Senin, 12 November 2007

Core Business Gereja

Core business artinya inti, esensi atau ciri khas dari gereja yang menentukan gereja tersebut agar bisa bertahan dan maju. Bukankah setiap gembala sidang ingin agar jemaat bertumbuh secara kuantitas dan kualitas? Bicara masalah core business gereja, kalau boleh saya harus menghindari pemakaian kata “franchise”, karena kata ini bisa mengarahkan pandangan kita kepada business sekular yang hanya berusaha membuat perbedaan yang unik dari yang lainnya. “Menu disini lebih enak karena ditambah dengan bumbu yang tidak pernah diketahui restoran lain”, kata seorang koki restoran terkenal. Lagi pula kalau kita ingin membedakan gereja kita dengan gereja lain, itu sama saja menyangkal kesatuan “tubuh Kristus” yang faktanya memiliki banyak karunia misalnya mujizat, hikmat, bernubuat, mengajar dan lain-lain. Jika “tubuh Kristus” dipisah-pisahkan maka artinya sama dengan perpecahan. Selanjutnya Paulus menambahkan bahwa semuanya itu “untuk kepentingan bersama, karena Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.” (1 Kor. 12). Kalau point ini dilewatkan atau diabaikan sebuah gereja, maka sesungguhnya gereja tersebut harus mengevaluasi kembali doktrin yang ditetapkannya dalam mendirikan sebuah gereja Tuhan.

Jadi apa sebenarnya yang menjadi core business gereja? Saya akan mengajak para pembaca untuk membahas firman dalam Lukas 5:1-11. (Penjala ikan menjadi penjala manusia).

Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. 2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. 3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. 4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." 5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." 6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. 7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. 8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." 9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; 10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." 11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Dari pembacaan firman diatas, beberapa cara yang sudah sering dilakukan gereja agar bertumbuh, antara lain:

Mendengar firman Allah (ay. 1).
Mengajar, atau pemberitaan firman (ay. 3).
Mengikuti perintah Tuhan (ay. 5).
Mujizat (ay. 7).
Misi (ay. 10).
Mengikut Yesus (ay. 11).

Yang menjadi pertanyaan adalah yang mana dari keenam tersebut diatas yang menjadi core business gereja?

Tentu akan terdapat banyak pandangan, ada yang memilih satu, dua, tiga, empat bahkan semuanya bukan? Kalau pertanyaan ini dijawab dengan memilih salah satu atau semuanya, maka kesimpulannya adalah perpecahan. Pemilihan dari salah satu pilihan kadang mencerminkan eksklusivisme, menganggap bahwa karunia itu adalah milik kami bukan milik gereja Tuhan secara universal. Kadang tidak salah memberikan penekanan pada salah satu karunia, tetapi yang sering terjadi dalam gereja adalah pergeseran paradigma terhadap prinsip kesatuan tubuh Kristus seperti yang diharapkan Yesus dalam doa-Nya; “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh. 17:21).

Jadi apa yang menjadi core business gereja? Jawabannya bukan dari yang keenam diatas tetapi pada ayat 8. “Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
“TERJADINYA PERTEMUAN ANTARA TUHAN DAN MANUSIA” adalah merupakan core business gereja Tuhan.

Simon Petrus adalah nelayan dan pasti dialah ahlinya. Perbedaan yang kontras terhadapa pemanggilan Yesus terlihat dalam ayat 5 dan 8. Dalam ayat 5, Simon memanggil Yesus dengan “Guru”. Simon masih melihat sosok Yesus sebagai seorang pengajar yang mungkin selama ini sudah sering didengar oleh Simon dari orang maupun sinagog. Simon dengan keyakinan dirinya sebagai pakar penjala ikan, dengan hati yang terpaksa dia mengikuti perintah Yesus sebagai anak tukang kayu. Apa yang terjadi selanjutnya adalah suatu keheranan yang sangat luar biasa pada ayat ke 7. Mungkin Simon sudah biasa melihat jala penuh dengan ikan, tetapi yang tidak biasa (supranatural) adalah jala tersebut sampai koyak, karena tangkapan ikan yang sangat berlimpah-limpah.

Simon akhirnya mengubah cara pemanggilannya kepada Yesus dari seorang guru kepada sebutan “Tuhan”. Simon telah bertemu dengan Tuhan Yesus. Dia tersungkur dan merasa tidak layak dihadapan Tuhan Yesus. Satu point yang sangat menyentuh disini adalah bahwa “DISAAT SESEORANG BERTEMU DENGAN TUHAN YESUS, PADA SAAT YANG SAMA AKAN MELIHAT SIAPA DIRINYA SENDIRI.”

Simon melihat ada perbedaan yang sangat jauh antara dia dan Tuhan Yesus yang penuh kuasa, bahkan laut pun taat kepada-Nya.

Nah, kalau semua gereja mengalami PERTEMUAN seperti ini, maka gereja pun akan berkaca akan segala kekurangannya. Bahwa bukan karena pekerjaan manusia, hamba Tuhan maupun gembala sidang, yang menjadi tolok ukur pertumbuhan gereja secara kuantitas maupun kualitas, tetapi apakah seluruh umat tanpa terkecuali sudah BERTEMU dengan Tuhan Yesus sungguh-sungguh? Simon segera meninggalkan jalanya dan ikut Yesus. Perubahan yang radikal ini merupakan esensi bagi gereja untuk bisa bertahan dan maju.

Mujizat merupakan salah satu cara untuk mempertemukan seseorang kepada Tuhan Yesus. Pertemuan ini harus dipertahankan melalui pengajaran akan firman Tuhan yang benar, pujian penyembahan yang benar, dan pengaturan tata gereja yang benar. Dengan memahami ini semua, maka “tubuh Kristus” yang berbeda karunia tersebut akan berjalan langgeng bersatu, melakukan transformasi di berbagai aspek terutama tidak mengurusi dirinya sendiri lagi, tetapi menjadi terang dan garam bagi bangsa dan dunia. Dunia akan melihat bahwa gereja penuh kuasa untuk mengubah kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan dan keterbelakangan. Dalam hal ini doa Yesus sudah terjawab, bahwa seperti Dia dan Bapa adalah satu maka kita pun satu. Amin