptakan sebuah bangsa yang sama yang dapat dibandingkan dengan kerajaan Mesir.[55]
“Berkumpullah di gunung-gunung dekat Samaria”. `al-härê šömrôn (upon the mountains of Samaria, RSV), (Yunani, epi to oros), “the hill of Samaria”. Sebenarnya merupakan bentuk singular bukan plural seperti halnya dalam 4:1 dan 6:1, dan mengikuti geografi kawasan Samaria yang merupakan puncak satu bukit (1 Raj. 16:24). Tetapi kalau mengacu kepada Yer. 31:5, kalimat plural masih tetapi similar. Lagi pula apa yang ada dalam pikiran nabi adalah bukan gunung per se, melainkan bukit-bukit yang di sekitar kota. Memang, puncak gunung di sekitar Samaria lebih tinggi dari permukaan laut dan mereka dapat menatap ke bawah Samaria untuk menyaksikan bersama apa yang terjadi.[56]
“Kekacauan”, mühûmöt, merupakan satu “teror” yang artinya tindakan dari mereka yang “menimbun kekerasan dan aniaya” (ay. 10b). Kata “teror” tepat sekali bahkan ketika kata ini menunjuk pada hubungan sosial. Kata, “kekacauan” (tumults, KJV), hanya ditemukan dua kali dalam bentuk plural, pada ayat ini dan dalam 2 Taw. 15:5 (vexations, kesusahan, KJV). Ini biasanya menandakan kebingungan, kekacauan dan rasa panik yang dihubungkan dengan penghukuman Allah atau efek yang disebabkan oleh pertempuran Allah. Tetapi dalam hal ini, dihubungkan dengan tindakan manusia.[57]
“Pemerasan”, oppression, `ášûqîm, juga diterjemahkan sebagai bentuk plural yang abstrak; seperti perkataan yang terjadi dalam tulisan hikmat (Ayb. 35:9; Pkh. 4:1). Tetapi Amos disini bertujuan untuk menjelaskan bahwa banyak penyebab dari korban-korban aktivitas teror.[58] Dan ini merupakan “manifold oppression” (bermacam-macam pemerasan) yang dilakukan oleh golongan atas. Keadaan di Samaria, tidak ada keadilan sama sekali, tetapi kesewenangan orang kaya (orang kuat) terhadap orang miskin (orang lemah), sehingga tempat itu penuh dengan “kekacauan” dan “penindasan”. Dengan kata lain, penduduk kota-kota di Asyur dan Mesir diundang sebagai “saksi” untuk menguatkan bahwa benar-benar di Samaria (Israel) merajalela keadaan-keadaan yang mengerikan.[59]
Ayat 10.
wülö´-yäd`û `áSôt-nüköHâ nü´um-yhwh(´ädönäy) hä´ôcrîm Hämäs wäšöd Bü´armünôtêhem P
"Mereka tidak tahu berbuat jujur," demikianlah firman TUHAN, "mereka itu yang menimbun kekerasan dan aniaya di dalam purinya."
“Tidak tahu berbuat jujur”, lö´-yäd`û `áSôt-nüköHâ . "do not know how to do right” (NIV). “Tidak tahu”, dalam bentuk perfect. Kata ini muncul lagi dalam Yes. 59:14. “Ketulusan ditolak orang.” nüköHâ adalah kata benda abstrak yang artinya straight (lurus), honest (tulus), correct (benar).[60] Ini adalah fakta bahwa ini instruksi yang murni, dalam kejadian yang sah dalam klan Israel, dan juga dalam pengadilan Yerusalem. Kejujuran ini, yang mana diperintahkan kepada bangsa Israel, adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh para pemimpin Samaria, bagaimana cara untuk mempraktekkannya.[61]
Tuduhan ditujukan kepada golongan kelas atas dari orang Samaria yang terbukti nyata “menimbun” hä´ôcrîm, di purinya, (infinitive absolute). Kata ini mewakili “ketiadaan hukum” dan “kebobrokan” dalam masyarakat, dan Amos ingin memberikan kesaksian menyangkut kejahatan (violence and robbery – kekerasan dan perampokan, KJV), terhadap manusia dan milik, yang ditimbun di puri.[62]
Di kota ini tidak terdapat sama sekali suatu “negara hukum” atau “negara yang adil”, “mereka (= orang Samaria khususnya para pemuka di ibukota Israel itu) tidak tahu berbuat jujur” (maksudnya berbuat adil dan lurus, sebab yang dipentingkan disini bukanlah sifat kejujuran tetapi penegakan keadilan atau kelurusan terhadap orang lemah). Dan kedua, kelihatannya negara itu suatu “negara yang makmur” (lih. pendahuluan), sebab mereka telah menimbun kekayaan di dalam purinya, tetapi itu pun tidak benar. Sebenarnya mereka “menimbun kekerasan dan aniaya,” sebab golongan atas dari penduduk telah mendapat kekayaan itu dengan jalan menindas dan menghisap saudara-saudara mereka yang miskin dan lemah.[63]
Ayat 11.
läkën Kò ´ämar ´ádönäy yhwh(´élöhîm) car ûsübîb hä´äºrec wühôrìd mimmëk `uzzëk wünäböºzzû ´armünôtäºyik
“Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Musuh akan ada di sekeliling negeri, kekuatanmu akan ditanggalkannya dari padamu, dan purimu akan dijarahi!"
“Sebab itu”, läkën, merupakan kata pendahuluan untuk penghukuman. Kata ini juga terdapat dalam 5:11, 16; 6:7; 7:17. Kata ini diikuti dengan formula si pembawa pesan. Dalam konteks kelanjutan ayat ini, substansinya jelas mengarah kepada si penindas, yaitu musuh, car. (Kej. 14:20; Bil. 10:9; 2 Sam. 24:13 dan Yes. 9:10).[64]
Kalimat selanjutnya agak sulit dengan waw (kata penghubung) pada kata “di sekeliling”, ûsübîb. Beberapa orang mengoreksinya menjadi misabib, berdasar pada Greek, kukloqen: “An adversary round about the land.” (musuh mengelilingi negeri). Kemudian mengalami perbaikan lagi dengan kata bbiäWsyi atau bbiäWs, (W,, disisipkan di tengah), yang artinya “shall around” – “akan mengelilingi”. “An adversary there shall be even round about the land.” (KJV). Sebagaimana para saksi “berkumpul” di sekitarnya untuk memberi kesaksian, demikian juga musuh akan mengelilingi, tetapi saat ini dengan tujuan untuk menyerang.[65]
Firman Tuhan yang memberitahukan penghukuman ditulis kembali, pada akhirnya, kata kunci mengenai “benteng” yang terdapat pada kesimpulan dari tuduhan dalam ayat 10b, dan yang juga ditemukan dalam pembukaan dimana kesaksian dari luar dikumpulkan (ay. 9a). Rumah-rumah perampok akan dirampok mereka sendiri; kesalahan menjadi tempat penghukuman. Bagaimanapun, semua itu adalah hanya penekanan pada konsekuensi pribadi. “Musuh (akan mengelilingi) negeri.” Penyerangan yang akan terjadi ke seluruh negeri diumumkan; ini lebih dari pada “suatu malapetakan di kota” (ay. 6b).[66]
“Purimu akan dijarahi.” wünäböºzzû ´armünôtäºyik. Lokasi kejahatan mereka (puri) akan menjadi tempat penghukuman mereka. Tidak ada penjelasan kehancuran negeri ini atau pembunuhan penduduk. Hanya benteng-benteng dimana kekayaan yang mereka rampok ditimbun, ditujukan untuk dijarah.[67]
Ayat 12.
Kò ´ämar yhwh(´ädönäy) Ka´ášer yaccîl härö`è miPPî hä´árî šTê kürä`aºyim ´ô büdal-´öºzen Kën yinnäclû Bünê yiSrä´ël hayyöšbîm Büšöºmrôn Bip´at mi††â ûbidmeºšeq `äºreS
“Beginilah firman TUHAN: "Seperti seorang gembala melepaskan dari mulut singa dua tulang betis atau potongan telinga, demikianlah orang Israel yang diam di Samaria akan dilepaskan seperti sebagian dari katil dan seperti sepenggal dari kaki balai-balai."
Amos melakukan pendekatan melalui pengalamannya sebagai seorang gembala, menyampaikan putusan penghukuman dalam sebuah gambaran yang kuat dari serangan singa. Kali ini pesannya memiki nada legal. Jika seorang gembala dapat membawa bukti bahwa seekor hewan dibawah penjagaannya, telah dikoyak dua oleh binatang buas, dia akan bebas dari membayar denda. (Kel. 22:12, 1 Sam. 17:34, 35).[68] “Dua tulang betis atau potongan telinga”, kürä`aºyim ô büdal-´öºzen, adalah merupakan bukti potongan yang dapat diterima.[69]
Kata kerja “melepaskan”, “to rescue”, yaccîl, artinya “merenggut, membawa lari” (4:11). “Melepaskan dari mulut singa” bisa dilihat dalam Yeh. 34:10 dan 1 Sam. 17:35. Dengan menggunakan kata kerja ini, Amos secara ironis menyatakan bahwa “demikianlah orang Israel yang diam di Samaria akan dilepaskan (rescued, RSV) dari penghukuman Allah.”[70] Artinya bahwa hanya sedikit yang tinggal. Bukti yang dibawa adalah tanda kehilangan total. Kalau Boland memahami hal ini yaitu bahwa, apa yang tinggal sesudah keruntuhan Israel, tidak berharga lagi; sisa-sisa itu hanya dapat membuktikan bahwa Israel sudah benar-benar binasa.[71]
Kata “diam”, dwells, yöšhab, tidak berhubungan dengan kata “duduk”. Kata kerja “duduk”,yašhab dalam beberapa kasus muncul dengan preposisi, l. (di, pada, ke). Maka terjemahan, “So shall the Israelites escape who dwell in Samaria on or at the…” (KJV, NIV) adalah tidak tepat. Melainkan, “So shall the Israelites escape who dwell in Samaria with the corner of a couch and part of a bed.…” (RSV), sebab seluruh konteks ayat ini dan ayat-ayat diatasnya (9-11) mengacu kepada rampasan Israel dan kekayaannya yang ilegal dan bukan kepada penghancuran orang Israel.[72]
Sebaliknya, Wolff berpendapat bahwa refleksi dari situasi dalam ayat 9-11, firman dalam ayat 12 langsung menentang penduduk Samaria. Sindiran kepada kemewahan mereka dan gaya hidup yang jangak, menjadikan alasan penghancuran mereka. Kata “duduk” yang dimaksudkan disini merupakan situasi yang bermalas-malasan dan mabuk-mabukan. Kata benda, katil,,(mi††â ) dan balai-balai, (`äºreS ), adalah semacam tempat tidur (couch) seperti dalam pasal 6:4, dan kata ini juga dalam kebiasaan Semit, artinya “berbaring, istirahat.”[73] Memang, kedua baris berikutnya mengandung kata-kata yang cukup sulit. Terjemahannya kira-kira seperti ini: “mereka yang duduk di Samaria di sudut tempat tidur (atau diatas balai-balai yang mewah) at mi††â ûbidmeºšeq `äºreS, in the corner of a bed, and in Damascus in a couch. (KJV), di atas kain lembut penutup ranjang” (artinya kata yang disalin dengan “kain lembut” menyerupai nama Damaskus dan pernah diduga bahwa maksud aslinya ialah “balai-balai buatan Damaskus”). Dengan demikian maka maksud dari kedua baris yang terakhir ini adalah sama dengan yang pertama, yakni bahwa apa yang akan tinggal dari Israel/Samaria tidak berharga lagi sama sekali.[74]
Ayat 13
`
šim`û wühä`îºdû Bübêt ya`áqöb nü´um-´ádönäy yhwh(´élöhîm) ´élöhê haccübä´ôt
"Dengarlah, dan peringatkanlah kaum keturunan Yakub," demikianlah firman Tuhan ALLAH, Allah semesta alam.”
“Dengarlah”, šim`û, (3:1; 4:1; 5:1), dan seperti dalam 3:9, tidak ada indikasi kepada siapa perintah ini ditujukan. Identifikasinya bergantung kepada pemahaman pada kalimat perintah berikutnya, “peringatkanlah”, hä`îºdû, kata ini bisa diterjemahkan dalam dua cara, sebagai denominatif dari (witness), bersaksi artinya “bersaksi terhadap” (testify against, NIV) (Ul. 4:26; 30:19), atau “to warn”, memperingatkan (Kej. 43:3; Kel. 19:23). Ke dua akar kata ini mengandung arti bahwa umat Israel menjadi saksi atas kejahatan, dan penghukuman; dan kemudian arti yang lebih cocok yaitu bahwa maksud nabi disini bukan untuk memberi kesaksian kepada apa yang sudah terjadi, melainkan “mengingatkan” bangsa Israel tentang hukuman yang akan datang atas perbuatan mereka.[75] Satu perintah disuarakan dengan dua kalimat perintah. Seperti dalam 3:9, panggilan retorika ini diberikan atas efek yang dramatis yang akan dialami oleh pendengar Samaria. Diri mereka sendiri membuktikan peringatan lewat penerimaan mereka akan Firman Allah.[76]
Yang menerima perintah adalah “keturunan Yakub”, Bübêt ya`áqöb, (the house of Jacob, NIV) (6:8; 7:2, 5; 8:7), secara spesifik mengarah kepada 10 suku di Utara.[77] Wolff mengatakan bahwa ayat ini hanya ditemukan dalam pasal 9:6b yang kelihatannya berfungsi suatu tanda pilihan yang khusus.[78] Sumber perintah adalah “Tuhan, Yahweh”. Ayat 13 bukanlah formula pemberi pesan oleh Amos atau beberapa redaktur kemudian, melainkan peringatan Tuhan yang sungguh-sungguh kepada bangsa itu. Pesannya menegaskan kekuatan dan kuasa Allah. Ketika Dia menentang musuh-Nya, Dia memiliki kuasa untuk menghancurkan segala sesuatu dengan sempurna.[79]
Ayat 14.
Kî Büyôm Poqdî piš`ê-yiSrä´ël `äläyw ûpäqadTî `al-mizBüHôt Bêt-´ël wünigDü`û qarnôt hammizBëªH wünäplû lä´äºrec
"bahwa pada waktu Aku menghukum Israel karena perbuatan-perbuatannya yang jahat, Aku akan melakukan hukuman kepada mezbah-mezbah Betel, sehingga tanduk-tanduk mezbah itu dipatahkan dan jatuh ke tanah”
Pada permulaan ayat ini terdapat partikel inisial, ki artinya “surely, indeed” (sungguh).[80] Sementara terjemahan lain memakai “on, that” (bahwa). “Aku akan menghukum”, Poqdî (shall visit, KJV), merupakan suatu bentuk gagasan atau konsepsi (infinitive construct). Artinya Yahweh sungguh sudah menetapkan waktu untuk kejadian yang akan datang dan mereka akan teringat waktu ketika Yahweh mengukum kejahatan-kejahatan bangsa Isael. “Aku akan melakukan hukuman kepada”, dipakai dalam bentuk waw consecutive perfect (wcp),[81] yaitu suatu urutan penghukuman yang akan dilakukan oleh Alllah. “Hukuman Allah” dimulai kepada penghancuran mezbah-mezbah sehingga tanduk-tanduknya patah dan jatuh ke tanah. Dalam sebuah situasi balas dendam, dan usaha pembunuhan, seorang buron dapat bersembunyi pada tanduk-tanduk ini. Sebab mezbah juga berfungsi sebagai tempat suaka, seorang buronan aman dari para pengejarnya (1 Raj. 1:50; Kel. 21:13-14). Tetapi setelah peraturan dibuat yang menetapkan bahwa pembunuh harus dipaksa keluar dari tanduk mezbah (Kel. 21:14), sekarang bangsa Israel menjadi merasa bersalah akan kejahatan yang sedemikian dan bahwa Yahweh sendiri yang menghancurkan tempat itu. Jatuhnya tanduk-tanduk mezbah tersebut merupakan kesaksian atas penghukuman total.[82]
Fungsi mezbah yang lain adalah sebagai tempat ketika darah kurban tertumpah bagi pendamaian dan penebusan (Im. 4:7; 16:18). Maka penghancuran mezbah dan tanduk-tanduknya melambangkan akhir dari pengudusan, kekebalan dan pendamaian.[83] Penghancuran tempat-tempat kudus di Bethel adalah sebuah tanda dari ketidakberdayaan iman mereka dan ilah-ilah yang mereka layani.[84]
Ayat 15.
wühiKKêtî bêt-haHöºrep `al-Bêt haqqäºyic wü´äbdû BäTTê haššën wüsäpû BäTTîm raBBîm nü´um-yhwh(´ädönäy) s
“Aku akan merobohkan balai musim dingin beserta balai musim panas; hancurlah rumah-rumah gading, dan habislah rumah-rumah gedang," demikianlah firman TUHAN.”
Pribadi Allah berbicara pada pembukaan ayat 15 ini, yang mengekspresikan bahwa Yahweh sendiri yang sedang menghukum (ayat 14a), mengadakan penghancuran. Penghancuran tersebut tidak akan menyisakan apa-apa kecuali hanya reruntuhan (6:11).[85] Tujuan ayat ini adalah untuk meyakinkan akan penghancuran Allah terhadap orang kaya dan berkuasa. Penghukuman Allah menghancurkan pertahanan sosial ekonomi mereka seperti halnya pertahanan agama mereka (3:14).[86]
Di sisi lain, balai musim dingin dan balai musim panas, dikenal hanya dalam teks kuno Timur Dekat, selain ayat dalam Amos ini, yang menyebutkan balai-balai ini berdampingan, dan mengarah kepada dua bangunan yang berbeda, dan fungsinya tentu untuk musim yang berbeda pula. Pada pertengahan abad ke-8 sM, raja Barrakib of Sam’al mengatakan “My fathers, the kings of Sam’al had no good house (palace). They had the house of Kilamuwa, which was their winter house and also their summer house. But I have built this house.” Kemudian pada abad 19, raja Ahab dari Israel memiliki satu istana di dekat kebun anggur orang Yisrel (1 Raj. 21:1) dan yang lainnya – mungkin ini yang dimaksudkan Amos – di bukit Samaria (1 Raj. 21:18). Cyrus raja Persia, juga dilaporkan memiliki istana yang terpisah di Susa, Ecbatana dan Babylon, yang semuanya dicocokkan untuk iklim musim yang berbeda.[87]
Kata “beserta” along with (NIV), `al, memberi catatan bahwa disamping raja terdapat “orang kaya baru”, seperti golongan atas umumnya. “Rumah-rumah gading” artinya vila-vila mewah dengan perabot interior dari gading (6:4). Pada zaman Amos, rupanya perabot rumah-rumah seperti ini tidak terbatas hanya pada istana raja saja (1 Raj. 22:39; Mzm. 45:8-9), bahkan sudah ditemukan di wilayah Samaria.[88]
REFLEKSI
Penghukuman datang dari Allah disebabkan oleh berbagai aspek. Dalam pasal ini ditemukan bahwa penghukuman turun atas bangsa Israel karena alasan yang cukup spesifik, yaitu bahwa keadilan, kejujuran dan ketulusan para penguasa atau pemimpin tertinggi sampai lembaga terendah dalam memimpin dan memperlakukan orang lain, terutama kaum lemah, terbukti sudah menjadi perhatian Tuhan Allah sejak mulanya. Pada zamannya, Amos sebagai penyambung lidah Allah, memberikan peringatan akan penghukuman bagi para pemimpin yang melakukan penindasan dan yang tidak memperhatikan penderitaan orang lain. Hal ini sangat relevan dengan masa kini, agar setiap orang mampu memperlakukan orang lain dengan adil, didasarkan atas kasih Allah. Sifat tamak dan individualisme bukanlah sifat Kristiani yang hidup dalam Roh. Dalam pasal ini ditemukan bahwa Allah mungkin sebenarnya tidak membenci kekayaan atau kekuasaan tetapi yang dibenci adalah cara mendapatkan kekayaan atau kekuasaan tersebut, dan kemudian cara menggunakan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Terjemahan Baru. LAI. 2006.
Bible Electronic (KJV, RSV, NIV, BHS Hebrew Old Testament, 4th ed).
Baker, D. L., Pengantar Bahasa Ibrani. (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 1992.
Andersen, F.I & Freedman, D.N., Amos: A New Translation with Introduction and
Commentary. (New York : Doubleday, 1989).
Bullock, C. Hassel, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama. (Malang : Gandum Mas), 2002.
Boland, B.J. Ds., Tafsiran Alkitab – Kitab Amos. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001).
Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab – Ayub sampai dengan Maleakhi. (Jakarta :
Yayasan Bina Kasih/OMF), 1999.
Lasor, W.S, dkk., Pengantar Perjanjian Lama 2. (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 1996.
Paul, S.M., Amos: A Commentary on the Book of Amos. (Minneapolis : Fortress), 1991.
Wolff, H.J., Joel and Amos. (Philadelphia : Fortress), 1997.
Todd S. Beall, William A. Banks and Colin Smith, Old Testament Parsing Guide.
(Nasville : Broadman & Holman Publisher), 2000.
Smith, Gary V., Amos A Commentary. (Grand Rapids : Regency Reference Library),
1989.
[1] Gary V. Smith, Amos A Commentary, 97.
[2] C. Hassel, Bullock, Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. (Malang : Gandum Mas, 2002), 91.
[3] Gary V. Smith, Amos A Commentary, 101.
[4] Ibid, 117.
[5] H.J. Wolff, Joel and Amos. (Philadelphia : Fortress, 1997), 175.
[6] Tiga kali kata pendahuluan dalam Ibrani, hx'êP'v.Mih;-lK' l[;… lae_r"f.yI ynEåB. ~k,Þyle[] (“tentang kamu, hai orang Israel, tentang segenap kaum”, Amos 3:1), yang mungkin bisa dibandingkan dengan Kej. 12:1, ^ybi_a' tyBeämiW ^ßT.d>l;AM)miW ^ïc.r>a;me “dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu” dan Kej. 22:2, T'b.h;’a'-rv,a] ^Üd>yxi(y>-ta, ‘^n>Bi-ta ("anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi”), tetapi konstruksi sintaktikal jauh lebih sulit dalam Amos. (Paul, 100).
[7] S.M. Paul, Amos: A Commentary on the Book of Amos. (Minneapolis : Fortress, 1991), 100.
[8] Wolff, loc.cit.
[9] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, Amos: A New Translation with Introduction and Comemmentary. (New York : Doubleday, 1989), 379-380.
[10] B.J. Ds. Boland, Tafsiran Alkitab – Kitab Amos. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001), 30.
[11] Boland, op.cit, 30.
[12] Nabi sering menyebut lawan-lawannya dalam polemiknya, misalnya, Amos 4:1; 5:14; 6:13; 8:5 dan 9:10.
[13] Paul, op.cit, 101.
[14] Todd S. Beall, dkk., Old Testament Parsing Guide. (Nasville : Broadman & Holman Publisher, 2000), 662.
[15] Wolff, op.cit, 176.
[16] W.S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996), 206.
[17] Boland, loc.cit.
[18] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, Amos: A New Translation with Introduction and Comemmentary, 381.
[19] Paul, op.cit 102.
[20] Sekarang datang kata-kata Amos yang tajam, mengagetkan para pendengarnya. Kata-kata yang tidak diharapkan mengecewakan pandangan mereka yang selama ini popular, bahwa mereka adalah bangsa pilihan yang masuk dalam hubungan perjanjian dengan Allah. (Paul, 102).
[21] Boland, op.cit. 30-31.
[22] J. Sidlow, Baxter, Menggali Isi Alkitab – Ayub sampai dengan Maleakhi. (Jakarta : Yayasan Bina Kasih/OMF, 1999), 382.
[23] Wolff, op.cit. 177.
[24] Paul, loc.cit. .
[25] Wolff, op.cit. 177.
[26] Paul, op.cit. 109.
[27] Dimana tidak ada persahabatan disitu tidak ada persekutuan. Jika dua orang berselisih, pertama-tama mereka harus mendamaikan hal-hal yang berbeda diantara mereka. Bangsa Israel telah melawan Allah, telah melanggar perjanjian mereka denganNya, dan tetap masih ingin agar Allah berjalan bersama mereka, bertindak dan menjamin mereka. Tetapi apa tanggapan Allah? Dalam Imamat 26:23-24 dikatakan, “Jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mau Kuajar, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, maka Akupun akan bertindak melawan kamu dan Aku sendiri akan menghukum kamu tujuh kali lipat karena dosamu.” (Matthew Henry).
[28] Wolff, op.cit. 184.
[29] d['( , ‘berjanji’ (bertemu, niphal perfect), bisa dibandingkan dengan ekspresi dalam Kel. 25:22 dengan kata kerja niph’al, yTiäd>[;Anw, (wünô`adTî lükä), “dan di sanalah Aku akan bertemu”, dan Kel. 30:6, 36, “d[eîW"ai, (´iwwä`ëd), “Aku akan bertemu dengan engkau”. Kata-kata kerja ini tidak ingin bermaksud bahwa dalam kitab Amos kata kerja tersebut memberi “suatu teologi impor” atau “sebuah kiasan untuk pengalaman Musa”, menentang pandangan Renaud dan Stoebe. (Paul, 109).
[30] Boland, op.cit. 31.
[31] Paul, op.cit. 109.
[32] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, op.cit. 388.
[33] Wolff, op.cit. 185.
[34] Boland, op.cit. 32.
[35] Paul, op.cit. 110.
[36] Wolff, op.cit. 185.
[37] Kombinasi dari “burung”, rAPc, dan “perangkap”, xP, dapat dilihat dalam Mzm. 124:7; Ams. 7:23; Pkh. 9:12; untuk “perangkap” dan “jerat”, vqEßAm, dapat dilihat dalam Yos. 23:13; Yes. 8:14; Mzm. 69:23; 141:9.
[38] Paul, op.cit. 111.
[39] Wolff, op.cit, 186.
[40] Boland, op.cit. 32.
[41] Wolff, op.cit. 186.
[42] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, op.cit. 389.
[43] Wolff, op.cit. 186.
[44] ‘h['r", (malapetaka) dalam kitab Amos terdapat dalam pasal 6:3; 9:4, 10; dapat juga dilihat dalam Ul. 32:23; 1 Sam. 6:9; 2 Raj. 6:33; Yes. 45:7; Yer. 1:14; Yeh. 7:5; Ayb. 2:10. Ekspresi “Malapetaka dari Tuhan”, yang muncul disini dapat dilihat dalam Kel. 32:14. penafsiran “kejahatan yang dilakukan oleh Israel” oleh M. J. Mulder, adalah tidak benar; yang menerjemahkan akhir kalimat secara tidak tepat, “dan Tuhan tidak melakukannya.? (Paul, 112).
[45] Paul,op.cit. 112.
[46] Ibid.
[47] Sebuah kalimat deklarative yang murni disini muncul di tengah-tengah pertanyaan. Bahasa puisi pararel dengan cola yang keras yang kemudian di interupsi dengan prosa didaktif yang mengingatkan kepada bahasa dari sejarah penulisan Deuteronomistik. (2 Raj. 17:13, 23; 20:9; Yer. 7:25). Ayat ini juga menyatakan suatu penggeseran perhatian mengenai natur dari proklamasi nubuatan. Teks asli dari Kitab Amos adalah menyangkut dengan hubungan perkataan nubuat kepada sabda Yahweh yang sebelumnya. (Wolff, 181).
[48] Paul, op.cit. 113.
[49] Boland, op.cit. 33.
[50] Francis I. Andersen & David Noel Freedman, op.cit. 390.
[51] Paul, op.cit. 113.
[52] Wolff, op.cit. 186-187.
[53] Paul, op.cit, 115.
[54] Wolff, op.cit, 192-193.
[55] Paul, op.cit, 116.
[56] Ibid.
[57] Ibid.
[58] Wolff, op.cit, 193.
[59] Boland, op.cit, 35-36.
[60] Paul, op.cit, 117.
[61] Wolff, op.cit, 193.
[62] Paul, op.cit, 117.
[63] Boland, op.cit, 36.
[64] Paul, op.cit, 118.
[65] Ibid.
[66] Wolff, op.cit, 194.
[67] Paul, op.cit, 118.
[68] Ibid, 119.
[69] Wolff, op.cit, 198.
[70] Paul, op.cit, 119-120.
[71] Boland, op.cit, 37.
[72] Paul, op.cit, 120.
[73] Wolff, op.cit, 198.
[74] Boland, op.cit, 37.
[75] Paul, op.cit, 123.
[76] Gary V. Smith, op.cit, 124.
[77] Paul, op.cit, 123.
[78] Wolff, op.cit, 201.
[79] Gary V. Smith, loc.cit.
[80] Wolff, op.cit, 201.
[81] Todd S. Beall, dkk., Old Testament Parsing Guide, 663.
[82] Wolff, loc.cit.
[83] Paul, op.cit, 124.
[84] Gary V. Smith, op.cit, 125.
[85] Wolff, op.cit, 201.
[86] Gary V. Smith, op.cit, 125.
[87] Paul, op.cit, 125-126.
[88] Wolff, op.cit, 202.
Langganan:
Postingan (Atom)