Jumat, 28 Desember 2007

KETIKA ALLAH JIJIK...!!

Yahweh yang menentukan pikiran indah bagi rencana-Nya terhadap manusia. Dia menciptakan bumi dan isinya dengan susunan-susunan yang rapi, teratur dan berjalan sesuai dengan siklus yang Dia atur sendiri. Sungguh suatu karya yang sangat mengagumkan. Tetapi ketika semuanya kelihatan sudah "baik", tiba-tiba Iblis hadir untuk mengotori keindahan tersebut dengan tipu dayanya kepada manusia ciptaan Allah yang pertama, yang masih suci. TUHAN Allah menunjukkan kasih-Nya yang luar biasa, dengan tidak membunuh Adam dan Hawa secara fisik, meskipun mereka sudah melanggar perintah-Nya. Disini jelas terlihat bahwa Iblis tidak akan sanggup untuk mengubah apa yang baik di mata TUHAN. DIA ingin menunjukkan kepada Iblis bahwa Dialah Penguasa bumi dan sorga, dan tidak akan ada yang bisa merusaknya.

Adam dan Hawa selanjutnya melahirkan keturunan yaitu Kain dan Habel. Nah, bagaimana manusia itu bisa kembali berhubungan dengan Allah, setelah jatuh dalam dosa? Pada kesempatan ini, saya akan secara khusus membahas soal korban persembahan yang dilakukan oleh umat Israel, karena inilah cara bagi manusia itu untuk berhubungan kembali dengan Allah. Pertama kali Alkitab mencatat tentang korban persembahan yaitu ketika Kain dan Habel mempersembahkan sesuatu kepada Allah. Kain mempersembahkan hasil tanah dan Habel mempersembahkan korban ternak.

Mengenai asal muasal persembahan korban ini, Henry M. Morris dalam bukunya "The Genesis Record", mengatakan: "The Bible does not actually say specifically whether such sacrifices had been commanded by God, or whether the practice arose merely as a spontaneous expression of thanksgiving and worship."
Artinya bahwa dalam Kejadian pasal 4, tidak secara jelas disebutkan mengapa mereka harus memberikan korban persembahan; kelihatannya bahwa Allah telah memerintahkan Kain dan Habel untuk itu, namun Kain tidak taat dengan syarat yang diberikan oleh Allah yaitu korban darah binatang. Di satu sisi, mungkin ini ada kaitannya dengan kulit binatang yang dibuat Allah untuk menutupi tubuh Adam dan Hawa ketika mereka merasa malu dalam keadaan telanjang. Oleh sebab itu Adam dan Hawa memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan hal yang sama yaitu korban persembahan binatang kepada Allah, tetapi Kain tidak taat.

Dalam era Musa, Allah secara resmi menetapkan peraturan tentang kebaktian, dalam Keluaran 20:24, "Kaubuatlah bagi-Ku mezbah dari tanah dan persembahkanlah di atasnya korban bakaranmu dan korban keselamatanmu, kambing dombamu dan lembu sapimu. Pada setiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi nama-Ku, Aku akan datang kepadamu dan memberkati engkau."
Kemudian peraturan semakin banyak datang dari Allah, termasuk cara-cara untuk penyucian diri akibat dosa. Kita bisa baca dalam Kitab Imamat, khususnya dalam pasal 4, hampir setiap jenis dosa yang manusia lakukan, bisa diatasi hanya dengan menyerahkan korban binatang kepada Allah lewat para imam yang kudus.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, sampai kapan korban binatang tersebut Allah sukai? Apakah manusia itu setiap saat bisa berbuat dosa dengan dalih, bahwa Allah pasti mengampuni dengan hanya menyerahkan korban binatang? Dosa-dosa apa saja yang Allah tetapkan sebagai pelanggaran? Kalau kita selidiki Alkitab dengan cermat, ternyata Allah tidak murka hanya dengan dosa penyembahan berhala atau dewa-dewi, karena cakupannya hanya pada perintah pertama dari 10 Hukum Perintah, tetapi Allah murka terhadap pelanggaran dari 10 Hukum Perintah tersebut.

Umat Israel agak sedikit "cerdik" dengan menutupi dosa-dosanya dengan formalitas pemberian korban binatang kepada Allah. Mereka tidak tahu, bahwa Allah sebenarnya "menyelidiki hati" bukan tindakan pemberian korban bakaran tersebut. Ini yang menyebabkan Allah JIJIK terhadap semua korban bakaran mereka. Sebagai contoh kita bandingkan beberapa ayat firman berikut:

MIKHA 6:6-8

6 "Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?
7 Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?"
8 "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

AMOS 3:9-10

"Siarkanlah di dalam puri di Asyur dan di dalam puri di tanah Mesir serta katakan: "Berkumpullah di gunung-gunung dekat Samaria dan pandanglah kekacauan besar yang ada di tengah-tengahnya dan pemerasan yang ada di kota itu. Mereka tidak tahu berbuat jujur," demikianlah firman TUHAN, "mereka itu yang menimbun kekerasan dan aniaya di dalam purinya."
"Tidak tahu berbuat jujur", "Tidak tahu", dalam bentuk perfect. Kata ini muncul lagi dalam Yes. 59:14. "Ketulusan ditolak orang." nüköHâ adalah kata benda abstrak yang artinya straight (lurus), honest (tulus), correct (benar). Ini adalah fakta bahwa ini instruksi yang murni, dalam kejadian yang sah dalam klan Israel, dan juga dalam pengadilan Yerusalem. Kejujuran ini, yang mana diperintahkan kepada bangsa Israel, adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh para pemimpin Samaria, bagaimana cara untuk mempraktekkannya.
Tuduhan ditujukan kepada golongan kelas atas dari orang Samaria yang terbukti nyata "menimbun" di purinya, (infinitive absolute). Kata ini mewakili "ketiadaan hukum" dan "kebobrokan" dalam masyarakat, dan Amos ingin memberikan kesaksian menyangkut kejahatan (violence and robbery – kekerasan dan perampokan, KJV), terhadap manusia dan milik, yang ditimbun di puri
Di kota ini tidak terdapat sama sekali suatu "negara hukum" atau "negara yang adil", "mereka (= orang Samaria khususnya para pemuka di ibukota Israel itu) tidak tahu berbuat jujur" (maksudnya berbuat adil dan lurus, sebab yang dipentingkan disini bukanlah sifat kejujuran tetapi penegakan keadilan atau kelurusan terhadap orang lemah). Mereka "menimbun kekerasan dan aniaya," sebab golongan atas dari penduduk telah mendapat kekayaan itu dengan jalan menindas dan menghisap saudara-saudara mereka yang miskin dan lemah. (Boland, 36).

YESAYA 1:10-15.

10 Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
11 "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
12 Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
13 Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
14 Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.

Pada abad ke-8 sM, timbullah zaman yang makmur bagi negara-negara Timur Tengah, termasuk Israel, oleh karena letaknya yang strategis untuk lalu lintas perdagangan. Kekayaan harta material yang dimiliki oleh para pemimpin di Israel sayangnya disalahgunakan dalam ibadah mereka yang penuh kemunafikan. Dalam Yesaya 1:10-15 ini dinyatakan bahwa inti dosa mereka ialah ibadah yang penuh kemunafikan terhadap Tuhan. Dosa yang paling berat bukanlah kriminal, melainkan tidak adanya kesadaran tentang dosa itu. Kehidupan religius telah dipoles dengan kegiatan-kegiatan munafik yang dilakukan hanya untuk memuaskan diri sendiri, sebagai suatu pamer kesalehan diri sendiri. Hal itu diperlihatkan dengan banyaknya korban persembahan yang marak dengan pesta-pesta perayaan yang meriah, dengan menaikkan doa-doa yang panjang sambil menadahkan tangan mereka ke atas, dan sebagainya. Tetapi para janda dan yatim piatu ditelantarkan ! (S. H. Widyapranawa, 13).

Akan tetapi TUHAN Allah, tidak bisa dikelabui oleh tindakan-tindakan lahiriah yang munafik itu. Tuhan akhirnya merasa muak dengan cara-cara ibadah yang munafik itu, setelah mereka ditegur berkali-kali melalui para nabi (mis. Amos). Mereka sudah terlanjur membelakangi Tuhan dan salah paham. Dikira melalui kegiatan-kegiatan kultus yang munafik itu mereka akan menerima pahala keselamatan dari Tuhan. Inilah kesalahpahaman yang vital dan fatal yang perlu diluruskan.

Oleh sebab itu mari datang kepada Tuhan Yesus dengan sikap tulus, ditandai dengan perbuatan kasih kepada semua orang, karena Tuhan Allah tidak melihat gereja dari hiruk pikuk kuantitas tetapi kualitas, karena kualitas hidup merupakan penghargaan yang paling indah terhadap korban darah Tuhan Yesus di kayu salib.